NAPAK TILAS SEJARAH PONDOK PESANTREN
DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN JOMBANG
A. Sejarah Klasik (antara tahun 1885 - 1937 M)
Periode ini merupakan masa - masa pembibitan dan penanaman dasar-dasar berdirinya pondok pesantren. Pemimpin pertama yang mendirikan pendidikan ini, yaitu KH. Tamim Irsyad dibantu KH. Cholil sebagai mitra kerja dan sekaligus menjadi menantunya.Beliau menanamkan jiwa Islam yang diaktualkan dalam bentuk sikap dan juga perbuatan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Berdirinya Pondok Pesantren Darul 'Ulum bermula dari kedatangan KH. Tamim Irsyad yang berasal dari Bangkalan Madura ke Rejoso. Beliau adalah murid KH. Cholil Bangkalan. Ketika beliau datang ke Jombang. demi memperbaiki keadaan Ekonomi keluarga KH. Tamim yang memiliki Hikmah besar dalam meneruskan tradisi pengajaran yang pernah ia terima, ditemukanlah Desa Rejoso, tempat secara naluriah Keagamaan KH. Tamim yang amat Representatif sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam.
Alasan lain dipilihnya Desa Rejoso sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam oleh beliau pondok pesantren yang direncanakan dan merupakan hutan itu, merupakan wadah yang dihuni masyarakat hitam dan jauh dari praktik-praktik sehat menurut norma ajaran Islam. Mereka adalah manusia jahat dalam arti sering melakukan keonaran tanpa memperhitungkan hak manusia tetangganya. Mereka adalah manusia yang tidak memperhatikan tata krama pergaulan hidup dalam kebersamaan. Untuk itulah dua Kyai ini sangat membutuhkan modal yang kuat demi terlaksananya cita - cita membangun masyarakat yang berbeda sama sekali dengan bentuk masyarakat yang ada di situ. Modal tersebut memang telah dimiliki olehnya.
Alasan lain dipilihnya Desa Rejoso sebagai lahan perjuangan menegakkan Islam oleh beliau pondok pesantren yang direncanakan dan merupakan hutan itu, merupakan wadah yang dihuni masyarakat hitam dan jauh dari praktik-praktik sehat menurut norma ajaran Islam. Mereka adalah manusia jahat dalam arti sering melakukan keonaran tanpa memperhitungkan hak manusia tetangganya. Mereka adalah manusia yang tidak memperhatikan tata krama pergaulan hidup dalam kebersamaan. Untuk itulah dua Kyai ini sangat membutuhkan modal yang kuat demi terlaksananya cita - cita membangun masyarakat yang berbeda sama sekali dengan bentuk masyarakat yang ada di situ. Modal tersebut memang telah dimiliki olehnya.
KH. Tamim Irsyad adalah ahli dalam syariat Islam disamping memiliki ilmu kanuragan kelas tinggi. Demikian pula KH. Cholil merupakan pengamal ilmu tasawuf disamping memiliki bekal ilmu syariat Islam pada umumnya. Beliau waktu itu telah dipercaya oleh gurunya untuk mewariskan ilmu tharekat qodiriyah wannaqsyabandiyah-Nya kepada yang berhak menerimanya, dengan kata lain beliau berhak sebagai Al-Mursyid (guru petunjuk dalam dunia tharekat).
Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan dilaksanakan oleh kedua beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Tamim Irsyad memberikan pengajian ilmu Al-Qur'an dan Ilmu Fiqih atau hukum syariat Islam, sedangkan KH. Cholil memberikan pengajian ilmu tasawuf dalam bentuk pengamalan thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyah disamping tuntunan ilmu tauhid. Sehingga dengan demikian para murid tidak berat menjalankan syariat Islam.
Oleh kiai Tamim para murid diberikan syariatnya dan oleh kyai Cholil dilatih mencintai yang punya syariat Islam. Adapun sarana untuk kegiatan tersebut ada dua yang masing - masing dibangun tahun 1898 dan tahun 1911, surau itu sendiri sampai sekarang masih terawat baik, dipakai balai pertemuan dan pengajian. Siswa yang tercatat pada periode ini antara lain dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama dari Jombang. Mojokerto, Surabaya serta Madura. Jumlahnya sekitar da ratus orang (200 siswa) yang tinggal mondok. Potensi alumnus cukup memadai, sehingga dengannya Darul Ulum pada periode berikutnya berkembang dengan cukup membanggakan.
Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan dilaksanakan oleh kedua beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Tamim Irsyad memberikan pengajian ilmu Al-Qur'an dan Ilmu Fiqih atau hukum syariat Islam, sedangkan KH. Cholil memberikan pengajian ilmu tasawuf dalam bentuk pengamalan thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyah disamping tuntunan ilmu tauhid. Sehingga dengan demikian para murid tidak berat menjalankan syariat Islam.
Oleh kiai Tamim para murid diberikan syariatnya dan oleh kyai Cholil dilatih mencintai yang punya syariat Islam. Adapun sarana untuk kegiatan tersebut ada dua yang masing - masing dibangun tahun 1898 dan tahun 1911, surau itu sendiri sampai sekarang masih terawat baik, dipakai balai pertemuan dan pengajian. Siswa yang tercatat pada periode ini antara lain dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah, terutama dari Jombang. Mojokerto, Surabaya serta Madura. Jumlahnya sekitar da ratus orang (200 siswa) yang tinggal mondok. Potensi alumnus cukup memadai, sehingga dengannya Darul Ulum pada periode berikutnya berkembang dengan cukup membanggakan.
Sekitar akhir abad sembilan belas (XIX), ketika pondok pesantren ini berkembang cukum meyakinkan. didatangkanlah kiai Syafawi adik kyai Cholil dari Demak Jawa Tengah untuk membantu kelancaran pengajian. terutama bidang studi Ilmu Tafsir dan Ilmu Alat. Namun sayang, KH. Syafawi tidak bertahan lama, karena pada tahun 1904M beliau meninggalkan dunia fana ini. 20 tahun berikutnya (1930) Kyai Haji Tamim Irsyad menyusul Innalillah Wainna Ilaihirojiuun. Namun. sebelum beliau wafat telah mengkader putranya yang kedua yaitu KH. Romli Tamim, sebagai figur Pimpinan Darul Ulum periode kedua. Sepeninggal kedua beliau diatas, Kyai Cholil tinggal sendiri mengemban amanat kelangsungan hidup sarana pendidikan yang dibina. Dalam kesendiriannya inilah Kyai Haji Cholil mengalami Jadzab (menurut istilah Pondok Pesantren), atau barangkali terserang depresi psychis (menurut istilah Psychologi).
Setelah Kyai Cholil dapat memecahkan problem pribadinya tersebut barulah beliau bangkit mengemban amanatnya yang semakin komplek. la sekarang yang memegang semua bidang studi, yang dulu dipegang berdua.Tugas-tugas tersebut akhirnya oleh Kiai Cholil dapat didelegasikan kepada Generasi Penerus tanpa menimbulkan goncangan sosial berarti yaitu dengan datangnya KH. Romly Tamim putra kedua KH. Tamim Irsyad atau adik ipar KH. Cholil dari Studi di Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1927 M.
KH. Romli Tamim pulang ke Rejoso dibekali oleh gurunya beberapa santri antara lain yaitu: KH. Akhmad Jufri (Karangkates Kediri) dan KH. Zaid Buntet (Cirebon). Dengan kata lain Kiai satu ini dapat menyelesaikan regenerasi dengan mulus tanpa menimbulkan kesenjangan antar generasi sebelum dengan generasi sesudahnya melalui lantaran lahirnya KH. Romli sebagai tokoh. Tongkat estafet kepemimpinan tersebut akhirnya dapat diselesaikan kyai cholil dengan bukti munculnya tokoh-tokoh baru Pondok Pesantren peninggalan beliau tahun 1937 M. (wafat 1937M). Tokoh tersebut antara lin Kyai Haji Romli putra Kyai Haji Tamim Irsyad dan Kyai Haji Dahlan Cholil putra Kyai Haji Cholil. Dua tokoh inilah yang memimpin perkembangan pondok pesantren ini pada periode pertengahan.
B. Periode Pertengahan (antara tahun 1937 - 1958 M)
Pondok pesantren yang telah berdiri bagai batu karang di laut, tetap tegar walau ombak menghempas datang. Ditengah-tengah gelombang juang bangsa Indonesia meneriakkan kata merdeka pada saat itulah generasi muda meledakkan dadanya dalam bentuk koperasi, gerakan politik, maupun bentuk yang lain. Mereka hanya mempunyai satu tujuan, Indonesia harus merdeka.
Generasi Pondok Pesantren ini pun tidak pernah ketinggalan meski dalam bentuk gerakan yang lain. Sepeninggal tokoh-tokoh tua, muncul Kyai Romli Tamim dan Kyai Dahlan Cholil sebagai tokoh muda yang baru saja menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang di asuh Kyai Haji Hasyim Asy'ari serta mengembangkan Ilmi Pengetahuan yang diperolehnya dari studi beliau di Mekkah Saudi Arabia. Kyai Haji Dahlan Cholil pulang ke Rejoso tahun 1932 dan kemudian disusul oleh adiknya yang bernama Kyai Haji Ma'sum Cholil tahun 1937 merupakan tokoh-tokoh muda yang selalu menyingsingkan lengan dengan ikut bersama bangsa dalam bentuk mencerdaskan bangsa lewat sarana pendidikan yang dibinanya. Pada periode inilah Pondok Pesantren ini menunjukan identitas yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari nama Pondok Pesantren yang diberikan oleh Beliau yaitu DARUL 'ULUM (Gudang Ilmu) pada tahun 1933 M.
Generasi Pondok Pesantren ini pun tidak pernah ketinggalan meski dalam bentuk gerakan yang lain. Sepeninggal tokoh-tokoh tua, muncul Kyai Romli Tamim dan Kyai Dahlan Cholil sebagai tokoh muda yang baru saja menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang di asuh Kyai Haji Hasyim Asy'ari serta mengembangkan Ilmi Pengetahuan yang diperolehnya dari studi beliau di Mekkah Saudi Arabia. Kyai Haji Dahlan Cholil pulang ke Rejoso tahun 1932 dan kemudian disusul oleh adiknya yang bernama Kyai Haji Ma'sum Cholil tahun 1937 merupakan tokoh-tokoh muda yang selalu menyingsingkan lengan dengan ikut bersama bangsa dalam bentuk mencerdaskan bangsa lewat sarana pendidikan yang dibinanya. Pada periode inilah Pondok Pesantren ini menunjukan identitas yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari nama Pondok Pesantren yang diberikan oleh Beliau yaitu DARUL 'ULUM (Gudang Ilmu) pada tahun 1933 M.
Tokoh tersebut menekankan bahwa penanaman Darul Ulum buka hanya sekedar mengambil nama besar Madrasah Darul Ulum yang ada di Makkah Saudi Arabia yang secara kebetulan beliau juga merupakan tokoh Madrasah tersebut waktu masih berdomisili di sana. Namun lebih dari itu ingin mengambil contoh sebagai wadah sarana pendidikan yang mempunyai corak khas diantara sarana pendidikan yang ada waktu itu. Yaitu untuk mencetak manusia-manusia muslim yang tahan cuaca.tidak mudah tergoncang bergantinya masa dan model.Hati tetap erat merapat disisi Alloh walau bagaimanapun keadaanya.Badan kuat menahan godaan hidup. Inilah baru Muslim.
Waktu siang maupun pagi siswanya diajak langsung oleh beiau bertanam, berdagang menanti rezeki. Jika malam mereka bersujud khusu' menanti hidayat Alloh, dan jika fajar telah datang menyambutnya, mereka tersenyum cerah berkat telah datang, mereka masih diberi kesempatan memandang alam.Pendidikan semacam inilah, hasilnya ternyata cukup mengagumkan dan ini telah dirasakan oleh Pondok Pesantren Darul Ulum.
Waktu siang maupun pagi siswanya diajak langsung oleh beiau bertanam, berdagang menanti rezeki. Jika malam mereka bersujud khusu' menanti hidayat Alloh, dan jika fajar telah datang menyambutnya, mereka tersenyum cerah berkat telah datang, mereka masih diberi kesempatan memandang alam.Pendidikan semacam inilah, hasilnya ternyata cukup mengagumkan dan ini telah dirasakan oleh Pondok Pesantren Darul Ulum.
