Sejarah Haji Omar Said Cokroaminoto
Haji
Omar Said Cokroaminoto lahir di Ponorogo 6 Agustus 1882, dan meninggal dunia
pada 17 Desember 1934, dan dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta. Dia dikenal
sebagai Ketua Partai Politik Sarekat Islam. Cokro lahir di Ponorogo, Jawa
Timur, anak kedua dari 12 orang bersaudara. Ayahnya, R. M. Cokroamiseno,
seorang pegawai pemerintahan, pamannya, R. M. Cokronegoro, pernah menjabat
Bupati Ponorogo.Haji Umar Said Cokroaminoto dilahirkan didesa Bakur, daerah
Madiun pada tanggal, 20 Mei 1883. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus.
Cokroaminoto adalah anak kedua dari 12 orang bersaudara. Ayahnya, R. M.
Cokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M.
Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo.
Tamat sekolah rendah ia meneruskan pelajarannya
ke OSVIA (Opleidings School voor Inlandsche Ambtenaren/Lembaga Pendidikan
Pegawai Bumiputra) Magelang tamat pada tahun 1902 dan menjadi juru tulis sampai
1095. Antara tahun 1907 – 1910 bekerja pada Firma Coy & CO di Surabaya,
disamping meneruskan pada Burgelijek Avondschool bagian mesin. Bekerja sebagai
masinis pembantu, kemudian ditempatkan dibagian kimia pada pabrik gula di kota
tersebut ( 1911 – 1912 ). Beliau wafat pada tahun 1934 dan dikebumikan di TMP
Pekuncen, Yogyakarta. Hingga kini beliau dikenal sebagai tokoh dari Sarekat
Islam. Selain itu, salah satu kata-kata mutiaranya yang masyhur adalah:
“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”.
Setelah
bergulat di sektor swasta, Cokroaminoto giat dalam bidang politik, ia membuat
carier politiknya di Sarekat Islam yang didirikan pada bulan Mei tahun 1912.
Sarekat Islam ialah sebuah persatuan perdagangan di Jawa, Indonesia yang
diasaskan pada tahun 1909 di Jakarta oleh RM Tirtoadisuryo, seorang peniaga
dari Kota Surakarta. Pada asalnya dinamai Sarekat Dagang Islam (SDI),
pertubuhan ini bertujuan untuk membantu peniaga-peniaga kaum bumiputera,
khususnya dalam industri batik. Selain itu, juga untuk menghadapi persaingan
daripada pedagang-pedagang Cina.
Pada
awal tahun 1912 terjadi sebuah kerusuhan anti-Cina, dan penguasa ketika itu
mengharamkan SDI. Oleh itu, pada bulan September dalam tahun tersebut, SDI
menggantikan namanya menjadi Sarekat Islam, dan melantik Umar Said Cokroaminoto
sebagai ketua. Pada bulan Mei 1912.
Kongres
Sarekat Islam yang pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini,
Cokroaminoto menegaskan bahawa Sarekat Islam bukannya sebuah parti politik,
tetapi bertujuan untuk:
• meningkatkan perdagangan di kalangan bangsa Indonesia;
• membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi; dan
• mengembangkan kehidupan keagamaan dalam masyarakat Indonesia.
Kongres Sarekat Islam yang kedua diadakan pada bulan Oktober 1917, diikuti oleh Kongres ketiga antara 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ketiga ini, Cokroaminoto menyatakan bahawa jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial secara besar-besaran, maka Sarekat Islam pada dirinya akan melakukannya di luar parlemen.
• meningkatkan perdagangan di kalangan bangsa Indonesia;
• membantu anggotanya yang mengalami kesulitan ekonomi; dan
• mengembangkan kehidupan keagamaan dalam masyarakat Indonesia.
Kongres Sarekat Islam yang kedua diadakan pada bulan Oktober 1917, diikuti oleh Kongres ketiga antara 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ketiga ini, Cokroaminoto menyatakan bahawa jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial secara besar-besaran, maka Sarekat Islam pada dirinya akan melakukannya di luar parlemen.
Dalam
kongres selama 1913–1916 tampaklah kemana S.I dibawa Cokroaminoto, dalam
kongres Surabaya 1913 ia dipilih sebagai ketua Pedoman Besar, meskipun pada
waktu itu belum ada organisasi pusatnya. Dalam kongres Bandung dinyatakan,
bahwa untuk mencapai kemerdekaan ditempuh jalan revolusi, sementara kemudian
dalam Kongres Batavia keluar dengan keputusan yang lebih tegas, jalan parlemen
atau revolusioner. Sifat nasional-islam-revolusioner itu, lebih jelas lagi
tampak, waktu Central Sarikat Islam 1916 menyatakan akan berjuang melawan
kapitalisme, sebagai yang pada program perjuangan kongres nasional 1817.
Dengan
adanya Volksraad, terbentuk politik Comite guna penyusunan calon-calon.
Cokroaminoto menjadi anggota angkatan pemerintah, sementara Abdul Muis dipilih.
Dalam Kongres Yogyakarta tahun 1921, terang-terangan S.I pecah dua, pihak
Cokroaminoto dengan semi-nasional dan sosialis dan pihak Semaun , 100%
revolusioner, yang sejak beberapa waktu beberapa waktu dengan cara celvorming
memasuki S.I.
Dengan diadakannya
kongres Al Islam Hindia pada tahun 1924, S.I direorganisasi dan menjadi Partai
Serikat Islam Indonesia ( PSII ). Sebagai pemimpin lebih kuat H.A Salim tampil
kemuka dari Cokroaminoto. Dalam tahun 1926 ia dan K.H.M Mansur diutus oleh
kongres Al-Islam V ke kongres Alam Islami di Mekkah, Pada waktu inilah ia
menunaikan rukun yang kelima. Pada tahun 1933 timbul perpecahan yang kedua, Dr
Sukiman dan Suryopranoto dirojeer dan mendirikan Partai Islam Indonesia ( PARII
). Kemudian disusul pula dengan perpecahan dengan kartosuwiryo dan akhirnya
dengan H.A Salim yang mendirikan Penyadar pada tanggal, 17 Desember 1934.
Haji
Umar Said Cokroaminoto bukan hanya aktifis politik, melainkan juga pemikir.
Pemimpin Sarekat Islam (SI) ini menulis buku Islam dan Sosialisme (1925), juga
Tarich Islam (1931). Ia pun sering menyampaikan ceramah.
Cokroaminoto bahkan layak disebut sebagai guru bangsa, sejenis hulu sungai bagi kepemimpinan politik di Indonesia. Orang mencatat bahwa Sukarno dari kalangan nasionalis yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), Semaun dari kalangan sosialis yang mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Kartosuwiryo dari kalangan Islam yang mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Bung Karno bahkan pernah jadi menantunya pula. Karena perannya begitu penting, dulu Cokroaminoto konon sering diledek oleh lawan-lawan politiknya sebagai “De Ongekroonde koning van Indie” (Raja Hindia tanpa Mahkota) atau “De aanstaande koning der Javanen” (Raja Jawa masa depan).
Cokroaminoto bahkan layak disebut sebagai guru bangsa, sejenis hulu sungai bagi kepemimpinan politik di Indonesia. Orang mencatat bahwa Sukarno dari kalangan nasionalis yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), Semaun dari kalangan sosialis yang mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Kartosuwiryo dari kalangan Islam yang mendirikan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Bung Karno bahkan pernah jadi menantunya pula. Karena perannya begitu penting, dulu Cokroaminoto konon sering diledek oleh lawan-lawan politiknya sebagai “De Ongekroonde koning van Indie” (Raja Hindia tanpa Mahkota) atau “De aanstaande koning der Javanen” (Raja Jawa masa depan).
Buku
Islam dan Sosialisme, merupakan salah satu buku penting karya cendekiawan
Indonesia dari paro pertama abad ke-20. Cokroaminoto menulis buku ini dalam
bahasa Indonesia pada 1924, kira-kira empat tahun sebelum Sumpah Pemuda antara
lain menyerukan pemakaian bahasa Indonesia. Sempat pula buku ini dicetak ulang,
antara lain pada 1950 dan 1962. Dalam buku ini, Cokroaminoto menggali
“anasir-anasir sosialisme” dari khazanah Islam, baik dari sumber teologisnya
maupun dari pengalaman historisnya. Pada dasarnya ia menekankan bahwa
sosialisme sudah terkandung dalam hakikat ajaran Islam, dan sosialisme yang
ideal harus diarahkan oleh keyakinan agama (Islam). Itulah yang dia sebut
“Sosialisme cara Islam” dan yang ia yakini cocok untuk Indonesia.
Cokroaminoto
memeriksa konsep sosialisme dari khazanah pemikiran Eropa, tak terkecuali dari
Karl Marx, hingga bentuk-bentuk tatanan sosial politik yang bertolak darinya.
Setelah mengajukan kritik atas gagasan pemikir Eropa, ia membandingkan
temuannya dengan pemikirannya sendiri mengenai dasar-dasar sosialisme dalam
Islam, dengan memetik sejumlah ayat Alquran, juga mengutip hadis. Ia antara
lain berpijak pada Surat Al-Baqarah ayat 213: Perikemanusiaan itu adalah satu
kesatuan. Tinjauan historisnya, mengarah ke tatanan pemerintahan Nabi Muhammad
SAW, yang dilanjutkan oleh para khalifah, teristimewa Khalifah Umar. Ia
tunjukkan bahwa pemerintahan Islam — yang dipandang bersifat sosialistis —
berpijak pada nilai-nilai kedermawanan, persaudaraan, kemerdekaan, dan
persamaan.
Nama
Bung Karno yang dikenal sebagai Putra Sang Fajar tidak bisa dilepaskan dari
tokoh – tokoh Pergerakan Islam yang Istiqomah berjuang demi cita – cita besar
Kemerdekaan Indonesia, pemuda Soekarno pernah mondok di rumah tokoh Haji Oemar
Said Cokroaminoto, tokoh terkemuka Sjarikat Islam, selain belajar filsafat dan
pemikiran Islam pemuda soekarno juga belajar tentang pergerakan kepada orang
yang tepat, bung karno sangat menikmati ceramah dan orasi cokroaminoto yang
penuh energi perjuangan meski berada dalam pengawasan pihak belanda, gaya orasi
sang guru turut membentuk gaya kepemimpinan bung karno dengan ciri khas pidato
– pidatonya yang lantang dan berapi – api, Islamisme Cokroaminoto yang dijuluki
oleh belanda sebagai “raja jawa tanpa mahkota” sedikit banyak terserap oleh
pemuda soekarno, meski bung karno akhirnya memilih jalannya sendiri dengan
hijrah ke Bandung dan kemudian mendirikan Partai Nasionalis Indonesia.
Tatkala
berada dalam pengasingan belanda bung karno senantiasa berkorespondesi dengan
Kyai Haji Mas Mansur, tokoh pergerakan dan ulama berpengaruh asal Surabaya yang
dekat dengan kalangan NU, kelak KH Mas Mansur dipercaya menjadi Pengurus Besar
Pesyarikatan Muhammadiyah dan pada masa pendudukan jepang mendirikan Pusat
Tenaga Rakyat (PUTERA) dan terlibat dalam perjuangan bersama Bung Karno dalam
Empat Serangkai.
Dengan
Mas Mansur Bung Karno sering bertukar pikiran tentang Dinamika Islam dan
langkah – langkah untuk me-mudakan pengertian Islam, beliau mengutarakan
ketidaksetujuannya dengan sikap taklid bahkan secara tegas mengkritisi tentang
“hijab” atau pembatas antara jamaah pria dan jamaah wanita, dan banyak
kegelisahan – kegelisahan bung karno tentang permasalahan keislaman yang
kesemuanya itu menunjukkan semangat dan harapan seorang soekarno agar Syiar
Islam tidak jalan ditempat.
Sebagai
salah satu pelopor pergerakan nasional, Cokroaminoto mempunyai tiga orang
pengikut yang kemudian mewarnai politik Indonesia. Mereka adalah Sukarno (ahli
nasionalisme), Semaoen (ahli sosialisme), dan Kartosuwiryo (ahli agama). Di
kemudian hari, ketiganya saling berseberangan. Semaoen dengan Alimin dan Muso
terlibat pemberontakan PKI di Madiun 1947. Sedangkan Kartosuwiryo dikenal
sebagai dedengkot Darul Islam (DI)/TII dan memproklamasikan Negara Islam
Indonesia pada 7 Agustus 1948.
