Kisah: KH. Sholeh Qosim Tentara Sabilillah Turut
Perang 10 November
KH. Sholeh Qosim |
Nahdlatul Ulama kembali
kehilangan salah seorang kiainya, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Bahauddin
Sepanjang, Sidoarjo, KH Sholeh Qosim. Ia wafat di kediamannya, Kamis (10/3)
petang pada saat Shalat Maghrib. Ia dipanggil Allah saat sujud.
Tak banyak yang tahu, kiai yang
lahir pada 1930 ini adalah salah seorang pejuang kemerdekaan NKRI. Dia adalah
salah seorang tentara Sabilillah, sebuah kelaskaran rakyat yang dipimpin tokoh
NU, KH Masykur dari Malang.
Salah seorang pengurus Lembaga
Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU Eko Ahmadi, pernah mengikuti
pertemuan dengan menghadirkan KH Sholeh Qosim. Salah satu ceritanya adalah
bahwa dia adalah salah seorang laskar Sabilillah.
KH Sholeh Qosim turut berperang
pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sebelumnya, peristiwa itu didahului dengan fatwa yang dikeluarkan para kiai NU,
yaitu Rasolusi Jihad NU pada 22 Oktober yang kemudian ditetapkan menjadi Hari
Santri.
Dengan fatwa itu berperang
membela negara kesatuan Republik Indonesia adalah jihad. Dengan adanya fatwa
ini para ulama dan santri mengobrkan semangat berperang melawan penjajah.
Tentang dia turut berperang pada
10 November dibenarkan cucu KH Sholeh Qosim, yaitu Gus Miftah, yang berhasil
dihubungi NU Online Kamis tengah malam.
Menurut dia, KH Sholeh Qosim pada
peristiwa masih masih muda. Ia turut berangkat bersama ayahnya, yaitu Kiai
Qosim.
“Jadi, sebenarnya ngawal ayahnya
yang bernama Kiai Qosim yang ikut Sabilillah,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar