Kamis, 12 Januari 2017

SIM-P (Sinergi, Interpreneur, Moralitas, dan Profesional. Penggunaan Strategi)

SIM-P 
(Sinergi, Interpreneur, Moralitas, dan Profesional. 
Penggunaan Strategi)


A.    Alasan Penggunaan Strategi SIM-P
1.      Pengertian SIM-P
Kepanjangan SIM-P adalah Sinergi, Interpreneur, Moralitas, dan Profesional. Penggunaan strategi. SIM-P berkaitan erat dengan potensi sumber daya yang dimiliki UPT SDN Sunan Giri yaitu Si-OPEL kependekan dari Siswa, Orang tua, Pendidik, dan Lingkungan. Pengertian SIM-P menurut bahasa Indonesia yaitu:
a.       Sinergi
Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil yang lebih besar daripada jumlah bagian tiap bagian.  Konsep bersinergi yaitu: 1) Berorientasi pada hasil dan positif, 2) Perspektif  beragam mengganti atau melengkapi paradigma, 3) Bekerja sama untuk tujuan yang sama dan adanya kesepakatan, dan 4) Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses.
Sinergi adalah proses yang harus dilalui masing-masing pihak, yang memerlukan waktu dan konsistensi.  Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun rasa saling percaya sehingga sinergi terbangun sebagai kerjasama kreatif  yaitu: 1) Berbuat lebih baik untuk orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan baik oleh orang lain, 2) Jangan menilai buruk orang lain, 3) Jangan memberi janji atau harapan yang anda tidak yakin untuk memenuhinya, dan 4) Jangan mengecewakan orang lain.
Kerjasama berdasarkan paradigma atau pola pikir yang berbeda akan mewujudkan hasil yang lebih besar dan efektif. Hal ini akan terwujud karena didasari proses yang dijalani merupakan hasil kesepakan untuk mencapai tujuan yang sama dan lebih baik. Bersinergi berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat dan bersedia untuk saling berbagi.  Bersinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir positif, lebih baik, unggul, produktif dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan.  Bersinergi bertujuan memadukan bagian-bagian terpisah untuk meraih tujuan bersama yang telah disepakati.
b.      Interprener
Kata Interprener berasal dari Entrepreneur(bahasa Prancis) yang berarti seorang yang melakukan suatu usaha (baru) yang berisiko. Menurut Zimmerer (2005), Interprener yaitu kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
Kompetensi interprener kepala sekolah yang diterapkan dalam pengembangan sekolah yaitu (1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, (2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif, (3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebaga pemimpin sekolah, (4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, dan (5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.
c.       Moralitas
1.      Pengertian Moralitas
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Pengertian moral juga memiliki kesetaraan atau kesamaan arti dengan pengertian akhlak, budi pekerti, dan susila.  Moral sebenarnya memuat dua  segi berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang mempunyai sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan yang baik pula. Dengan kata lain, moral hanya dapat diukir secara tepat apabila kedua seginya diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara tepat apabila hati maupun perbuatannya ditinjau bersama. 
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Moralitas dapat objektif atau subjektif. Moralitas objektif memandang perbuatan semata sebagai perbuatan yang telah dikerjakan, bebas lepas dari pengaruh sukarela pihak pelaku. Lepas dari segala keadaan khusus individu pelaku yang dapat mempengaruhi atau mengurangi penguasaan diri dan bertanya apakah orang yang sepenuhnya menguasai dirinya diizinkan dengan sukarela menghendaki perbuatan tersebut. Moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan individu pelaku. Selain itu juga dipengaruhi, dikondisikan oleh latar belakangnya, pendidikannya, kemantapan emosinya, dan sifat-sifat pribadi lainnya.
2.      Peran Pendidikan dalam Pembentukan Moralitas
Saat ini manusia Indonesia mengalami pergeseran dalam aspek moralitas.  Pergeseran itu terjadi pada pandangan masyarakat tentang konsep moralitas itu sendiri. Moralitas dipahami sebagai konsep tentang moral atau kebaikan atau baiknya sesuatu yang telah dikonstruksi oleh masyarakat. Pergeseran moralitas masyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidikan moral sangatlah  perlu bagi manusia, karena melalui pendidikan perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan martabat manusia itu sendiri. Di Indonesia pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang pendidikan. 
