PELAJARAN POLITIK DARI SANG
MURSYID KH. MUSTA’IN ROMLi
Hidup kira-kira
1920-1984. Setelah ayah beliau wafat, KH. Musta’in memangku Pondok Pesantren
Darul Ulum, Rejoso (Jombang) dan sebagai Syaikh Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah, yang memiliki puluhan ribu pengikut di Jawa Timur. Kiai
Musta’in menggantikan kedudukan sang ayah, Kiai Romly Tamim yang wafat pada
1958, baik sebagai kiai maupun syaikh tarekat. KH. Romly maupun KH. Musta’in
adalah sama-sama aktivis NU, namun keduanya sama-sama tidak mempunyai jabatan
formal di kepengurusan NU, kecuali di tingkat lokal.
Sekitar 1973, KH. Musta’in bergabung ke Golkar, partai
pemerintah dan saingan serius PPP. Pada pemilu 1977 KH. Musta’in aktif
berkampanye untuk Golkar. Beliau “dihukum” oleh sesama kiai atas tindakannya
dalam meninggalkan PPP, melalui sebuah kampanye yang berhasil melalui
kepemimpinan tarekat yang berada di tangannya. Bahkan sempat terjadi
ketegangan antara sang Kiai dengan keluarga selatan. Keluarga yang memilih
kendaraan politik melalui PPP.
KH.
Musta’in Romly lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931. Sejak kecil ia
mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya. Dan baru tahun tahun 1949 M
melanjutkan studi di Semarang dan Solo di Akademi Dakwah Al Mubalighoh,
diperguruan ini bakat kepemimpinannya menonjol sehingga pada waktu singkat
mengajak sahabat-sahabatnya yang berasal dari daerah Jombang mendirikan
Persatuan Mahasiswa Jombang. Studi di Lembaga ini diakhiri pada tahun 1954 M.
Pada tahun 1954 M beliau aktif di Nahdhatul Ulama Jombang tempat
asalnya dan kemudian menjadi pengurus IPNU Pusat tahun 1954 sampai 1956. Upaya
menerpa diri untuk lebih matang sebagai pimpinan Pondok Pesantren, KH Musta’in
Romly banyak beranjang sana ke berbagai pondok pesantren dan lembaga pendidikan
pada umumnya. Mulai tingkat nasional sampai internasional. Dalam kaitan inilah
pada tahun 1963 M beliau Muhibbah ke Negara-negara Eropa dan Timur Tengah, yang
juga berziarah ke makam Syeh Abdul Qodir Al Jailani tokoh pemprakarsa Thoriqoh
Qodiriyah, di Irak.
Hal ini penting mengingat beliau adalah Al Mursyid Thariqah
Qodiriyah wa Naqsabandiyah mewarisi keguruan KH. Romly Tamim dam KH. Cholil
Rejoso. Oleh-oleh dari kunjungan muhibbah ini antara lain yaitu mendorong
berdirinya Universitas Darul Ulum pada tanggal 18 September 1965. Universitas Darul
Ulum sendiri diprakasai oleh Dr. KH. Musta’in Romly, KH. Bhisry Cholil, K.
Ahmad Baidhowi Cholil, Mohammad Wiyono (mantan Gubernur Jatim), KH. Muh. As’ad
Umar dan Muhammad Syahrul, SH. Untuk melengkapi keabsahan KH. Musta’in Romly
sebagai Rektor, pada tahub 1977 beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari
Macau University. Pada tahun 1981 lawatan ke Timur Tengah dilakukan kembali,
dengan hasil kerjasama antara Universitas Darul Ulum dan Iraq University dalam
bentuk tukar-menukar tenaga edukatif, dan dengan Kuwait University dalam bentuk
beasiswa studi ke Kuwait.
Pada tahun 1984 KH. Musta’in berkunjung ke Casablanka, Maroko,
tepatnya pada bulan Januari 1984, yaitu mengikuti Kunjungan Kenegaraan bersama
Wakil Presiden RI, Umar Wirahadi Kusuma dan Menteri Luar Negeri RI Prof. Dr.
Muchtar Kusumaatmadja dalam acara Konverensi Tingkat Tinggi Organisasi
Konferensi Islam (OKI). Kunjungan ini dilanjutkan ke Perancis dan Jerman Barat.
Selanjutnya pada bulan Juli dengan tahun yang sama, KH Musta’in mengikuti Konferensi
antar Rektor se- dunia di Bangkok.
Semua kunjungan dijalani KH. Musta’in dengan tekun demi
kelembagaan Pendidikan yang dialamatkan beliau, yaitu Lembaga Pondok Pesantren
Darul Ulum, Lembaga Thariqah Qoddiriyyah wa Naqsabandiyah dan Universitas Darul
Ulum. Sampai wafat pada tanggal 21 Januari 1985, beliau meninggalkan
putra-putri M. Rokhmad (almarhun), H. Luqman Hakim dari Ibu Chafsoh Ma’som, Hj
Choirun Nisa’ dari Ibu Dzurriyatul Lum’ah, H. Abdul Mujib, Ahmada Faidah,
Chalimatussa’diyah dari Ibu Nyi Hj Djumiyatin Musta’in serta Siti Sarah dan
Dewi Sanawai dari Ibu Ny. Hj. Latifa.
Adapun jabatan yang pernah diamanahkan kepada Dr. KH. Musta’in
Romly adalah:
1. Aggota DPR – MPR RI tahun 1983 sampai wafat.
2. Wakil ketua DPP MDI tahun 1984 sampai wafat.
3. Rektor Universitas Darul Ulum tahun 1965 sampai wafat.
4. Al Mursyid Toriqoh Qodiriyah Wa Naqwsabandiyah tahun 1958.
5. Ketua Umum Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tahun
1958 sampai wafat.
6. Anggota BKS Perguruan Tinggi Swasta tahun 1983 sampai wafat.
7. Anggota IAUP (International Association of University President)
1981 di Chicago.
8. Ketua Umum Jam’iyah Thoriqot Mu’tabaroh Indonesia pada tahun
1975 sampai wafat.
Melihat perjalanan karir politik tersebut, langkah politik
beliau memang menuai kontroversi. Di samping loncat dari PPP menuju Golkar, hal
ini juga berimbas ke dalam internal PPDU, yang terdiri dari banyak kiai. Namun
apapun langkah yang beliau tempuh ternyata berdampak sangat positif bagi
internal Pondok Pesantren Darul Ulum, NU, NKRI, dan lebih jauh adalah
mengandung edukasi yang sangat tinggi dalam membangun pemahaman kaun santri
pada khususnya, dan masyarakat (ummat) pada umumnya. Wallahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar