Pengertian Nahwu Shorof
*NAHWU *adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk
kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika
sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF.
Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada
pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.
Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang
bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal
bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim Tafdhil mengikuti wazan
أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan,
menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika
sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi
fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya menunjukkan
Mu’annats dll.
Satu kata dalam Bahasa Arab disebut *Kalimah *(الكَلِمَة) yaitu satu lafadz
yang menunjukkan satu arti.
Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut *Murokkab *(المُرَكَّب).
Jika kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah
nahwunya telah memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah baiknya
diam” maka kalimat sempurna itu disebut *Kalam *(الكَلاَم) atau
disebut *Jumlah *(الجُمْلَة).
Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:
1. *Kalimah Fiil* (الفِعْلُ) = Kata kerja
2. *Kalimah Isim* (الإِسْمُ) = Kata Benda
3. *Kalimah Harf* (الحَرْفُ) = Kata Tugas.
Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: قد, س, سوف, Amil Nashob ان
dan saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’ Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun
Taukid, Ya’ Mukhotobah.
Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’,
Mudhof, Musnad.
Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada
Kalimah Fiil dan Kalimah Isim.
Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2.
‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َفَعَل). Apabila ada tambahan asal, maka ditambah
4. Lam fi’il kedua (َفَعْلَل). Apabila ada tambahan huruf bukan asal. maka
ditambah pula pada wazannya dengan huruf tambahan yang sama, semisal
ٌمُسْلِم ada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan مُفْعِلٌ.
*Pembahasan Kata Kerja*
* *Fiil Madhi, Fiil Mudhori’, Fiil Amar*
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi
sebelum masa berbicara. Seperti :
قَرَأَ
“Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah.
Seperti :
قَرَأْتُ
QORO’TU = “Aku telah membaca” dan
قَرَاَتْ
QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau
setelahnya, pantas digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan
berlangsung.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan
dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat
menyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan
dimasukkannya :
س, سوف, لن, أن, ان.
SYIN, SAUFA, LAN, AN dan IN
Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali
tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh:
لَمْ يَقْرَأْ
artinya: tidak membaca.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah
yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallimpembicaraorang pertama
tunggalAku. contoh
أضرب
ADHRIBU = aku akan memukul
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al
Ghairpembicaraorang pertama jamakKami. contoh
نــضرب
NADHRIBU = kami akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkarorang ketiga male,
tunggal, dual atau jamakdia atau mereka. contoh
يــضرب
YADHRIBU = dia (pr) akan memukul
يــضربان
YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan memukul
يــضربون
YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul
يــضربن
YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaqorang kedua
male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan
dual. contoh
تــضرب
TADHRIBU = kamu (lk)dia (pr) akan memukul
تــضربا
TADHRIBAA = kamu berdua (lk-pr)dia berdua (pr) akan memukul
تــضربون
TADHRIBUUNA = kamu sekalian (lk) akan memukul
تــضربين
TADHRIBIINA = kamu (pr) akan memukul
تــضربن
TADHRIBNA = kamu sekalian (pr) akan memukul
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah atau mengharap sesuatu yang dihasilkan
setelah masa berbicara. contoh:
اقْرأْ
IQRO’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan
perintah. contoh
اقْرَأَنَّ
IQRO’ANNA = sungguh bacalah.
Isim Fi’il (أسماء الأفعال)
Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz yang
menunjukkan arti pekerjaanFi’il (الفعل) akan tetapi tidak dapat
menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).
Isim Fi’il ada tiga macam:
1. Isim Fi’il Madhi menunjukkan arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja
bentuk lampau). Contoh:
هَيَهَاتَ (Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu
شَتَّانَ (Syattaanah) menunjukkan arti “Telah terpisahbercerai-berai”
2. Isim Fi’il Mudhari’ menunjukkan arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata
kerja bentuk sedang atau akan). Contoh:
وَيْ(Waeh)menunjukkan arti “Saya heransaya takjubsaya kagum”.
وَىْ كَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari
(nikmat Allah)
أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesahsaya
menggerutucih,cis”.
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah”
3. Isim Fi’il Amar menunjukkan arti seperti Fi’il Amar (Kata
perintah). Contoh:
صَهْ (Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!”آمِيْن (Aamien) menunjukkan
arti “Kabulkanlah!”
Pembagian Isim Fi’il ada dua:
1. Isim Fi’il Murtajal adalah Kalimah yang mana pembawaan awal
pemakaiannya sebagai Isim Fi’il. Sebagaimana pada contoh-contoh diatas.
2. Isim Fi’l Manqul adalah Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim
Fiil, kemudian ditukil menjadi Isim Fi’il.
Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.
Semisal عَلَيْكَ (‘Alaiek) “Harus”, إِلَيْكَ (Ilaiek) “Ambillah” dll.Atau
berupa Zharaf
Semisal دُوْنَكَ (Duunak) “Ambillah” , مكانَكَ (Makaanak) “Tetaplah pada
tempatnya, أمامَكَ (Amaamak) “Majulah”, وراءِكَ (Waraa’ik)
“Mundurlah”. dll.
Atau berupa Masdar
Semisal رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.
Penggunaan Isim Fiil tetap dalam satu bentuk keadaan, baik untuk
tunggal, dual, jamak, atau baik untuk male, female. Kecuali jika
penggunaannya menggunakan huruf Kaf (ك) maka dapat berubah tergantung
keadaan pada kata gantiDhamir. semisal عَلَيْكُنَّ, عَلَيْكُمْ, عَلَيْكُمَا, عَلَيْكِ, عَلَيْكَ
Status Isim Fi’il adalah Sima’i (سماعي) kalimah bangsa pendengaran,
artinya bawaan dari orang Arab. Kecuali ada Isim Fi’il berpolaberwazan
فَعَالَ semisal نَزَالَ, قَتَالَ maka yang seperti ini, diqiyaskan kepada
tashrif Fi’il Tsulatsi yang Mutashorrif tanpa Naqish.
* *Isim Aswat
Semua Isim Ashwat diserupakan hukumnya kepada Isim Fi’il, artinya tetap menggunakan satu bentuk lafal dalam penunjukan suatu makna, beramal tapi tidak dapat diamali, baik untuk tunggal, dual, jamak, male dan female.
Isim Aswat ada dua kategori:
1. Lafazh-lafazh yg ditujukan kepada Hewan yg tidak berakal atau tidak dapat berbicara (seperti anak kecil). contoh:
هَيْدٌ “Haid!” atau هَاد “Haad!” dipakai untuk membentak Unta yang lambat jalannya agar kencang.
هُسْ “Hus” dipakai untuk menghalau Kambing.
كَِخْ كَِخْ “kakh-kakh” dipakai untuk mencegah anak kecil. Dll
2. Untuk menceritakan Bunyi/suara dari hewan atau benda mati dll. contoh:
غاق “Ghaaq” suara burung gagak.
طق “Thaq” suara batu jatuh.
قب “Qabb” suara pukulan pedang. dll
semua Isim Aswat adalah Sima’iy bawaan dari orang Arab.
* *Mujarrod dan Mazid
Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini, adalah tentang Mujarrad dan Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya posting pada subpage belajar I’lal.
Kata kerjakalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il yang semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau lebih pada huruf-hurufnya yg asli.
Fi’il Mujarrad terdapat dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i:
Fi’il Tsulatsi yang Mujarrad (kalimah bangsa 3 huruf asli tanpa tambahan) ada 6 Wazan. Silahkan buka disini
Fi’il Ruba’I yang Mujarrad (kalimah bangsa 4 huruf asli tanpa tambahan) ada 1 Wazan. Silahkan buka disini
Fi’il Mazid juga ada dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i.
Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli berikut tambahan 1 2 3 Huruf):
tambahan 1 huruf, ada 3 wazan. Silahkan buka disini:
tambahan 2 huruf, ada 5 wazan. Silahkan buka disini:
tambahan 3 huruf, ada 4 wazan. Silahkan buka disini:
Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4 huruf asli berikut tambahan 1 2 huruf):
tambahan 1 huruf, ada 1 wazan. Silahkan buka disini:
tambahan 2 huruf, ada 2 wazan. Silahkan buka disini:
Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara pertimbangan jumlah hurufnya terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk wazan.
PENTING UNTUK DIKETAHUI…!
Tidak musti semua kalimah fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya, contoh: لَيسَ، “bukan” خَلا “selain” dan semisalnya dari semua fi’il Jamid. Begitupun sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid bisa berlaku untuk bentuk mujarradnya, contoh: اجْلَوَّذَ, “tergesa-gesa” اعْرَنْدَى “mengeras” dan semisalnya dari fi’il-fi’il yang berwazan افْعَوَّلَ atau افْعَنْلَى . Begitupun juga tidak musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai bentuk fi’il Mazid yang lain, akan tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang akan kita Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah, misalnya: خَرَجَ “keluar” dimuta’addikan menjadi أَخْرَجَ “mengeluarkan”.
Bilamana pada fi’il madhi itu berpola wazan فَعَل (‘ain fi’ilnya berharkah fathah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara يَفْعَلُ atau يَفْعُلُ atau يَفْعِلُ. (‘ain fi’ilnya berharkah fathahdhammahkasrah). Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعِل (‘ain fi’ilnya berharkah kasrah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعَلُ atau jarang berwazan يَفْعِلُ (‘ain fi’ilnya berharkah fathahkasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعُل (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعُلُ (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.