BK-Semaoen-Kartosuwiryo
dari berbagai sumber
BK-Semaoen-Kartosuwiryo
dari berbagai sumber
Islam
& Sosialisme ; H.O.S. Tjokroaminoto
“Bagi
kita, orang Islam, tak ada sosialisme atau rupa-rupa “isme” lain-lainnya, yang
lebih baik, lebih elok dan lebih mulia, melainkan sosialisme yang berdasar
Islam itulah saja” (HOS Tjokroaminoto)
Tahun
1924 di Mataram, HOS Tjokroaminoto seorang pendiri dan sekaligus ketua Sarekat
Islam (SI) menulis buku “Islam dan Sosialisme”. Buku tersebut ditulis oleh
Tjokro, di samping karena pada waktu itu tengah terjadi pemilihan-pemilihan
ideologi bangsa, juga lantaran pada waktu itu paham ideologi yang digagas para
tokoh dunia sedang digandrungi oleh kalangan pelajar Indonesia, di antaranya
sosialisme, Islamisme, kapitalisme dan liberalisme.
Buku
Tjokroaminoto ini diterbitkan kembali oleh penerbit TriDe tahun 2003, yang
meskipun merupakan pikiran lama, tetapi menjadi penting bagi generasi muda
sekarang untuk memberikan inspirasi bagi pemikiran-pemikiran kedepan,
pemikiran-pemikiran mendasar, untuk membangun fondasi kokoh bagi kemajuan
Indonesia. Memuat tentang pemahaman arti sosialisme, sosialisme dalam Islam,
sosialisme Nabi Muhammad serta sahabat-sahabat nabi yang berjiwa sosialis dan
komparasi-komparasi sosialisme ala Barat dengan sosialisme ala Islam.
Diantara
bab yang menarik untuk di bahas adalah “Sosialisme Dalam Islam” Bab I hal 24 –
41 (Penerbit TriDe). Berikut ini petikan dari Sosialisme dalam Islam :
Dasarnya
Sosialisme Islam
“Kaanannasu ummatan wahidatan”
“Kaanannasu ummatan wahidatan”
Peri-kemanusiaan
adalah menjadi satu persatuan”, begitulah pengajaran di dalam Qur’an yang suci
itu, yang menjadi pokoknya sosialisme. Kalau segenap peri-kemanusiaan kita
anggap menjadi satu persatuan, tak boleh tidak wajiblah kita berusaha akan mencapai
keselamatan bagi mereka semuanya.
Ada lagi
satu sabda Allah di dalam Al Qur’an memerintahkan kepada kita, bahwa kita
“harus membikin perdamaian (keselamatan) diantara kita”. Lebih jauh di dalam al
Qur’an ada dinyatakan, bahwa “kita ini telah dijadikan dari seorang-orang
laki-laki dan seorang-orang perempuan” dan “bahwa Tuhan telah memisah-misahkan
kita menjadi golongan-golongan dan suku-suku, agar supaya kita mengetahui satu
sama lain”.
Nabi
kita Muhammad s.a.w. telah bersabda, bahwa “Tuhan telah menghilangkan
kecongkakan dan kesombongan di atas asal turunan yang tinggi. Seorang Arab
tidak mempunyai ketinggian atau kebesaran yang melebihi seorang asing,
melainkan barang apa yang telah yakin bagi dia karena takut dan baktinya kepada
Tuhan”. Bersabda pula Nabi kita s.a.w. bahwa “Allah itu hanyalah satu saja, dan
asalnya sekalian manusia itu hanyalah satu, mereka ampunnya agama hanyalah satu
juga”.
Berasalan
sabda Tuhan dan sabda Nabi yang saya tirukan ini, maka nyatalah, bahwa sekalian
anak Adam itu ialah anggotanya satu badan yang beraturan (organich lichaam),
karena mereka itu telah dijadikan dari pada satu asal. Apabila salah satu
anggotanya mendapat sakit, maka kesakitannya itu menjadikan rusak teraturnya
segenap badan (organisme).
Barang
apa yang telah saya uraikan ini, adalah saya pandang menjadi pokoknya
sosialisme yang sejati, yaitu sosialisme cara Islam (bukan sosialisme cara
Barat).
Akan
menunjukkan, bahwa agama Islam itu sungguh-sungguh menuju perdamaian dan
keselamatan, maka di dalam bab ini baiklah saya uraikan maknanya perkataan
“Islam”. Adapun makna ini adalah empat rupa:
1. Islam
–menurut pokok kata “Aslama” –maknanya: menurut kepada Allah dan kepada
utusannya dan kepada pemerintahan yang dijadikan dari pada umat Islam. (“Ya
ayyuhalladzina amanu athi’ulloha wa’athi urrosula waulilamri minkum”)
2. Islam –menurut pokok kata “Salima” –maknanya: selamat. Tegasnya: apabila orang dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah-perintah agama Islam, maka tak boleh tidak ia akan mendapat keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat, karena orang Islam itu harus bertabi’at selamat, begitulah menurut hadist sabda Nabi kita yang suci Mohammad s.a.w.: “Afdhalul mukminina islaman man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi”, artinya: orang mukmin yang teranggap utama dalam pada menjalankan agama Islam, ialah mereka yang mempunyai tabi’at selamat yang menyelamatkan sekalian orang Islam, karena dari pada bicaranya dan tangannya.
3. Islam, menurut pokok-kata “Salmi” –maknanya: rukun. Tegasnya: orang yang menjalankan agama Islam haruslah rukun. (An aqimuddina wala tatafarraq fiha”, artinya: Hendaklah (kamu) mendirikan agama (Islam) dan janganlah (kamu) sama berselisihan.
4. Islam, menurut pokok-kata “Sulami”– maknanya: tangga, ialah tangga atau tingkat-tingkat untuk mencapai keluruhan dunia dan keluruhan akhirat. Jikalau orang Islam dengan sungguh-usngguh menjalankakn agamanya, maka tak boleh tidak mereka akan mencapai derajat yang tinggi sebagai yang telah di jalankan oleh khulafaurrasyidin.
2. Islam –menurut pokok kata “Salima” –maknanya: selamat. Tegasnya: apabila orang dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah-perintah agama Islam, maka tak boleh tidak ia akan mendapat keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat, karena orang Islam itu harus bertabi’at selamat, begitulah menurut hadist sabda Nabi kita yang suci Mohammad s.a.w.: “Afdhalul mukminina islaman man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi”, artinya: orang mukmin yang teranggap utama dalam pada menjalankan agama Islam, ialah mereka yang mempunyai tabi’at selamat yang menyelamatkan sekalian orang Islam, karena dari pada bicaranya dan tangannya.
