Senin, 16 Januari 2017

Artikel Pendidikan : MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA RAKYAT YANG DIDENGAR MENGGUNAKAN SUMBANG SARAN (BRAIN-STORMING)

Mengidentifikasi Unsur Cerita RAKYAT Yang Didengar MENGGUNAKAN Sumbang Saran (Brain-Storming)


BASUKI

Alamat : SDN Sunan Giri I Kecamatan Rejoso
Kabupaten Pasuruan

Abstrak: Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk aspek mendengarkan dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar, kegiatan yang  dilakukan guru pada sebelumnya adalah siswa mendengarkan cerita dari guru. Untuk mengetahui kemampuan siswa guru memberikan soal-soal mengenai unsur-unsur yang ada dalam cerita baik secara lisan maupun tertulis yang harus dikerjakan oleh siswa  sendiri-sendiri. Cara tersebut kurang menumbuhkan keaktifan siswa.  Sumbang saran (Brain Storming) merupakan cara untuk mencari pemecahan masalah. Kita hidup sebagai makhluk sosial. Di mana dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari orang lain. Bercerita membutuhkan pendengar, di sini siswa diharapkan belajar menghormati orang yang berbicara. Setelah mendengarkan diharapkan siswa aktif berbicara untuk mengutarakan pendapatnya. Hasil dari penelitian ini adalah (a) pembelajaran menggunakan sumbang saran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar yang dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa mulai siklus I yaitu 35%, 53%, dan 84% dan (b) pembelajaran menggunakan sumbang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar dapat dilihat dari peningkatan nilai formatif, yaitu rata-rata kelas pada suklus I  61,16, siklus II 74,2, siklus III 81,08.

kata Kunci: Mengidentifikasi cerita rakyat, Brain Storming

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk aspek mendengarkan dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar, kegiatan yang  dilakukan guru pada sebelumnya adalah siswa mendengarkan cerita dari guru. Untuk mengetahui kemampuan siswa guru memberikan soal-soal mengenai unsur-unsur yang ada dalam cerita baik secara lisan maupun tertulis yang harus dikerjakan oleh siswa  sendiri-sendiri. Dalam situasi seperti ini ada siswa yang bisa menjawab ada pula yang tidak bisa menjawab. Di samping itu siswa secara umum dalam pelajaran Bahasa Indonesia sering kurang berminat dalam mendengarkan dan berbicara, dengan berbagai faktor penyebabnya, di antaranya  bosan mendengarkan, malu, takut, ragu-ragu dalam mengutarakan pendapat, kurang menguasai kosa kata, dan lain-lain.
Di samping itu cara seperti di atas kurang menumbuhkan keaktifan siswa.  Dengan demikian agar siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengidentifikasi unsur cerita  rakyat yang didengarnya, guru terdorong ingin memperbaiki pembelajaran dan perlu menyajikan dalam bentuk yang lebih menarik yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa, dengan cara yang komunikatif.
Dengan  kondisi seperti di atas,  guru  ingin memperbaiki pembelajaran menggunakan sumbang saran. Sebelum sumbang saran dilaksanakan, diawali dengan bercerita, siswa mendengarkan  cerita tersebut.
Sumbang saran merupakan cara untuk mencari pemecahan masalah. Kita hidup sebagai makhluk sosial. Di mana dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari orang lain. Setiap ada masalah kita tidak bisa memutuskan sendiri, kita selalu membutuhkan orang lain untuk menyumbangkan sarannya, agar cepat selesai. Bila kita salah ada yang memberi nasihat atau mengomentari bahkan menanggapi maka kehidupan menjadi dinamis dan terarah.
Bercerita membutuhkan pendengar, di sini siswa diharapkan belajar menghormati orang yang berbicara. Setelah mendengarkan diharapkan siswa aktif berbicara untuk mengutarakan pendapatnya. Dengan demikian sumbang saran cocok untuk mendidik siswa bermusyawarah,  berfikir kritis,  aktif sehingga perlu diberikan pada anak sejak dini dengan tujuan bermanfaat bagi  siswa untuk di kemudian hari.
Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan seara lisan (Brown dan Yule, 1983).  Keberhasilan berbicara dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor pembicara dan faktor pendengar. Agar pesan yang disampaikan melalui berbicara bisa diterima baik oleh pendengar maka si pembicara tersebut harus menguasai faktor linguistik maupun psikologi.
Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah ingin mengetahui : (1) Sumbang saran dapat  meningkatan keaktifan siswa dalam mengidentifkasi unsur cerita rakyat yang didengar, (2) Sumbang saran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur rakyat yang didengar.

METODE PENELITIAN
SETTING PENELITIAN
Tempat Penelitian
Penelitan ini bertempat di UPT SDN Sunan Giri I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
Waktu Penelitian
             Penelitian ini dilaksanakan hari Jumat 30 Agustus 2010 untuk Siklus I, Siklus II hari Jumat tanggal 3 September 2010, Siklus ke III hari Jumat tanggal 10 September 2010.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas V UPT SDN Sunan Giri I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 25 siswa, pada Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi unsur cerita  rakyat yang didengar”.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berangkat dari persoalan-persoalan praktik yang dihadapi guru di kelas. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas adalah masalah-masalah praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Untuk kepentingan itu pertama-tama guru harus menyadari adanya masalah di kelasnya.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang lain. Setiap siklus mempunyai planing (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflektion (refleksi), langkah siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi . Sebelum masuk siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
            Tahap-tahap dalam PTK yaitu :
   Merencanakan

Refleksi                                                         Melakukan Tindakan             
                                                            
                                                                                      Mengamati
Penjelasan alur di atas : (1) Rencana, merupakan langkah awal yaitu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan dan menentukan instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran, (2) Tindakan, merupakan realisasi dari rencana yang dibuat, (3) Pengamatan,mengamati tindakan apakah sudah selesai dengan rencana, hasil atau dampak diterapkannya gabungan metode bercerita dengan   metode  sumbang saran, (4) Refleksi, merenungkan, meneliti, mengkaji hasil pengamatan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan tindakan yang dilaksanakan, (5) Rancangan atau rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dibuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Penelitian direncanakan dalam 3 siklus, apabila dalam 2 siklus sudah memperoleh hasil yang memuaskan 2 siklus saja sudah cukup. Apabila 2 siklus belum mencapai hasil yang maksimal penelitian dilaksanakan  selama 3 silkus atau sampai mencapai hasil yang maksimal, di mana tiap siklus memiliki alur yang sama dan diakhiri dengan tes formatif pada setiap akhir siklus.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk meneliti adalah : (1) Silabus, (2) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa, (4) Lembar Pengamatan Siswa, (5) Tes Formatif
Teknik  Pengumpulan  Data
            Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi kegiatan belajar aktif dan tes formatif.
Teknik  Pengolahan  Data
            Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang menggambarkan kenyataan atau fakta yang ada. Fakta tersebut adalah pengamatan dan tes formatif.
Berdasarkan nilai pengamatan dapat diketahui tingkat keaktifan siswa  sedangkan nilai formatif digunakan untuk mengetahui nilai kognitif siswa. Nilai ini menentukan siswa tuntas apa tidak. Bila siswa memperoleh nlai kurang dari 65 berarti belum tuntas, sehingga siswa tersebut harus mengikuti perbaikan. Sedangkan bagi yang sudah mendapat nilai 65 atau di atasnya siswa tersebut tuntas dan mengikuti pengayaan. Perbaikan dan pengayaan dilakukan menggunakan metode tugas kelompok dengan tujuan membina kerja sama dan tetap ada sumbang saran di antara anggota
Penghitungan nilai menggunakan  statistik sederhana yaitu: (1) Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh semua siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas sehingga dapat diperoleh rata-rata dengan rumus sebagai berikut :
  = 
Dengan :        : Nilai Rata-rata           : Jumlah Nilai Siswa       : Jumlah Siswa
(2) Untuk mengetahui ketuntasan belajar. Ada dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan keputusan bersama di sekolah kami bahwa,  siswa telah tuntas belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas tersebut dikatakan tuntas belajar bila75%  atau lebih siswanya telah mencapai daya serap. Untuk menghitung ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :          
=
(3) Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dapat diketahui dari  frekwensi menjawab tiap siswa. Setiap siswa diberi kesempatan menjawab maksimal 3 kali, 1 kali menjawab skor 1, 1 kali menjawab benar skor 1, jawaban salah tidak mendapat skor.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Per Siklus
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini disiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP I, Lembar Kerja Siswa, Lembar Pengamatan Siswa, Tes Formatif I, dan alat-alat pembelajaran lain yang mendukung.
Rencana Pembelajaran Siklus I adalah sebagai berikut:
Mata Pelejaran                        : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester                        : V/ I
Standar Kompetensi               :
1.      Memahami penjelasan narasumber dan cerita  yang didengar.
Kompetensi Dasar                  : 1.2 Mengidentifikasi unsure cerita rakyak yang didengarnya.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran yang pertama dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2010 di kelas V dengan jumlah siswa 25 anak. Dalam pembelajaran ini dilaksanakan dengan mengacu pada rincian pembelajaran yang telah dirancang.
Pengamatan dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentikasi unsur cerita rakyat yang didengar setelah diterapkan metode sumbang saran. Berdasarkan observasi terhadap siswa dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan  sumbang saran diperoleh prosentase keaktifan sebesar 35%, jawaban benar 32%, terdapat 4 siswa tidak berani mengutarakan pendapat secara langsung, dia mau menjawab kalau bersama-sama dengan yang lain. Hal ni disebabkan karena siswa yang pendiam tidak terbiasa mengutarakan pendapatnya,  dan kurang memusatkan perhatian, sehingga siswa tersebut  tidak ingat apa yang baru dipelajari.
Sedangkan untuk hasil nilai tes formatif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas  61,16, prosentase ketuntasan  belajar klasikal 52%. Ada 12 siswa yang mendapat nilai di bawah 6 sehingga harus mengikuti perbaikan, dan 13 siswa yang mendapat nilai di atas 65 mengikuti pengayaan. Berikut ini ditampilkan langkah tindakan penelitian:
Tabel  Tindakan Penelitian
No
Tindakan
Hasil
Analisis
1.
Guru bercerita, siswa mendengarkan


Guru memberi kesempatan bertanya
Beberapa siswa bicara sendiri, siswa tidak terbiasa mencatat hal- hal penting.Hanya beberapa siswa yang bertanya
Tidak memperhatikan guru bercerita

Tidak bias menjawab pertanyaan
2.
Guru melontarkan pertanyaan yang dijawab siswa dengan sumbang saran
- 4 siswa tidak 
   mengutarakan
   pendapat
-16 siswa menjawab 1
   kali
-10 siswa menjawab 2 
  Kali
Pasif


Keaktifan 35%, menjawab benar 32%
3
Tes Formatif I
Rata-rata 61,16,tuntas 52%
12 siswa perbaikan 13 siswa pengayaan

Refleksi
Dalam kegiatan  belajar  mengajar  diperoleh  informasi  dari teman sejawat  yaitu Fatekhul Mufid dan refleksi guru sehingga didapat kesimpulan sebagai berikut : (1) Guru terlalu cepat bercerita, (2) Ketika guru bercerita  masih banyak siswa yang berbicara sendiri, (3) Siswa tidak terbiasa mencatat hal-hal yang penting, ketika mendengar guru bercerita, (4) Kesempatan menjawab masih dimonopoli siswa yang berani dan  pandai.
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan, maka perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus II yaitu; (1) Guru lebih perlu terampil dalam bercerita yaitu dengan cara tempo diperlambat, memperhatikan intonasi, volume lebih keras, dan suara disesuaikan dengan peran masing-masing tokoh, (2)  Mengingatkan siswa  pentingnya menyimak dengan baik supaya dapat mencatat hal-hal  penting dan yang tidak dimengerti, (3) Memotivasi siswa yang kurang berani mengutarakan pendapat agar memberankan diri dengan cara dipancing dengan pertanyaan yang lebih mudah dan diberi kesempatan lebih dulu, (4)  Agar siswa tidak bosan guru mengganti cerita baru.
Siklus  II
Tahap  Perencanaan
Pada tahap ini dipersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP II, Lembar Kerja Siswa, Lembar pengamatan siswa, soal  tes formatif, dan alat-alat pelajaran yang mendukung. RPP yang dipergunakan tetap dalam bentuk yang sama namun dengan cerita yang berbeda.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 September 2010. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, agar kesalahan dan kekurangan tidak terulang lagi. Dalam menyampaikan pertanyaan guru  menggunakan kalimat yang bervariasi agar siswa bisa memahami maksud pertanyaan tersebut.  Pengamatan terhadap siswa  dilakukan bersama dengan kegiatan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk peningkatan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar  setelah diterapkan sumbang saran. Di bawah ini ditampilkan nilai pengamatan formatif II.
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: prosentasi keaktifan  siswa yaitu 53% dan prosentase jawaban betul 50%. Dengan demikian ada peningkatan keaktifan dan jawaban benar, walaupun peningkatan ini belum sesuai dengan harapan, untuk itu kegiatan ini perlu ditindaklanjuti pada siklus III.
Pada akhir pembelajaran siklus II, siswa diberi tes formatif II. Dari hasil tes formatif tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 74,6, sedangkan ketuntasan belajar siswa mencapai 64%. Dengan demikian terlihat ada peningkatan walaupun secara umum ketuntasan belajar belum terpenuhi. Di bawah ini ditampilkan langkah-langkah tindakan penelitian pada siklus II:
Tabel Tindakan Penelitian
No
Tindakan
Hasil
Analisis
1.
Mengingatkan siswa agar mendengarkan cerita dengan seksama dan mencatat hal-hal yang penting pada LKS
Cara bercerita ditingkatkan: tempo lambat, memperhatikan intonasi, volume lebih jelas,suara dibedakan.
Ada perubahan perhatian  ketika mendengarkan guru bercerita.
Siswa sudah ada yang mencatat ketika mendengarkan cerita.



Siswa lebih berkonsentrasi
2
Guru menyampaikan soal tentang latar, tokoh dan watak dari cerita rakyat disertai penjelas- an contoh watak baik dan buruk,  pengaturan g giliran menjawab, mem beri penguatan, memoti- vasi yang kurang aktif dengan pertanyaan lebih mudah dan member kesempatan menjawab lebih dulu.
Ada peningkatan keaktifan dan menjawab benar.
Beberapa siswa masih malu menjawab.
Ada yang belum bisa  menyebutkan watak tokoh sesuai dengan yang ada di cerita.
12 siswa menjawab 1 kali, 28 siswa menjawab 2 kali, prosentase 53%.
13 siswa menjawab 1 kali, 12 siswa menjawab  2  kali, prosentase 50%.



3
Tes Formatif II
Terdapat peningkatan nilai rata-rata.
Rata-rata 74,6 Ketuntasan 64% Pengayaan 16 siswa, perbaikan 9 siswa.

Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II diperoleh informasi perlu dilanjutkan untuk siklus III, karena guru masih belum puas dengan kemampuan yang diperoleh siswa. Kekurangan yang dirasakan guru yang menyebabkan nilai masih belum memuaskan adalah : (1)  Pemberian penguatan kepada siswa kurang, (2)   Masih ada siswa yang kurang aktif dan masih malu untuk  mengutarakan pendapatnya, (3) Siswa masih sulit menemukan dan menentukan watak pelaku, hal ini disebabkan karena penguasaan dan pemahaman kosa kata kurang, bila menyebutkan watak pelaku sebagian siswa menggunakan kata baik dan buruk, belum menyebutkan watak tokoh yang sesungguhnya ada pada cerita.
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III, antara lain : (1) Guru hendaknya memberi penguatan yang bervariasi agar siswa lebih antusias dalam belajar, dan menarik siswa lain supaya aktif, (2) Guru dituntut lebih dekat dengan siswa agar yang kurang aktif tidak ragu-ragu mengemukakan pendapat, (3) Guru supaya memberi gambaran atau contoh watak  apa saja yang baik  dan  watak apa saja yang buruk.
Siklus  III
Tahap Perencanaan
Guru mempersiapkan RPP III, Lenbar Kerja Siswa, Lembar Pengamatan Siswa, soal formatif III dan alat-alat pelajaran yang mendukung. Pada pemebelajaran ini tetap menggunakan RPP yang sudah diperbaiki untuk kegiatan intinya, dengan cerita yang baru agar siswa tidak bosan dan bisa menambah kosa kata.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan siklus III yaitu pada tanggal 10 September 2010.Pelaksanaan proses pembelajaran ini mengacu pada rencana dengan memperhatikan revisi pada perbaikan siklus II.
Pada pembelajaran ini tetap ada pengamatan belajar siswa untuk  mengetahui perkebangan keaktifan siswa, dan pada akhir pembelajaran siklus III siswa diberi tes formatif III dengan maksud untuk mengetahui peningkatan kemampuan dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar dengan menggunakan metode sumbang saran.
Berdasarkan pengamatan terhadap belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: ada peningkatan keaktifan siswa dari siklus II ke siklus III yaitu dari 53% menjadi 84% dan prosentase jawaban benar dari 50% menjadi 75%. Jadi penggunaan sumbang saran di sini bisa meningkatkan keaktifan siswa untuk mengutarakan pendapat dalam mengidintifikasi unsur cerita rakyat.
Sedangkan untuk hasil tes formatif III didapat informasi adanya peningkatan nilai siswa, yang terlihat dari rata-rata kelas yang meningkat pula yaitu di siklus II 74, naik menjadi 81,08. Begitu pula dengan prosentase ketuntasan belajar pada siklus II 64% menjadi 92%. Agar lebih jelas mengenai tindakan penelitian ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel Tindakan Penelitian
No
Tindakan
Hasil
Alisis
1
Sebelum guru bercerita, mengingatkan siswa tentang contoh-contoh watak yang baik dan tidak baik serta menghimbau agar mencatat latar, tokoh, watak dalam LKS supaya dalam waktu sumbang saran siswa mempunyai bahan.

Setelah bercerita siswa diberi kesempatan bertanya tentang kata-kata sukar.

Siswa menjadi lebih paham mengenai watak terbukti dari  tanya jawab sekilas banyak yang bisa menjawab.
Ketika guru bercerita siswa sudah semakin aktif mencatat hal-hal penting.



Sudah ada kemajuan ingin bertanya, siswa lebih berani dari siklus sebelumnya.
Siswa semakin tahu tugas-tugasnya.
2.
Guru melontarkan perta- nyaan menganai latar, tokoh, dan watak yang harus dijawab secara sumbang saran. Distribusi menjawab tetap diatur agar siswa yang kurang aktif mendapat kesem- patan .
Antusias siswa    dalam menjawab lebih tinggi, siswa lebih aktif walaupun masih ada beberapa
siswa  mau menjawab setelah dibimbing guru.
12 siswa menjawab 2 kali, 13 siswa menjawab 3 kali,    prosentase keaktifan 84%.
16 siswa menjawab benar 2 kali, 13 siswa
menjawab benar 3 kali, prosentase
jawaban benar75%.
3. 
Tes Formatif III
Ada peningkatan nilai rata- rata kelas.
Nilai rata-rata kelas 81,08. Ketuntasan belajar 92%.
23 siswa pengayaan, 2 siswa perbaikan.

Dengan demikian sumbang saran memiliki kontribusi meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat.
Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun dan yang kurang baik selama proses pembelajaran dengan penerapan gabungan meode bercerita dengan  sumbang saran (Brain-Storming) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar. Dari data-data di atas dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : (1) Selama proses belajar mengajar sudah berjalan lebih baik, walaupun ada beberapa aspek yang belum sempurna, (2)  Berdasarkan pengamatan, siswa lebih aktif dari pada  sebelumnya, walaupun masih ada beberapa anak yang kurang aktif, (3) Kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan  walaupun belum sempurna, (4) Hasil  belajar    mengajar   pada  siklus I, I,  dan III mengalami  peningkatan   yang sangat tinggi sehingga hasil siklus III termasuk kategori tuntas.
Revisi
Dalam proses pembelajaran siklus III telah terlaksana dengan baik hal ini dapat dilihat dari aktivitas dan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar mengalami peningkatan. Dengan adanya fakta tersebut yang perlu diperhatikan adalah memaksimalkan dan mempertahankan yang sudah ada dengan tujuan agar pada kegiatan pembelajaran berikutnya penerapan gabungan metode bercerita dengan sumbang saran pada aspek mendengar tetap digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama tiga siklus, dan berdasarkan hasil pembahasan serta analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran menggunakan sumbang saran (Brain-Storming) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar yang dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa mulai siklus I yaitu 35%, 53%, dan 84%, (2) Pembelajaran menggunakan  sumbang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar dapat dilihat dari peningkatan nilai formatif tiap, yaitu rata-rata kelas pada suklus I  61,16, siklus II 74,2, siklus III 81,08.
Saran-saran
            Dari hasil pengamatan dan uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan memberikan hasil yang baik maka disampaikan saran sebagai berikut : (1) Untuk melaksanakan pembelajaran dengan mengutamakan  sumbang saran, perlu persiapan yang matang agar memperoleh hasil yang optimal, (2) Untuk melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita dengan  sumbang saran, guru dituntut  melatih  siswa dengan berbagai bentuk pertanyaan walau dalam taraf sederhana, supaya siswa berani mengutarakan pendapat dan  belajar memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
DAFTAR  RUJUKAN
Budiarta, Sugeng  dkk (2004). Cinta Bahasa Kita. Bandung. Ganeca          
          Exact.

Djajadisastra, Yusuf (1985). Metode-Metode Mengajar I. Bandung Angkasa.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.

Santoso, Puji, dkk (2007). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta. Universitas Terbuka.

Wardani. I.G.A.K, Kuswaya Wihardit. Noehi nasution (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka.









0 komentar:

Posting Komentar