Pengkajian ilmu pengetahuan pada periode ini semakin mekar di daerah lain pada umumnya, bukan lagi hanya berliku-liku di daerah ilmu pengetahuan agama saja. Disamping itu pembagian tugas antara tokoh-tokoh yang ada semakin jelas. Kyai Romli Tamim memegang kebijakan umum Pondok Pesantren serta ilmu thasawuf dan thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyahnya, KH. Dahlan Cholil memegang kebijakan khusus siasah (manajemen) dan pengajian syariat plus Al-Qur'an. Sedang Kyai Ma'soem Cholil mengemban organisasi sekolah dan managementnya. Sementara itu Kyai Umar Tamim adik Kyai Romli Tamim sebagai pembantu aktif di bidang kethareqatan. Semua tugas tersebut masing-masing dibantu oleh santri-santri senior, seperti KH. Ustman Al Isyaqi yang berasal dari Surabaya dalam praktikum qodiriyah wannaqsyabandiyah.
Ciri khas alumni pada periode ini seakan dapat dijabarkan melalui dua bentuk, antara lain sebagai berikut:
Ciri khas alumni pada periode ini seakan dapat dijabarkan melalui dua bentuk, antara lain sebagai berikut:
Bentuk salikin atau ahli praktikum thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyah. Mereka ini adalah lulusan amalan thareqat di bawah asuhan KH. Romli Tamim Irsyad. Sebagian mereka telah menjadi Al-Mursyid sejak zaman KH. Romli Tamim.
Bentuk huffadz atau penghafal Al-Qur'an, yang merupakn huffadz andalan di masing-masing daerahnya. Mereka ini adalah lulusan madrasah huffadz Al-Qur'an di asuh langsung oleh KH. Dahlan Cholil.
Dalam perjuangan fisk membela negara peran ponpes tidak tanggung-tanggung. sebut Pondok Pesantren ini memang letaknya diperbatasan garis Demarkasi tentara pejuang dengan tentara penjajah. Apabila belanda telah menguasai Mojokerto, bukan main sibuknya penghubung dan penghuni pondok pesantren ini,tidak terkecuali kyai-kyainya. Ishomudin - putra KH. Romli Tarnim tertembak jatuh menghadap Alloh langsung oleh tembakan peluru Belanda pada tahun 1949 M.
Demikian pula KH. Romli Tamim sempat menginap di rumah KNIL Mojoagung karena tertangkap Belanda. Ini semua merupakan ikistrasi keterlibatan Pondok Pesantren Darul Ulum dalam perjuangan filsik memperjuangkan tanah Indonesia merdeka. Merdeka kata pejuang , merdeka pula para kyai. Kebenaran hams di perjuangkan sampai tubuh ini memat dimakan tanah. Karena tekad demikian itulah KH. Romli dan KH. Dahlan sebagai tokoh utama membiarkan santri serta simpatisannya menjadikan pondok pesantren ini sebagai markas tentara Hisbulloh pada kelas D menghajar tenlara Belanda. Kereta api sempat diledakkan oleh pejuang Hisbulloh di muka pondok pesantren yang dekat dengan rel kereta api ini.
Pada tahun 1938 didirikanlah sekolah klasikal yang pertama di Darul 'Ulum yang di beri nama Madrasah Ibtidaiyyah Darul TJlum. Sebagai tindak lanjut sekolah tersebut pada tahun 1949 M didirikan arena belajar untuk para calon pendidik dan da'wah. dengan nama Madrasah Muallimin (untuk siswa putra) dan pada tahun 1954 M berdirilah sekolah yang sama untuk kaum putri. Sekolah tersebut di huni sekitar 3000 siswa.
Pada bagian lain keluarga besar Darul 'Ulum yaitu Jam'iyah thareqat qadiriyah wan naqsyabandiyah. Anggota latihnya meliputi Jombang dan menembus daerah-daerah kabupaten lainya di Jawa Timur. Jawa Tengah dan Jawa Barat. bahkan ada Sulawesi selatan. Jumlah anggotanya puluhan ribu, dapat disaksikan di pusat latihan Rejoso jika Jam'iyah ini mengadakan perayaan khusus bagibagi warganya. Yang lazim adalah tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan sya'ban, bulan Muharrom dan bulan Rabi'ul akhir.
Periode ini di tutup pada tahun 1958, yang di tandai dengan kematian dua tokohnya, yaitu KH. Dahlan Cholil pada bulan sya'ban, disusul oleh KH. Romli Tamim pada bulan Raomadlon. Innalillah wa innailaihi raji'un.