Wazan-wazan fi’il bangsa tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam penggunaanya menurut urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling banyak ditemukan adalah kalimah fi’il berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ , berikutnya wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ , kemudian wazan فَعَلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ , hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan فَعِلَ – يَفْعِلُ.
Untuk mengamati wazan kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah bentuk wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan, dikarenakan berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il madhi. Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya saja, yaitu untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu bentuk fi’il mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan فَعُلَ dengan satu bentuk fi’il mudhari’ يَفْعُلُ.
Ketentuan kalimah fi’il tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6 wazan tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari orang arab. Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-kaidah. Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya berharkah fathah, apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf hamzah atau wau, maka lazimnya banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ contoh: أسَر – يأسِر | أتَى – يأتِي | وعَد – يعِد dan tidak lazim seperti contoh: أخَد – يأخُذُ | أكَل – يأكُل | أمَر – يأمُر .Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi, maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti contoh: مدَّ – يمُدُّ | صَدَّ – يصُدُّ dan apabila terdiri dari Bina’ Mudha’af Lazim maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti contoh:خّفَّ – يخِفّ | شدَّ – يشِدّ .
Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf ya’iy atau bina’ Naqish ya’iy, maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti: باع – يبيع | رمَى – يرمِي dan bilamana termasuk bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi, maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti: قَام – يقُوم | دعَا – يدعُو . dll.
Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ semuanya adalah fi’il lazim. kata kerja seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’atsifatwatak. seperti contoh: ظرُف – فضُل – حسُن – قبُح “cerdas” – “utama” – “bagus” – “jelek”. dll.
Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ apabila ia Lazim, maka sering menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. contoh: طَرِبَ “bingung” فَرِحَ “gembira” حَزِنَ “sedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi atau Kosong seperti شبِعَ “kenyang” عطِش “haus”. atau banyak menunjukkan tentang cacat atau sempurna. contoh عَمِشَ “trahummata kaburmin” غيِدَ “bengkokmiring” dll.
semua fi’il yang berwazan فَعَلَ – يَفْعَلُ dapat dipastikan ‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya terdiri dari huruf Halaq (ح – خ – ع – غ – هـ – أ). contoh: فتَح – نشَأ dll.
* *Jamid dan Mutashorrif
Jamid dan Mutasharrif
Kata kerja kalimah fi’il (الفعل) terbagi menjadi:
Fi’il Jamid (الفعل الجامد)
Fi’il Mutasharrif (الفعل المتصرف).
الفِعْلُ الْجَامِدُ
Fi’il Jamid (statis)
Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk Shighah. Baik hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk Fi’il Amar saja. Atau ada hanya berbentuk Fi’il Mudhari’ saja tapi jarang.
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Madhi saja:
FI’IL MADHI JAMID
TERJEMAH
CONTOH
عَسَى
Mengharap
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ
mudah-mudahan Allah memaafkan mereka
لَيْسَ
Meniadakan
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya
بِئْسَ
Celaan, Kecaman
بِئْسَ الرَّجُلُ أبُو لَهَبَ
Seburuk-buruknya lelaki adalah Abu Lahab
نِعْمَ
Pujian, Sanjungan
نِعْمَ الرَّجُلُ أبُو بَكْرٍ
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu Bakar
تَبَارَكَ
Maha Suci
تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Amar saja:
FI’IL AMAR JAMID
TERJEMAH
CONTOH
تَعَلَّمْ
Percayalah!
تَعَلَّمْ أَنّ الرِّبَا بَلاَءٌ
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu membawa petaka
هَبْ
Anggaplah!
فَقُلْتُ أَجِرْنِي أَبَا خَالِدٍ × وَإِلاَّ فَهَبْنِي امْرَأً هَالِكًا
Aku Cuma bisa berkata… pertahankanlah aku wahai Abu Khalid…atau jika tidak… maka anggaplah aku seorang yang telah binasa
تَعَالَ
Kemari!, Yuk!
هَيَّا زَيْد تَعَالَ
Hai Zaid…Kemarilah!
هَاتِ
Bawalah kemari!, Tunjukkanlah!
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.”
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Mudhari’ saja:
FI’IL MUDHARI’ JAMID
TERJEMAH
CONTOH
يَهْبِطُ
Memekik, mengerang, berteriak karena takut.
الفِعْلُ الْمُتَصَرِّفُ
Fi’il Mutasharrif (elastis)
Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah bentuknya sesuai tashrif ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:
1. Tam Tasharruf (تام التصرّف)
(sempurna dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti نصر dan دحرج.
FI’IL AMAR
FI’IL MUDHARI’
FI’IL MADHI
اُنْصُرْ!
يَنْصُرُ
نَصَرَ
دَحْرِجْ!
يُدَحْرِجُ
دَحْرَجَ
2. Naqis Tasharruf (ناقص التصرّف)
(cacat dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada table.
FI’IL AMAR
FI’IL MUDHARI’
FI’IL MADHI
×
يَكَادُ
كَادَ
×
يُوْشِكُ
أَوْشَكَ
دَعْ!
يَدَعُ
×
ذَرْ!
يَذَرُ
×
تَصَرُّفُ الْمُضَارِعِ
Tashrif pada Fi’il Mudhari’
Tata cara men-tashrifpengubahan fi’il mudhri’ yang dibuat dari asal Fi’il Madhi adalah pada awal kalimah fi’il madhi tsb ditambahi dengan Huruf Mudhara’ah (ا – ن – ي – ت).
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati dhammah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang berjumlah empat huruf. contoh table:
HURUF MUDHARA’AH DI-DHAMMAH-KAN
DARI FI’IL MADHI 4 HURUF
يُكْرِمُ
أَكْرَم
يُفَرِّحُ
فَرَّحَ
يُقَاتِلُ
قَاتَلَ
يُدَحْرِجُ
دَحْرَجَ
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati Fathah apabila ditambahi pada Fi’il Madhi yang selain berjumlah empat huruf. Lihat tabel berikut:
HURUF MUDHARA’AH DI-FATHAH-KAN
BUKAN FI’IL MADHI 4 HURUF
يَنْصُرُ
نَصَرَ
يَنْكَسِرُ
انْكَسَرَ
يَجْتَمِعُ
اجْتَمَعَ
يَحْمَرُّ
احْمَرَّ
يَتَكَلَّمُ
تَكَلَّمَ
يَتَبَاعَدُ
تَبَاعَدَ
يَسْتَخْرِجُ
اسْتَخْرَجَ
يَعْشَوْشَبُ
اعْشَوْشَبَ
يَجْلَوَّذُ
اجَلَوَّذّ
يَحْمَارُّ
احْمَارَّ
يَتَدَحْرَجُ
تَدَحْرَجَ
يَحْرَنْجَمُ
احْرَنْجَمَ
يَقْشَعِرُّ
اقْشَعَرَّ
تَصَرُّفُ الأَمْرِ
Tashrif pada Fi’il Amar
Tata cara men-tashrifpengubahan fi’il Amar yang dibuat dari asal fi’il Mudhari’ adalah sebagai berikut:
Huruf Mudhara’ahnya harus dibuang. contoh table:
BENTUK FI’IL MUDHARI’
BENTUK FI’IL AMAR
يُفَرِّحُ
فَرِّحْ!
يُقَاتِلُ
قَاتِلْ!
يُدَحْرِجُ
دَحْرِجْ!
يَتَكَلَّمُ
تَكَلَّمْ!
يَتَبَاعَدُ
تَبَاعَدْ!
يَتَدَحْرَجُ
تَدَحْرَجْ!
Dan bilamana setelah pembuangan Huruf Mudhara’ah pada awal kalimahnya berupa sukun, maka ditambahi Hamzah pada awal kalimah tsb. contoh table:
BENTUK FI’IL MUDHARI
BENTUK FI’IL AMAR
يَنْصُرُ
أُنْصُرْ!
يَنْكَسِرُ
انْكَسِرْ!
يَجْتَمِعُ
اجْتَمعْ!
يَحْمَرُّ
احْمَرِّ!
يَسْتَخْرِجُ
اسْتَخْرِجْ!
يَعْشَوْشَبُ
اعْشَوْشَبْ!
يَجْلَوَّذُ
اجَلَوَّذّ!
يَحْمَارُّ
احْمَارَّ!
يَحْرَنْجَمُ
احْرَنْجَمْ!
يَقْشَعِرُّ
اقْشَعِرَّ!
* *Hamzah Washal dan Hamzah Qotho’
* *Shahih dan Mu’tal
* *Tam dan Naqis*
* *Lazim dan Muta’addi*
* *Mabni Ma’lum dan Mabni Majhul*
* *Pembahasan Taukid dan Hubungannya*
* *Mu’rob dan Mabni*
* *Fi’il Nashab dan letaknya*
* *Fi’il Jazm dan letaknya*
* *Fi’il Rofa’ dan letaknya*
* *I’rob Takdir Kalimah Fiil*
0 komentar:
Posting Komentar