3. Islam, menurut pokok-kata “Salmi” –maknanya: rukun. Tegasnya: orang yang menjalankan agama Islam haruslah rukun. (An aqimuddina wala tatafarraq fiha”, artinya: Hendaklah (kamu) mendirikan agama (Islam) dan janganlah (kamu) sama berselisihan.
4. Islam, menurut pokok-kata “Sulami”– maknanya: tangga, ialah tangga atau tingkat-tingkat untuk mencapai keluruhan dunia dan keluruhan akhirat. Jikalau orang Islam dengan sungguh-usngguh menjalankakn agamanya, maka tak boleh tidak mereka akan mencapai derajat yang tinggi sebagai yang telah di jalankan oleh khulafaurrasyidin.
Dasarnya
Perintah-perintah Agama yang Bersifat Sosialistich
Dalam
pada mengarangkan perintah-perintah yang berhubungan dengan jalannya ibadah,
maka Nabi kita Muhammad s.a.w., ialah pengubah terbesar tentanghal-ikhwal
pergaulan hidup manusia bersama (sociale Hervormer) yang terkenal oleh dunia,
tiadalah melupakan asas-asas demokrasi tentang persamaan dan persaudaraan dan
juga asas-asas sosialisme.
Menurut
perintah-perintah agama yang telah ditetapkan oleh Nabi kita, maka sekalian
orang Islam, kaya dan miskin, dari rupa-rupa bangsa dan warna kulit, pada
tiap-tiap hari Jum’at haruslah datang berkumpul di dalam masjid dan menjalankan
shalat dengan tidak mengadakan perbedaan sedikitpun juga tentang tempat dan
derajat, di bawah pimpinannya tiap-tiap orang yang dipilih di dalam perkumpulan
itu. Dua kali dalam tiap-tiap tahun sekalian penduduknya satu kota atau tempat,
datanglah berkumpul akan menjalankan shalat dan berjabatan tangan serta
berangkul-rangkulan satu sama lain dengan rasa persaudaraannya. Dan akhirnya
tiap-tiap orang Islam diwajibkan satu kali di dalam hidupnya akan mengunjungi
Mekah pada waktu yang telah ditentukan, bersama dengan berpuluhdan beratus ribu
saaudaranya Islam.
Di dalam
kumpulan besar ini, beribuan mereka yang datang dari tempat yang dekat tempat
yang jauh sama bertemuan disatu tempat pusat, semuanya sama berpakaian satu
rupa yang sangat sederhana, buka kepala dan kaki telanjang, orang-orang yang
tertinggi dan terendah derajatnya dari rupa-rupa negeri dan tempat, rupa-rupa
pula bangsa dan warna kulitnya; kumpulan besar yang kejadian pada tiap-tiap
tahun ini adalah satu pertunjukan sosialme cara Islam dan ialah contoh besar
dari pada “persamaan” dan “persaudaraan”. Di dalam kumpulan ini tidak menampak
perbedaan sedikitpun juga diantara seorang raja dengan hambanya. Hal inilah
bukan saja menanam tetapi juga melakukan (mempraktekkan) perasaan, bahwa segala
manusia itu termasuk bilangannya satu persatuan dan diwajibkan kepada mereka
itu akan berlaku satu sama lain dengan persamaan yang sempurna sebagai
anggota-anggotanya satu persaudaraan.
Kumpulan
besar yang kejadian pada tiap-tiap tahun ini bukan saja menunjukkan persamaan
harga dan persamaan derajat diantara orang dengan orang, tetapi juga
menunjukkan persatuan maksud dan tujuan pada jalannya segenap peri-kemanusiaan.
Berpuluh ribu orang laki-laki dan perempuan, tua dan muda, datang di lautan
pasir itu dengan segala kemudaratan di dalam perjalannya, hanyalah dengan satu
maksud yaitu akan menunjukkan kehormatan dan kepujiannya kepada satu Allah,
yang meskipun mereka bisa mendapatkan dimana-mana tempat dan pada tiap-tiap
saat, tetapi kecintaan mereka kepada Allah itu diperumumkan di dalam satu
kumpulan bersama-sama sebagai Tuhan mereka bersama, ialah Tuhan yang mencinta
mereka semuanya –Rabbil ‘alamin. Cita-cita yang terlahir di dalam kumpulan
besar ini ialah guna menunjukkan pada waktu yang bersama akan keadaan lahir
yang membuktikan persaudaraan bersama dan rasa cinta-mencinta di dalam batin,
agar supaya di dalam rohnya tiap-tiap orang Islam tertanamlah cita-cita bersal
dari satu Tuhan dan cita-cita persaudaraan diantara manusia dengan manusia.
Sosialisme
di dalam Islam bukan saja diajarkan sebagai teori, tetapi dilakukan
(dipraktikkan) juga sebagai wajib.
Kedermawanan
Cara Islam
Nabi kita menyuruh kita berlaku dermawan dengan asas-asas yang bersifat sosialis. Sedang Quran berulang-ulang menyatakan, bahwa memberi sedekah itu bukannya bersifat kebajikan, tetapi bersifat satu wajib yang keras dan tidak boleh dilalaikannya. Kecuali yang lain-lainnya, maka tentang pemberian sedekah itu Allah ta’ala ada bersabda di dalam Quran beginilah maksudnya:
Nabi kita menyuruh kita berlaku dermawan dengan asas-asas yang bersifat sosialis. Sedang Quran berulang-ulang menyatakan, bahwa memberi sedekah itu bukannya bersifat kebajikan, tetapi bersifat satu wajib yang keras dan tidak boleh dilalaikannya. Kecuali yang lain-lainnya, maka tentang pemberian sedekah itu Allah ta’ala ada bersabda di dalam Quran beginilah maksudnya:
“Kamu
tidak pernah akan dapat mencapai keadilan, kecuali apabila kamu telah
memberikan daripada apa yang kamu cintai; dan Tuhan mengetahui apa yang kamu
berikan itu”.
Di satu
tempat yang lain, Allah ta’ala bersabda di dalam Quran begini maksudnya:
“Barang siapa memberi sedekah dari pada kekayannya, guna membuat lebih suci dirinya. Dan tidak supaya kebajikannya akan diberi upahan. Tetapi barang siapa memberikan kekayannya untuk keperluan perkaranya dia punya Tuhan, yaitu Tuhan yang Maha luhur. Dan kemudiannya tidak boleh tidak dia akan bersenang dengan dia punya upahan”.
“Barang siapa memberi sedekah dari pada kekayannya, guna membuat lebih suci dirinya. Dan tidak supaya kebajikannya akan diberi upahan. Tetapi barang siapa memberikan kekayannya untuk keperluan perkaranya dia punya Tuhan, yaitu Tuhan yang Maha luhur. Dan kemudiannya tidak boleh tidak dia akan bersenang dengan dia punya upahan”.
Masih
ada lagi lain-lain perintah Tuhan yang mewajibkan kita memberi sedekah dari
pada kekayaan kita. Satu dua sabda Nabi kita, yang menunjukkan sifat sosialis
yang terkandung di dalam aturan pemberian sedekah, adalah seperti yang berikut:
“Sekalian
makhluk Tuhan adalah Tuhan ampunnya keluarga dan ialah yang sangat berbakti
(percaya) kepada Tuhan yaitu barang siapa berusaha berbuat sebanyak-banyaknya
kebajikan kepada makhluk Tuhan”.
“Memberi
sedekah adalah satu wajib bagi kamu. Sedekah hendaklah diberikan oleh orang
kaya diberikan kepada orang miskin”.
“Siapakah
yang sangat dikasihi oleh Tuhan? Yaitu barang siapa mendatangkan
sebesar-besarnya kebaikan bagi makhluk Tuhan”.
Sepanjang
pengetahuan saya, maka hanyalah Nabi kita itu saja pemberi wet yang telah
menetapkan ukuran besar-kecilnya kedermawanan yang berupa sedekah. Sepanjang
kemauan Islam maka sedekah ada dua macamnya, yaitu sedekah yang bergantung dari
kemauannya pemberi, dan sedekah yang diwajibkan, ialah zakat namanya. Menurut
perintah Tuhan di dalam Al Qur’an maka zakat haruslah diberikan kepada delapan
golongan manusia: 1. Orang-orang fakir; 2. Orang-orang miskin; 3. ‘Amil, yaitu
orang-orang yang diserahi pekerjaan mengumpulkan dan membagi zakat; 4.
Mu’amalah kulubuhum (mereka yang hatinya harus dilembekkan akan menurut kepada
agama Islam), yakni orang-orang yang meskipun sudah masuk agama Islam, tetapi
kerajinannya kepada agama masih lembek, atau orang-orang ternama yang boleh
melakukan pengaruh di atas masuknya lain-lain orang kepada agama Islam; 5. Buat
membeli lepas orang-orang budak belian. 6. Orang-orang berhutang yang tidak
berkuasa membayar hutang itu, yakni hutang untuk keperluan ke-islaman; 7.
Orang-orang yang melakukan perbuatan untuk memajukan agama Tuhan dan 8.
Orang-orang bepergian, yang tidak akan dapat menyampaikan maksud perginya kalau
tidak dengan pertolongannya sesama orang Islam.
Adapun
besarnya zakat adalah ditentukan sekian, sehingga apabila segenap
peri-kemanusiaan menurut hukum Islam tentang zakat, ditambah pula dengan
kedermawanan yang lain-lainnya sebagai yang dikehendaki oleh Islam, maka di
dunia kita akan datanglah peri-keadaan sosialisme, peri-keadaan sama rata sama
rasa, ialah peri-keadaan selamat.
Maksudnya
melakukan perintah tentang kedermawanan di dalam wet Islam, ternyata ada tiga
rupa, yang mana masing-masing sama mempunyai dasar sosialis.
1. Akan
membangun rasa ridha mengorbankan diri dan rasa melebihkan keperluan umum dari
pada keperluan diri sendiri. “Lebih baik mati sendiri, tetapi janganlah
membiarkan lain orang mati karena kelaparan”, –inilah rupanya yang telah
menjadi pokoknya cita-cita.
2. Akan membahagi kekayaan sama-rata di dalam dunia Islam. Dengan lantaran menjadikan peberian zakat sebagai salah satu rukun Islam, adalah dikehendaki; supaya umpamanya ada orang mendapat tinggalan warisan harta-benda yang besar, orang-orang yang miskin dan kekurangan akan mendapat bahagian dari pada kekayaan itu.
3. Akan menuntun persaan orang, supaya tidak anggap kemiskinan itu satu kehinaan, supaya orang anggap kemiskinan itu ada lebih baik dari pada kejahatan. Sekalian orang suci dalam Islam sukalah menjadi miskin, sedang kita punya Nabi yang mulia itu sendiri telah berkata: “Kemiskinan itu menjadikan besar hati saya”. (Al Fakir fakhri).
2. Akan membahagi kekayaan sama-rata di dalam dunia Islam. Dengan lantaran menjadikan peberian zakat sebagai salah satu rukun Islam, adalah dikehendaki; supaya umpamanya ada orang mendapat tinggalan warisan harta-benda yang besar, orang-orang yang miskin dan kekurangan akan mendapat bahagian dari pada kekayaan itu.
3. Akan menuntun persaan orang, supaya tidak anggap kemiskinan itu satu kehinaan, supaya orang anggap kemiskinan itu ada lebih baik dari pada kejahatan. Sekalian orang suci dalam Islam sukalah menjadi miskin, sedang kita punya Nabi yang mulia itu sendiri telah berkata: “Kemiskinan itu menjadikan besar hati saya”. (Al Fakir fakhri).
Dasar
sosialistik yang tersebut ketiga ini perlu sekali ditanamkan dalam hati orang
dalam pergaulan hidup bersama antara bangsa Arab pada zaman dulu, karena
banyaklah diantara mereka yang congkak di atas asal-turunan dan peri-keadaan
yang asal dari nenek moyangnya, tetapi lebih perlu pula sekarang ini ditanamkan
dalam hatinya orang-orang bangsawan dan hartawan dalam pergaulan hidup bersama
pada zaman sekarang.
Persaudaraan
Islam
Islam adalah sebenar-benarnya satu agama yang bersifat demokratis dan telah menetapkan beberapa banyak hukum yang bersifat demokratis bagi orang-orang yang memluk dia. Islam menentukan persaudaraan yang harus dilakukan benar-benar diantara orang-orang Islam di negeri yang mana pun juga, baik yang berkulit merah ataupun berkulit kuning, berkulit putih atau hitam, yang kaya atau yang miskin. Persaudaraan Islam sangatlah elok dan indah sifatnya. Ia dapat menghilangkan permusuhan yang asal dari turun-turunan yang sudah berabad lamanya; orang asing dijadikannya sahabat karib dan persahabatannya itu lebih kuat dari pada perhubungan saudara yang asal dari darah.
Islam adalah sebenar-benarnya satu agama yang bersifat demokratis dan telah menetapkan beberapa banyak hukum yang bersifat demokratis bagi orang-orang yang memluk dia. Islam menentukan persaudaraan yang harus dilakukan benar-benar diantara orang-orang Islam di negeri yang mana pun juga, baik yang berkulit merah ataupun berkulit kuning, berkulit putih atau hitam, yang kaya atau yang miskin. Persaudaraan Islam sangatlah elok dan indah sifatnya. Ia dapat menghilangkan permusuhan yang asal dari turun-turunan yang sudah berabad lamanya; orang asing dijadikannya sahabat karib dan persahabatannya itu lebih kuat dari pada perhubungan saudara yang asal dari darah.
Persaudaraan
Islam sampai pada tingkat yang tinggi sekali, yaitu terbukti: sepeninggalnya
Nabi Muhammad s.a.w. pimpinan Republik Arab tidak diberikan kepada kaluarganya
yang terdekat dan tercinta, tetapi diberikan kepada salah seorang sahabtnya.
Isalm telah menghapuskan perbdaan karena bangsa dan karena kulit sampai begitu
luasnya, sehingga beberapa orang Abyssine yang “hitam kulitnya” telah menjadi
pemimpin yang sangat terhotmat diantara orang-orang Islam, sedang tiga orang
anggota yang sangat ternama dari pada pergaulan hidup Islam bersama –yaitu
Hasan, Bilal dan Suhail masing-masing berasal dari Basrah, Habash, (Abyssine)
dan Rum (Tuki di Azie) –ketiganya ini berbeda-beda juga warna kulitnya. Islam
membunh perbedaan karena kaste dan karena klas begitu sempurna, sehingga
orang-orang budak belian telah dijadikan komandan dari bala-tentara Islam
memerintah di atas orang-orang dari asal turunan yang tinggi dan tinggi pula
derajatnya. Perkawinan antara budak belian dengan orang merdeka yang ternama
dirayakan dengan seharusnya, dan anak-anak yang terlahir dari pada mereka
dihormat satu rupa juga sebagai anak-anak turunan bangsawan.
Hingga
pada dewasa ini di tanah Arab adalah berlaku persamaan yang sempurna antara orang
dengan orang, dan seorang penuntutn unta, seorang saudagar kaya dan seorang
yang mempunyai tanah, makan dan minum dan hidup bersama-sama dengan tidak ada
perbedaannya. Bahkan di Hindia, di dalam negeri Islam Bopal, orang-orang budak
makan di meja bersama-sama dengan tuannya. Meskipun Nabi kta s.a.w. pada
zamannya tidak atau tidak bisa menghapuskan aturan budak belian—(kaum miskin,
kaum proletar, dalam abad ke 20 ini pun nasibnya tidak lebih baik dan tidak
lebih menyenangkan dari pada nasibnya orang-orang budak belian di negeri
Islam), tetapi Nabi kita, ialah Pengubah dunia yang terbesar, telah membeli
tusukan yang terkeras kepada aturan budak belian, yaitu dengan lantaran
derajatnya budak belian disamakannya dengan derajatnya orang merdeka.
Diperintahkan oleh Nabi kita, supaya orang-orang budak belian diberi makanan
satu rupa yang dimakan oleh tuannya, diberi pakaian satu rupa yang dipakai oleh
tuannya. Orang merdeka diperkenankan berkawin sama budak belian, dan
orang-orang bnudak belian mendapat persamaan hak dan persamaan perikeadaan
dalam hukum dengan orang-orang merdeka.
Di
Hindustan adalah beberapa raja pada dulu-kala yang asal turunan dari
orang-orang budak belian. Diantara yang lain-lainnya, maka raja Kutubuddin yang
ketika masih anak-anak menjadi budak belian, telah memerintahkan negeri yang
amat besar dengan segala kebijaksanaan. Beberapa orang dari pada raja-raja yang
tersebut itu, ialah pemimpin yagn sangat bijaknya dan mashur karena tinggi
pelajarannya.
Menara
Kutub Minar di kota Delhi (Hindustan), yang didirikan oleh raja yang
pertama-tama asal budak belian di Hindustan pada permulaan abad yang ke 13,
sekarang ini masih berdiri sebagai protes terhadap kepada pengarang-pengarang
bangsa Eropa yang dengan buta-tulinya senantiasa membusuk-busukkan aturan budak
belian Muslim. Kutub Minar itulah satu tanda peringatan yang gagah menunjukkan
betapa besar jasanya Islam kepada orang-orang budak Islam.
Islam
dan Anasir-anasir Sosialisme
Menurut pendapatan saya di dalam faham sosialisme adalah tiga anasir, yaitu: kemerdekaan (virjheid-liberty), persamaan (gelijkheid-equality) dan persaudaraan (broederschap-fraternity). Ketiganya anasir ini adalah dimasukkan sebanyak-banyaknya di dalam peraturan-peraturan Islam dan di dalam perikatan hidup bersama yang telah dijadikan oleh Nabi kita yang suci Muhammad s.a.w.
Menurut pendapatan saya di dalam faham sosialisme adalah tiga anasir, yaitu: kemerdekaan (virjheid-liberty), persamaan (gelijkheid-equality) dan persaudaraan (broederschap-fraternity). Ketiganya anasir ini adalah dimasukkan sebanyak-banyaknya di dalam peraturan-peraturan Islam dan di dalam perikatan hidup bersama yang telah dijadikan oleh Nabi kita yang suci Muhammad s.a.w.
a.
Kemerdekaan
Tiap-tiap orang Islam tidak harus takut kepada siapa atau apa pun juga, melainkan diwajibkan takut kepada Allah saja. “Lahaula wala kuwwata illa billah” (Tidak ada pertolongan dan kekuatan, melainkan dari pada Allah belaka). “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanyalah Tuhan saja yang kita sembah dan hanyalah Tuhan sendiri yang kita mintai pertolongan).
Tiap-tiap orang Islam tidak harus takut kepada siapa atau apa pun juga, melainkan diwajibkan takut kepada Allah saja. “Lahaula wala kuwwata illa billah” (Tidak ada pertolongan dan kekuatan, melainkan dari pada Allah belaka). “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanyalah Tuhan saja yang kita sembah dan hanyalah Tuhan sendiri yang kita mintai pertolongan).
Beberapa
orang Arab, yang tidak biasa tinggal berumah yang tetap, belum pernah melihat
rumah batu, yang dulu dengan pakaiannya yang buruk dikirmkan menghadap
raja-raja Persi dan Roma yang berkuasa, meskipun raja-raja ini mempertunjukkan
kekuasaan dan kebesarannya, orang-orang Arab tadi tiadalah menundukkan badannya
dan kelihatan tidak bertakut sedikit pun juga di mukanya raja-raja tadi.