Di sekolah dasar perkembangan pendidikan moral tidak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada dalam  tatanan moral bangsa Indonesia yang tertulis jelas di Pancasila sebagai dasar negara.  Pendidikan Moral Pancasila, yang sejak dari pendidikan dasar telah diajarkan tentu memiliki tujuan yang sangat mulia, tiada lain untuk membentuk anak negeri sebagai individu yang beragama, memiliki rasa kemanusiaan, tenggang rasa demi persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk kerakyatan serta berkeadilan hakiki.
Berangkat dari tujuan tersebut diatas maka dalam pelaksanaannya terdapat tiga faktor penting dalam pendidikan moral di Indonesia yang perlu diperhatikan yaitu: 1.  Peserta didik yang sejatinya memiliki tingkat kesadaran dan dan perbedaan perkembangan kesadaran moral yang tidak merata maka perlu dilakukan identifikasi yang berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi perkembangan moral dari peserta didik itu sendiri. 2. Nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan tahapan kesadaran dan perkembangan moral manusia maka perlu di ketahui pula tingkat tahapan kemampuan peserta didik.  Hal ini penting mengingat dengan tahapan dan tingkatan yang berbeda itu pula maka semua nilai-nilai moral yang terkandung dalam penididkan moral tersebut memiliki batasan-batasan tertentu untuk dapat terpatri pada kesadaran moral peserta didik.  Dengan kata lain, kalaulah pancasila memiliki 36 butir nilai moral, maka harus difahami pula proses pemahaman peserta didik berdasar pada tingkat kesadaran dan tingkat kekuatan nilai kesadaran itu sendiri. 3.Guru sebagai fasilitator, apabila kita kembali mengingat teori perkembangan moral manusia dari Kohlberg dengan 4 dalilnya maka guru seyogyanya adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai pendidikanamoralaitu.
Dengan memperhatikan tiga hal diatas maka proses perkembangan moral manusia yang berjalan dalam jalur pendidikan tentu akan berjalan sesuai dengan tahapan perkembangan moral pada tiap diri manusia. Pendidik, sebagai bagian dari pendidikan hendaknya harus berperan dalam melaksanakan pendidikan budi pekerti (moral), yaitu dengan cara: a. Seorang pendidik harus menjadi model sekaligus menjadi mentor dari peserta didik dalam mewujudkan nilai moral pada kehidupan di sekolah. Tanpa guru sebagai model, sulit untuk diwujudkan suatu pranata sosial (sekolah) yang dapat mewujudkan nilai-nilai kebudayaan. b. Masyarakat sekolah haruslah merupakan masyarakat bermoral. Sekolah dan kampus bukan sekedar untuk meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga untuk memupuk kejujuran, kebenaran, dan pengabdian kepada kemanusiaan. c.  Mempraktikkan disiplin moral. Pelaksanaan moral yang tidak disiplin sama artinya tidak bermoral. Moralitas menuntut keseluruhan dari hidup seseorang karena dia melaksanakan apa yang baik dan menolak yang batil. d. Menciptakan situasi demokratis di ruang kelas agar pelaksanaan kehidupan bermoral dapat terwujud. e.  Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum. Nilai-nilai moral bukan hanya disampaikan melalui mata pelajaran yang khusus, tetapi juga terkandung dalam semua program kurikulum. 
Adapun peranan pendidikan (edukasi) dalam mengatasi persoalan moral adalah: a. Menjaga generasi sejak masa kecil dari berbagai penyelewengan ala jahiliah. Mengembangkan pola hidup, perasaan dan pemikiran mereka sesuai dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi yang kukuh dan sempurna di masyarakat. b. Karena pendidikan berjalan seiring dengan perkembangan anak-anak, maka pendidikan akan sangat memengaruhi jiwa dan perkembangan anak serta akan menjadi bagian dari kepribadiannya untuk kehidupannya kelak kemudian hari, c. Pendidikan sebagai alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pendidikan mengemban dua tugas utama yang saling kontradiktif, yaitu melestarikan dan mengadakan perubahan.
Kepemimpinan yang berbasis spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan ketrampilan dalam memimpin belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan bathin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritualitas adalah tentang bagaimana melakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik dalam kesempurnaan bathin sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang kita yakini. Mengaplikasikan spiritualitas, adalah cara kita mencapai otoritas moral bahkan dalam situasi tersulit sekalipun. Spiritualitas membawa kita kepada pencarian jati diri lebih mendalam; mencari kebaikan dan potensi terbaik dari dalam diri, menghargai dan memahami orang lain, menumbuhkan kedewasaan berpikir, waspada, bijaksana, membangun rasa belas kasih terhadap orang lain, dan membuat kita bersemangat dalam meningkatkan hubungan rohani dengan Tuhan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang lebih khusuk dan bermakna.
