Menciptakan Pembelajaran Interaktif Dalam Kelas Melalui Strategi Bertanya
Kunci yang paling penting untuk menciptakan ruang kelas
bahasa interaktif adalah inisiasi interaksi oleh guru. Dalam kelas bahasa
kedua, dimana siswa kadang tidak memiliki kemampuan untuk memulai berbahasa,
pertanyaan guru sangat dibutuhkan sebagai batu loncatan agar siswa mampu
berkomunikasi. Berikut adalah pertanyaan yang tepat dalam sebuah kelas bahasa
interaktif (diadaptasi dari Christenbury dan Kelly, 1983, dan Kinsella, 1991):
1. Pertanyaan guru
memberikan siswa dorongan dan kesempatan untuk memproduksi bahasa yang nyaman
tanpa harus mereka memulai sendiri bahasanya. Harus dipahami, bagi beberapa
siswa memulai sendiri berbahasa akan sangat menakutkan. Dengan pertanyaan-pertanyaan
seorang guru dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa pendiam
sebuah "lampu hijau" untuk berkomunikasi dalam bahasa kedua mereka.
2. Pertanyaan guru
dapat berfungsi untuk memulai reaksi berantai para siswa.
Satu pertanyaan dapat menjadi awal diskusi antar siswa. Tanpa pertanyaan awal, akan membuat para siswa akan enggan untuk memulai proses.
Satu pertanyaan dapat menjadi awal diskusi antar siswa. Tanpa pertanyaan awal, akan membuat para siswa akan enggan untuk memulai proses.
3. Pertanyaan guru
dapat berfungsi sebagai tanda sejauh mana pemahaman menyeluruh siswa.
4. Pertanyaan guru
memberikan para siswa kesempatan untuk mengetahui apa yang mereka pikirkan
dengan mendengar apa yang mereka katakan.
Yang harus diperhatikan adalah meski pertanyaan merupakan
hal penting bagi terjadinya komunikasi, namun dengan terlalu banyak bertanya
tidak akan dapat memberikan jaminan terjadinya interaksi. Beberapa tipe
pertanyaan berikut harus dihindari dalam pendekatan pembelajaran interaktif
(Kinsella, 1991):
1. Waktu kelas
terlalu banyak dihabiskan pada pertanyaan-pertanyaan tanpa
melibatkan pencarian informasi asli.
melibatkan pencarian informasi asli.
2. Pertanyaan yang
menghina intelijensi seorang siswa, pertanyaan yang jelas dapat dijawab semua
siswa di kelas. Dengan pertanyaan seperti itu siswa akan berpikir terlalu
konyol untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3. Pertanyaan yang
abstrak dan ambigu.
4. Pertanyaan
dinyatakan dalam bahasa yang rumit atau terlalu bertele-tele.
5. Pertanyaan
retoris. Siswa akan berpikir guru ingin mereka untuk menjawab, tetapi mereka
bingung ketika guru malah menjawab pertanyaan sendiri.
6. Pertanyaan acak
yang tidak logis, tidak direncanakan dengan baik urutannya, malah mengirim pola
pikir siswa ke dalam kekacauan.
Pendekatan interaksi di atas sejalan dengan yang
dikemukakan Syaiful Sagala (2010) yang menekankan perlu terbentuknya hubungan
antara siswa satu dengan lainnya sehingga dalam konteks lebih luas terjadi
hubungan sosial individu dengan masyarakat. Proses belajar haruslah
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan
siswa/orang lain, mengembangkan sikap demokratis student
oriented bukan teacher oriented (otokratis), serta menumbuhkan
produktivitas.
0 komentar:
Posting Komentar