Sesungguhnya
di dunia ini tidak ada barang sesuatu yang menakutkan mereka. Mereka merasa
tidak menanggung jawab kepada apa pun juga, melainkan kepada mereka ampunya
persaan batin sendiri, kepad mereka ampunya Allah yang Maha Kuasa, Maha Besar
dan Maha Tinggi. Mereka itu merdekalah seperti hawa dan merasakan
seluas-luasnya kemerdekaan yang orang dapat memikirkannya.
Quran yang suci menyatakan:
Quran yang suci menyatakan:
“Kemurahan,
yang Tuhan akan mengaruniakan sebanyak-banyak kepada manusia, tiadalah dapat
dicegahkan oleh siapa pun juga; barang apa yang Tuhan mempertegahkan, tiadalah
dapat dikaruniakan kepada manusia kalau tidak dengan perantaraan Tuhan, dan
Dialah yang kuasa dan berpengetahuan.” (Surah XXXV).
b.
Persamaan
Tentang “persamaan” maka orang-orang Muslimin dalam zaman dulu bukan saja semua anggap dirinya sama, tetapi mereka semua anggap menjadi satu. Diantara orang-orang Muslimin tidak ada sesuatu perbedaan yang mana pun juga macamnya. Dalam pergaulan hidup bersama diantara mereka tidak ada perbedaan derajat dan tidak ada pula sebab-sebab yang boleh menimbulkan perbedaan klas. Tentang hal ini Khalifah Sayidina Umar r.a. adalah sangat kerasnya. Salah satu suratnya menceritakan satu perkara yang menunjukkan asas-asasnya dengan seterang-terangnya. Kecuali yang lain-lainnya maka ia telah menulis kepada Abu Ubaidah, yang salinannya kurang lebih begini:
Tentang “persamaan” maka orang-orang Muslimin dalam zaman dulu bukan saja semua anggap dirinya sama, tetapi mereka semua anggap menjadi satu. Diantara orang-orang Muslimin tidak ada sesuatu perbedaan yang mana pun juga macamnya. Dalam pergaulan hidup bersama diantara mereka tidak ada perbedaan derajat dan tidak ada pula sebab-sebab yang boleh menimbulkan perbedaan klas. Tentang hal ini Khalifah Sayidina Umar r.a. adalah sangat kerasnya. Salah satu suratnya menceritakan satu perkara yang menunjukkan asas-asasnya dengan seterang-terangnya. Kecuali yang lain-lainnya maka ia telah menulis kepada Abu Ubaidah, yang salinannya kurang lebih begini:
…Begitulah
bicara saya disebabkan oleh Jabalah Ibn Ayhim dari suku bangsa Gassan, yang
datang pad kita dengan sanak saudaranya dan kepala dari suku bangsanya, yang
saya terima dan saya jamu dengan sepatutnya. Di muka saya mereka menyatakan
pengakuan memeluk agama yang benar, sayapun bermuka-cita bahwa “Allah telah
menguatkan agama yang hak dan bertambah banyak orang yang memeluknya, lantaran
mereka itu datang masuk dan mengetahui apa yang ada di dalam rahasia. Kita
bersama pergi ziarah ke Mekkah, dan Jabalah pergi mengelilingi ka’bah tujuh
kali. Ketika ia pergi keliling, maka kejadianlah ada seorang laki-laki dari
suku bangsa Fizarah menginjak dia punya vest hingga jatuh dari pundaknya.
Jabalah membelukkan diri sambil berkata: “Celakalah kamu! Kamu telah
menelanjangkan belakangku di dalam ka’bah yang suci”. Si penginjak bersumpah,
bahwa ia berbuat yang demikian itu tidak dengan sengaja. Tetapi lalu dipukul
oleh Jabalah, dipecahkan hidungnya dan dicabut empat giginya yang sebelah muka.
Si miskin yang teraniaya segeralah datang pada saya dan mengadukan keberatannya
sambil meminta pertolongan saya. Maka saya perintahkan membawa Jabalah di muka saya,
dan saya tanya apakah yang menyebabkan padanya telah memukul saudaranya Islam
dengan cara yang demikian ini, mencabut gigi dan memecahkan hidungnya. Ia pun
menjawab, bahwa orang tadi telah menginjak vest dan menelanjangkan belakangnya,
dengan ditambah perkataan: kalau tidak mengingat hormat yang ia harus tunjukkan
kepada ka’bah yang suci, niscaya orang itu telah dibunuh olehnya. Saya pun
menjawab, bahwa ia telah melahirkan pengakuan yang terang memberatkan dirinya
sendiri; dan apabila orang yang menanggung kerugian itu tidak memberi ampun
padanya, saya mesti menuntut perkara padanya selaku pembalasan. Ia menjawab,
bahwa ia raja dan orang yang lainnya itu orang tani”. Saya menyatakan padanya,
bahwa hal itu tidak dapat diperdulikan, mereka keduanya adalah orang Islam dan
oleh karenanya mereka bersamaanlah adanya. Sesudahnya itu ia minta, supaya dia
punya hukuman dipertangguhkan sampai keesokan harinya. Saya menanya kepada
orang yang mendapat kerugian, apakah ia suka menunggu selama itu; iapun
melahirkan mufakatnya. Tetapi pada waktu malam Jabalah dan teman-temannya sama
melarikan dirinya”.
Gibbon,
seorang pengarang riwayat bangsa Inggris yang terkenal namanya (meninggalkan
dunia dalam tahun 1794) telah berkata yang salinannya kurang lebih begini:
“Tetapi
berjuta orang Afrika dan Asia yang sama berganti agama (memeluk agama
Islam-pen) dan sama menguatkan tali ikatannya orang-orang Arab yang percaya
(beragama Islam.—pen); mereka telah menyatakan kepercayaannya kepada satu Allah
dan kepada utusan Allah, itulah niscaya dari sebab tertarik oleh barang yang
indah, tetapi dari sebab dipaksanya. Dengan lantaran mengulangi ucapan satu
kalimat dan kehilangan sepotong daging, maka orang hamba rakyat atau budak
belian, orang hukuman atau penjahat, dalam sekejap mata berdirilah menjadi
sahabat yang merdeka dan bersamaan derajatnya yang mengikat dipecahkan, sumpah
tidak berkawin dihapuskan oleh pelajaran yang sesuai dengan keadaan ‘alam,
kekuatan-kekuatan batin yang tidur di dalam gedung terungku menjadi bangunlah
karena mendengar terompetnya orang-orang Arab, dan di dalam mengumpulkan dunia
jadi satu, tiap-tiap anggotanya satu pergaulan hidup bersama yang baru itu
naiklah sampai kepada muka yang dijadikan oleh ‘alam menurut dia punya kekuatan
dan keberanian”. (Tidak dirintangi oleh wet-wet yang memperbedakan bangsa, klas
atau warna kulit, seperti yang lumrahnya ada di dalam pergaulan hidup bersama
yang bersifat kapitalistik ini. –pen).