Spiritualitas mengekspresikan cinta sesungguhnya dari  Tuhan, yang tidak bersyarat, tidak takut, dan tidak mementingkan diri sendiri. Nilai-nilai kehidupan berorientasi pada kejujuran, perilaku bertanggungjawab, kedamaian bathin, menghindari konflik, dan berakhlak mulia ini berpengaruh dalam pembentukan karakter individu dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam melakukan pekerjaan apapun. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya terbaik bahkan ketika tidak ada seorangpun yang memperhatikannya. Seorang profesional dapat dengan jujur mengakui kesalahan/keterlambatannya menyelesai-kan tugas dengan tidak menyalahkan orang lain. Seorang guru melaksanakan tugas dengan ikhlas tanpa menunggu perintah atau pujian orang lain namun melakukan sesuatu terbaik untuk melayani orang lain.
Pendidikan sebagai alat terpenting untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pendidikan mengemban dua tugas utama yang saling kontradiktif, yaitu melestarikan dan mengadakan perubahan. Pendekatan yang digunakan adalah: 1. Pendekatan Penanaman Nilai (Inculcation Approach) 2. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development Approah) 3. Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis Approach) 4. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Valuse Clarification Approach) 5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
d.      Profesional
Istilah profesional sering dikaitkan dengan orang yang menerima upah atau gaji dari usaha yang sudah dikerjakan, baik dikerjakan dengan sempurna atau tidak. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan profesional adalah kinerja pendidik. Suatu pekerjaan yang profesional ditunjang oleh ilmu tertentu yang mendalam dan diperoleh dari lembaga pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya. Upaya pelaksanaan tugas berdasarkan ilmu yang dimiliki sehingga dapat dipertanggungjawabkan baik secara proses maupun hasilnya. Untuk itu seorang pendidik perlu mempunyai kemampuan khusus yang tidak dipunyai oleh orang lain yang bukan pendidik.
Pendidik profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Prinsipnya adalah setiap pendidik harus dilatih secara periodik di dalam menjalankan tugasnya sehingga memiliki keahlian dalam melaksanakan tugas mendidik dengan baik. Pendidik profesional akan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat memahami perkembangan sosial masyarakat sekitar sehingga bisa memberi layanan optimal sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat.
Faktor terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah faktor sumber daya manusia yaitu guru sebagai pendidik. Kini semakin disadari bahwa faktor peningkatan kemampuan pendidik dan orang tua dalam memerankan fungsinya sebagai pendidik semakin memerlukan perhatian. Pelaksanaan upaya ini mengalami kendala yang cukup rumit mengingat banyak diantara aktivitas pendidikan yang penuh semangat itu ternyata belum memiliki bekal wawasan kependidikan yang memadai. Untuk dapat menjalankan tugasnya secara profesional bekal pokok berupa wawasan keilmuan kependidikan yang profesional pula mutlak diperlukan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik untuk meningkatkan sumber daya manusia profesional yaitu:
1.      Selalu mempunyai energi untuk siswanya.
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2.      Mempunyai tujuan jelas untuk pelajaran. 
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3.      Mempunyai keterampilan mendisiplinkan yang efektif.
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4.      Mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik.
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5.      Dapat berkomunikasi secara baik dengan orang tua.
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, e-mail, atau whatsApp sebagai sarana komunikasi.
6.      Mempunyai harapan yang tinggi pada siswanya.
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7.      Pengetahuan tentang kurikulum.
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
8.      Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan.
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9.      Selalu memberikan yang terbaik untuk siswa dan proses pembelajaran.
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10.  Mempunyai hubungan yang berkualitas dengan siswa.
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

2.      Pemilihan Penggunaan Strategi SIM-P
Kepemimpinan sekolah yang efektif tergantung pada teori kepemimpinan yang diyakini oleh kepala sekolah. Kepemimpinan yang diyakini (seyogyanya) akan berpengaruh pada peningkatan prestasi akademik siswa secara keseluruhan. Kondisi tersebut membuat sebagian besar pendidik, orang tua, dan siswa merasa senang melihat kinerja sekolah (Marzano, 2005).
Kepala sekolah selain menjadi seorang manajer juga sebagai seorang pemimpin. Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yaitu (1) Fokus pada visi dan misi menciptakan perubahan menjadi lebih baik, (2) Menentukan arah dan memikirkan strategi menuntaskan misi, (3) Memberikan kebebasan kepada staf untuk melaksanakan pekerjaan dengan cara masing-masing asalkan tetap terarah pada penuntasan misi, dan (4) Memotivasi dan memberi inspirasi kepada staf untuk menuntaskan visi dan misi secara kreatif.
Kepala sekolah sebagai manajer harus dapat menentukan strategi pengelolaan yang akan diterapkan di sekolah setelah mengetahui potensi sumber daya sekolah. Pengelolaan sebagai perlakuan atau treatment yang akan dilakukan diupayakan tepat guna dan sasaran untuk mencapai tujuan sebagai upaya menciptakan perubahan menjadi lebih baik. Kepala sekolah memerlukan dukungan semua pihak untuk mengembangkan sekolah dengan cara menerapkan strategi yang tepat, unggul, kolaboratif, dan produktif.
Pemilihan penggunaan strategi SIM-P sangat tepat diterapkan di UPT SDN Sunan Giri yang memiliki jumlah siswa cukup besar. Jumlah siswa yang besar berdampak positif terhadap potensi sumber daya sekolah yang besar pula, seperti jumlah orang tua, jumlah pendidik, jumlah kelas, dan lingkungan sekolah yang memadai. Pengelolaan sekolah dengan menggunaan strategi SIM-P di UPT SDN Sunan Giri oleh kepala sekolah dengan alasan sebagai berikut:
1.    Potensi sumber daya sekolah cukup besar
Setiap sekolah memiliki potensi sumber daya sekolah yang harus diketahui oleh warga sekolah terutama oleh kepala sekolah selaku pimpinan. Potensi sumber daya sekolah harus dikelola dengan tepat sebagai modal untuk mengembangkan sekolah menjadi lebih baik. UPT SDN Sunan Giri memiliki potensi sumber daya sekolah yaitu Si-OPEL kependekan dari Siswa, Orang tua, Pendidik, dan Lingkungan.
Jumlah siswa UPT SDN Sunan Giri tahun pelajaran 2015-2016 adalah 617 anak maka jumlah orang tua siswa sebagai bagian dari stakeholder sekolah cukup besar. Partisipasi aktif orang tua siswa terhadap pengembangan sekolah unggul diharapkan sangat besar pula. Pengembangan sekolah unggul dapat menaikkan fanatisme pendidikan orang tua terhadap kemajuan siswa.
Jumlah siswa yang cukup besar membutuhkan pendidik, ruang kelas, dan lingkungan belajar yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah pendidik di UPT SDN Sunan Giri sebanyak 31 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 6 orang. Keadaan bangunan UPT SDN Sunan Giri cukup besar yang cukup menampung siswa sebanyak 24 rombel. Bangunan lain yang melengkapi keterpenuhan sarana-prasarana belajar yang dibutuhkan siswa diantaranya ruang: perpustakaan, laboratorium IPA, komputer, kesenian, drum band, UKS,dan Pramuka. Beberapa fasilitas lain yang dimiliki sekolah yaitu musholla, koperasi, kantin dan warung sekolah, tempat parkir, ruang serba guna, dan pos satpam.
Lingkungan UPT SDN Sunan Giri sebagai Sekolah Adiwiyata sangat layak untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Lingkungan sekolah hijau yang dipenuhi ribuan tanaman berbagai jenis menambah asri dan nyaman nuansa belajar di sekolah ini. Fasilitas yang dimiliki sekolah sebagai sekolah Adiwiyata diantaranya green house, kebun blimbing wuluh sebagai ikon sekolah, kebun sekolah, taman kelas, lapangan sepak bola, gazebo, dan hamparan halaman sekolah berpaving.
Lingkungan sosial-ekonomi masyarakat sekitar UPT SDN Sunan Giri cukup mendukung terhadap upaya pengembangan sekolah unggul. Masyarakat yang agamis merupakan wujud kearifan lokal menjadi potensi terhadap pengembangan moral berkeutamaan siswa. Home industri masyarakat sebagai sentra industri mebel menumbuhkan strata ekonomi menengah atas para orang tua siswa yang sangat besar perannya terhadap sekolah unggul.
