Minggu, 07 Januari 2018

Menciptakan Pembelajaran Interaktif Dalam Kelas Melalui Strategi Bertanya

Menciptakan Pembelajaran Interaktif Dalam Kelas Melalui Strategi Bertanya 

Kunci yang paling penting untuk menciptakan ruang kelas bahasa interaktif adalah inisiasi interaksi oleh guru. Dalam kelas bahasa kedua, dimana siswa kadang tidak memiliki kemampuan untuk memulai berbahasa, pertanyaan guru sangat dibutuhkan sebagai batu loncatan agar siswa mampu berkomunikasi. Berikut adalah pertanyaan yang tepat dalam sebuah kelas bahasa interaktif (diadaptasi dari Christenbury dan Kelly, 1983, dan Kinsella, 1991):
1.    Pertanyaan guru memberikan siswa dorongan dan kesempatan untuk memproduksi bahasa yang nyaman tanpa harus mereka memulai sendiri bahasanya. Harus dipahami, bagi beberapa siswa memulai sendiri berbahasa akan sangat menakutkan. Dengan pertanyaan-pertanyaan seorang guru dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa pendiam sebuah "lampu hijau" untuk berkomunikasi dalam bahasa kedua mereka.
2.    Pertanyaan guru dapat berfungsi untuk memulai reaksi berantai para siswa.
Satu pertanyaan dapat menjadi awal diskusi antar siswa. Tanpa pertanyaan awal, akan membuat para siswa akan enggan untuk memulai proses.
3.    Pertanyaan guru dapat berfungsi sebagai tanda sejauh mana pemahaman menyeluruh siswa.
4.    Pertanyaan guru memberikan para siswa kesempatan untuk mengetahui apa yang mereka pikirkan dengan mendengar apa yang mereka katakan.

Yang harus diperhatikan adalah meski pertanyaan merupakan hal penting bagi terjadinya komunikasi, namun dengan terlalu banyak bertanya tidak akan dapat memberikan jaminan terjadinya interaksi. Beberapa tipe pertanyaan berikut harus dihindari dalam pendekatan pembelajaran interaktif (Kinsella, 1991):
1.      Waktu kelas terlalu banyak dihabiskan pada pertanyaan-pertanyaan tanpa
melibatkan pencarian informasi asli.
2.      Pertanyaan yang menghina intelijensi seorang siswa, pertanyaan yang jelas dapat dijawab semua siswa di kelas. Dengan pertanyaan seperti itu siswa akan berpikir terlalu konyol untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3.      Pertanyaan yang abstrak dan ambigu.
4.      Pertanyaan dinyatakan dalam bahasa yang rumit atau terlalu  bertele-tele.
5.      Pertanyaan retoris. Siswa akan berpikir guru ingin mereka untuk menjawab, tetapi mereka bingung ketika guru malah menjawab pertanyaan sendiri.
6.      Pertanyaan acak yang tidak logis, tidak direncanakan dengan baik urutannya, malah mengirim pola pikir siswa ke dalam kekacauan.

Pendekatan interaksi di atas sejalan dengan yang dikemukakan Syaiful Sagala (2010) yang menekankan perlu terbentuknya hubungan antara siswa satu dengan lainnya sehingga dalam konteks lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat. Proses belajar haruslah mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan siswa/orang lain, mengembangkan sikap demokratis student oriented bukan teacher oriented (otokratis), serta menumbuhkan produktivitas.


0 komentar:

Posting Komentar