Persamaan
yang ‘adil serupa itu telah menyebabkan segenap umat Islam menjadi satu badan,
satu nyawa. Cita-cita persamaan yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad s.a.w.
adalah seperti berikut:
“Segala
orang Islam adalah sebagai satu orang. Apabila seorang-orang merasa sakit
dikepalanya, seluruh badannya merasa sakit juga, dan kalau matanya sakit,
segenap badannya pun merasa sakit juga”. “Segala orang Islam adalah sebagai
satu bina-bina, beberapa bahagian menguatkan bahagian yang lain-lainnya, dengan
laku yang demikian itu juga yang satu menguatkan yang lainnya”.
Orang
Islam tidak memperkenankan juga orang-orang yang tidak Islam membuat perbedaan
antara orang dengan orang. Apabila mereka menerima utusan-utusannya raja
Kristen, dan ketika utusan itu menurut ‘adat kebiasaannya sendiri berjongkok di
mukanya kepala-kepala Muslimin, maka kepala-kepala ini tidak meluluskan utusan
tadi berjongkok, sebab mereka itu sama-sama makhluk Tuhan belaka.
c.Persaudaraan
Persaudaraan diantara orang-orang Islam satu sama lain adalah sangat bagusnya. Rasa cinta diantara mereka itu seperti rasa cinta diantara saudara yang sebenar-benarnya. Di dalam Quran ada sabda Tuhan, menyatakan bahwa Tuhan sendiri menaroh kecintaan dan rasa persaudaraan di dalam hatinya tiap-tiap orang Islam akan mencintai dan merasa bersaudara kepada sesama saudara Islam. “Dan Tuhan menaruh kecintaan di dalam hati mereka itu. Meskipun kamu (Muhammad) telah memberikan segala apa yang ada di dalam dunia, tiadalah kamu akan dapat menjadikan kecintaan di dalam hati mereka. Tetapi Tuhan telah menjadikan kecintaan diantara mereka itu”, begitulah sabda Tuhan di dalam Al Quran.
Persaudaraan diantara orang-orang Islam satu sama lain adalah sangat bagusnya. Rasa cinta diantara mereka itu seperti rasa cinta diantara saudara yang sebenar-benarnya. Di dalam Quran ada sabda Tuhan, menyatakan bahwa Tuhan sendiri menaroh kecintaan dan rasa persaudaraan di dalam hatinya tiap-tiap orang Islam akan mencintai dan merasa bersaudara kepada sesama saudara Islam. “Dan Tuhan menaruh kecintaan di dalam hati mereka itu. Meskipun kamu (Muhammad) telah memberikan segala apa yang ada di dalam dunia, tiadalah kamu akan dapat menjadikan kecintaan di dalam hati mereka. Tetapi Tuhan telah menjadikan kecintaan diantara mereka itu”, begitulah sabda Tuhan di dalam Al Quran.
Adalah
pula satu dua ayat di dalam Quran, yang maksudnya harus saya buka disini,
seperti yang berikut:
“Peganglah
kokoh tali Tuhan yang mengikat semuanya, janganlah menimbulkan
percerai-beraian, dan ingatlah akan kemurahan Tuhan kepada kamu, ketika Tuhan
menaruh kecintaan di dalam hatimu pada kalanya kamu bermusuhan satu sama lain,
dan sekarang kamu menjadi saudara karena karunia Tuhan”.
Sabda
Nabi kita tentang persaudaraan:
“Orang-orang
Islam adalah saudara di dalam agama dan tidak boleh tindas-menindas satu sama
lain, juga tidak boleh melalaikan tolong-menolong satu sama lain, juga tidak
boleh hina menghina satu sama lain”.
“Barang
siapa tidak bercinta kepada makhluk Tuhan dan kepada anak-anaknya sendiri,
Tuhan tidak akan mencintai dia”.
“Tidak
seorang mempunyai kepercayaan yang sempurna, sebelum ia mengharapkan bagi
saudaranya barang apa yang dia mengharap bagi dirinya sendiri”.
Cita-cita
persaudaraan yang disiarkan oleh Nabi kita muhammad s.a.w. adlah bagietu
luasnya, sehingga Nabi kita telah minta kepada orang-orang yang mengikuti dia,
hendaklah mereka berlaku di atas dia sebagai saudaranya sendiri.
Kekuatannya
persaan sama-sama dan persaudaraan Islam adalah begitu besar, sehingga
Faridduin Attar, seorang Sufi Islam besar, pada suatu waktu telah melahirkan
pengharapannya begini: “Mudah-mudahanlah kesusahan sekalian orang ditarohkan di
dalam hatiku, agar supaya sekalian mereka itu terhindar dari kesusahannya”.
Dengan sebenarnyalah Tuan M. A. Hamid Snow boleh berkata dengan suka citanya, kira-kira seperti berikut:
Dengan sebenarnyalah Tuan M. A. Hamid Snow boleh berkata dengan suka citanya, kira-kira seperti berikut:
“Satu
warnanya Islam yang nyata, ialah satu pelajaran yang menyatakan halnya
persaudaraan dan Persamaan. Pada pintunya Islam, segala apa saja adalah
terhindar dari pada bau-bau yang menunjukkan klas atau kecongkakan dalam pergaulan
hidup bersama. “
Dengan
sebenar-benarnyalah persaudaraan di dalam Islam adalah sesempurna-sempurnanya
persaudaraan, baik didunia maupun persaudaraan di akherat.
Referensi
: “Islam & Sosialisme”, HOS Tjokroaminoto, Penerbit TriDe, Yogyakarta, 2003
serbasejarah.wordpress.com
serbasejarah.wordpress.com
Sumber Pengutipan: http://osingkertarajasa.wordpress.com/2010/07/25/215/
0 komentar:
Posting Komentar