2.    Peluang unggul cukup besar
UPT SDN Sunan Giri merupakan rintisan sekolah unggul di Kota Pasuruan yang sering berpartisipasi di berbagai lomba di tingkat daerah dan nasional.  Pelayanan sekolah yang humanis dan akuntabel terhadap siswa dan orang tua membuahkan partisipasi orang tua terhadap sekolah cukup signifikan. Melalui komite sekolah dan paguyuban kelas yang sudah terbentuk, para orang tua dapat berperan aktif untuk mendukung program-program pengembangan sekolah unggul.
Pengurus komite sekolah dan paguyuban kelas sebagian besar dijabat oleh orang tua siswa dari kalangan ekonomi atas atau juragan mebel dan tokoh masyarakat. Antar juragan mebel yang kaya tersebut selalu bersaing dalam bisnis dan selalu ingin menunjukkan eksistensi dirinya di komite sekolah atau paguyuban kelas. Mereka berlomba-lomba untuk memberi sumbangan kepada sekolah sembari menaikkan reputasinya sebagai juragan mebel yang berpengaruh dikelompoknya.
Strategi pengelolaan sekolah yang diterapkan kepala sekolah perlu mendapat dukungan dari pendidik dan tenaga kependidikan yang ada. Jumlah staf yang besar merupakan modal yang potensial bagi pengembangan sekolah unggul jika dikelola dengan tepat dan berkesinambungan. Integritas yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas merupakan kunci keberhasilan kinerja staf yang sinergi untuk  membuka peluang keberhasilan program-program sekolah.
3.    Membutuhkan pengelolaan yang tepat
Kepala sekolah sebagai manajer dapat menentukan strategi manajemen sekolah yang akan diterapkan di sekolah yang dipimpinnya. Strategi manajemen yang ditentukan secara kolaboratif antara kepala sekolah dan pendidik, staf, komite sekolah, paguyuban kelas, serta orang tua dapat membangun kepercayaan dan pencitraan publik. Keluwesan kebijakan dan keharmonisan hubungan antara kepala sekolah, pendidik, dan orang tua sangat menguntungkan sekolah untuk menumbuhkan partisipasi stakeholder sekolah.
Keharmonisan hubungan antara sekolah dan stakeholder sekolah dapat membangun sinergitas mencapai tujuan. Setiap manusia memiliki kelebihan di bidangnya dan perlu mendapat apresiasi yang sama bersinergi untuk kepentingan sekolah. Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil yang lebih besar daripada jumlah bagian tiap bagian. Sinergi saling percaya dapat menumbuhkan moralitasuntuk melahirkan kerjasama kreatif  yaitu berbuat lebih baik untuk orang lain sebagaimana setiap orang ingin diperlakukan baik oleh orang lain dan jangan menilai buruk orang lain
Tuntutan pendidikan semakin komplek dan multi dimensi yang berkembang di masyarakat. Sekolah harus lebih peka melihat kebutuhan peningkatan kompetensi yang harus dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus memiliki jiwa interprener atau kewirausahaan untuk meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas. Proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kinerja merupakan esensi interprener yang profesional.
Kompetensi inovasi dalam kerangka profesionalitas yang dimiliki setiap pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas pendidikan keseharian beraneka bentuknya. Kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan dalam pengelolaan sekolah dapat mengkolaborasikan aneka kompetensi tersebut. Kolaborasi kompetensi yang dikelola untuk membentuk kerja yang sinergis antar personal. Sinergi yang dibangun tentunya beriorientasi pada hasil kerja yang lebih produktif yang lebih baik.
4.    Meraih sekolah unggul
Potensi sumber daya sekolah mencakup siswa, orang tua siswa, pendidik, dan lingkungan atau Si-OPEL telah tergali dengan optimal. Pemberdayaan segenap potensi sumber daya sekolah telah dikelola dengan konsep sinergi, interprener, moralitas, dan profesional atau SIM-P dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai budaya kerja yang lebih produktif di UPT SDN Sunan Giri. Kerja sama saling memberikan sesuatu yang terbaik untuk orang lain berdasarkan inovasi keprofesionalan dalam tugas mendorong terwujudnya sekolah unggul.
Sekolah unggul menjadi harapan semua pihak baik sekolah, pemerintah daerah maupun orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Sekolah unggul tidak hanya berprestasi di bidang akademik semata namun berprestasi dibidang lain sebagai nilai tambah yang saling melengkapi keunggulannya. Nilai tambah keunggulan UPT SDN Sunan Giri mencakup bidang afektif mencakup seni, budaya, dan keterampilan yang mengangkat konsep perkembangan kearifan lokal dan kepedulian lingkungan. Oleh karena itu, keunggulan UPT SDN Sunan Giri mencakup bidang ARILOKA CANTIK yaitu Kearifan Lokal, Ceria, Asri, Nyaman, Tertib, Indah, dan Kreatif.
B.     Kendala Penggunaan Strategi SIM-P
Pengembangan UPT SDN Sunan Giri menuju sekolah unggul terus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan untuk menutupi kekurangannya. Pengembangan mencakup pembangunan fisik dan non-fisik yang diupayakan dapat berjalan seimbang. Pengembangan fisik dilakukan dengan pembangunan gedung baik perbaikan maupun pengadaan gedung baru. Pengembangan non-fisik dilakukan melalui penerapan strategi pengelolaan pendidikan terhadap personal dan stakeholder sekolah.
Penggunaan strategi SIM-P merupakan model pengelolaan personal dan stakeholder yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja dan peran masing-masing. Optimalisasi dan peran tersebut diharapkan untuk mewujudkan UPT SDN Sunan Giri yang unggul baik dibidang akademik maupun non-akademik. Kendala penggunaan strategi SIM-P di UPT SDN Sunan Giri yang selama ini diterapkan oleh kepala sekolah diantaranya:
1.      Input siswa rendah
UPT SDN Sunan Giri memiliki siswa setiap tahun rata-rata cukup besar jumlahnya yang terbagi dalam 24 rombel. Setiap kelas berisi antara 25 sampai 30 siswa yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Asal siswa dari Kelurahan Sunan Giri dan kelurahan-kelurahan di sekitarnya yang merupakan daerah penghasil barang mebel.
Sebagian besar siswa yang mendaftar ke UPT SDN Sunan Giri berasal dari TK-TK di sekitarnya. Secara akademis, kemampuan siswa rata-rata 70% tergolong rendah jika diukur dengan hasil belajar sehari-hari. Sedangkan 30% dengan kemampuan akademik di atas rata-rata yang berpotensi meraih prestasi di tingkat kecamatan dan kota. Oleh karena itu, pembinaan prestasi non akademik menjadi salah satu terobosan yang diupayakan oleh UPT SDN Sunan Giri.
2.      Fanatisme pendidikan orang tua siswa masih lemah
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Ketiga komponen sangat menentukan mutu pendidikan baik secara proses maupun hasil pendidikan. Orang tua siswa UPT SDN Sunan Giri yang sebagian besar berasal dari Kelurahan Sunan Giri sekitar 75% bermata pencaharian sebagai tukang kayu dan sisanya sebagai juragan mebel atau PNS.
Kepedulian orang tua siswa terhadap perkembangan prestasi hasil belajar siswa sangat kurang. Sebagian besar orang tua menyerahkan hasil belajar siswa sepenuhnya kepada sekolah. Kompetisi hasil belajar siswa hampir tidak nampak meskipun setiap semester ditentukan ranking prestasi hasil belajar.  Perhatian dan kepedulian orang tua kepada prestasi siswa masih lemah sehingga berdampak pada lemahnya motivasi belajar siswa. Diperparah dengan belum lemahnya tuntutan orang tua terhadap hasil belajar yang lebih baik.
3.      Kompetensi pendidik tidak merata
Jumlah siswa di UPT SDN Sunan Giri yang cukup besar membutuhkan pendidik yang besar pula untuk melaksanakan proses pembelajaran yang memadai. Jumlah pendidik di UPT SDN Sunan Giri sebanyak 42orang terdiri dari 31PNS dan 11sukwan apabila dihitung berdasarkan usia, terdapat 6 pendidik usianya di atas 50 tahun dari jumlah pendidik yang ada.

Keadaan pendidik ditinjau dari segi kemampuan mengoperasikan perangkat IT terhitung 40% tergolong mahir, 30% tergolong mampu, 15% kurang mampu, dan 15% tidak mampu. Kompetensi pendidik ditinjau dari segi kemampuan berinovasi dalam kewirausahaan pelaksanaan pembelajaran atau tugas tambahan terhitung 60% mampu, 20% kurang mampu, dan 20% tidak mampu. Berdasarkan keadaan kompetensi pendidik yang tidak merata perlu adanya pengelolaan pemberdayaan pendidik dalam pelaksanaan tugas secara kolaboratif untuk membangun sinergitas yang berorientasi pada hasil.

0 komentar:

Posting Komentar