Periode ini di tutup pada tahun 1958, yang di tandai dengan kematian dua tokohnya, yaitu KH. Dahlan Cholil pada bulan sya'ban, disusul oleh KH. Romli Tamim pada bulan Raomadlon. Innalillah wa innailaihi raji'un.
C. Periode Baru Fase Pertama (1958 - 1985)
Sepeninggalan kedua tokoh tersebut, pondok pesantren Darul 'Ulum mengalami kesenjangan kepemimpinan, terutama dalam bidang thareqat dan pengajian ilmu Al-Qur'an dengan segala ilmu bantuanya. Kejadian ini dapat dimaklumi karena dua tokoh yang telah tiada tersebut merupakan tokoh besar, serta piawai dalam bidangnya.
KH. Romli, mempunyai reputasi pasca sarjana dalam kehidupan thareqat di daerah Jombang maupun di kalangan Nasional, demikian pula halnya KH. Dahlan, reputasi dalam bidang ke Al-Qur'anan cukup di kenal Ulama semasanya. Ia terkenal sebagai ulama beraliran keras karena itu terkadang tampak kaku tetapi konsisten dengan ilmunya. Alhamdulillah, pada masa transisi antara tahun 1958 - 1961 ini adalah tokoh pendamping kedua almarhum, yaitu KH. Ma'soem Kholil yang selama ini berdomisili di Jagalan Jombang.
KH. Ma'soem selama kepemimpinanya Darul 'Ulum cukup memuaskan berkat ditemukanya tokoh yang sebelumnya terpendam Kyai Ma'soem sendiri belum sempat menikmati upaya tersebut tclah wafat pada tahun 1961 M. Tokoh baru yang di maksud adalah lahirnya Kyai Bishri Cholil dan KH. Musta'in Romly sebagai pemimpin utama pada ketokohan periode baru fase pertama ini. Masa ketokohan KH. Musta'in dan KH. Bishri. antara tahun 1962 sampai 1985 Darul 'Ulum banyak mengalami pembaharuan dalam bidang Struktur organisasi. bidang bentuk pendidikan maupun dalam bidang sarana fisik, perubahan tersebut antara lain bisa dilihat di bawah ini.
D. Bidang Struktur Organisasi.
Pondok Pesantren Darul 'Ulum sejak tahun ajaran 1962 Struktur organisasinya berubah. Distribusi tugas secara terperinci dijelaskan melalui buku panduan dan papan Struktur. Ini merupakan kemajuan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Struktur tersebut dijabarkan dalam bentuk tiga dewan.
Dewan Kyai : Merupakan badan tertinggi. Beranggotakan para sesepuh Pondok Pesantren. Badan ini di pimpin oleh KH. Bishri Colil dan KH. Musta'in Romli. Badan ini merupakan dewan penentu kebijaksanaan prinsipil di Darul 'Ulum.
Dewan Guru : Merupakan badan pelaksana kebijaksanaan dewan kyai dalam bidang kontinuitas pendidikan. Badan ini beranggotakan guru-guru yarig dipimpin oleh KH. Musta'in Romli.
Dewan Harian: Merupakan dewan pelaksana harian dewan Kyai dalam bidang Administrasi Management dan kegiatan sosial. Badan ini beranggotakan santri-santri, guru-guru yunior dipimpin oleh Kyai Aehmad Badawi Cholil, tokoh motor pembaharuan managemen organisasi periode ini.
Dewan Keuangan: Pada tahun 1968 M untuk lebih menerbitkan administrasi keuangan. dibentuklah dewan keuangan yang ditangani oleh Kyai Muh. As'ad Umar.
E. Bidang Pendidikan
Berbicara mengenai masalah pendidikan. ini merupakan misi utama pondok pesantren Darul 'Ulum yang setiap jengkal langkahnya selalu tidak bisa lepas dari suatu upaya peningkatan kualitas bidang ini. Materi pendidikan yang di berikan pada periode ini hampir semua macam bidang study lelah dimasukkan dalam program yang ada. Berbeda dengan sebelumnya hanya terbatas bidang agama ditambah umum yang diberikan. Ini dilakukan oleh pengasuh untuk menyediakan fasilitas yang sempurna bagi siswa-siswa pondok pesantren apabila kelak harus terjun ke masyarakat. Dan merupakan kelanjutan Pondok Pesantren atas tantangan masyarakat lingkunganya.
Dengan masuknya beragam bidang studi umum tersebut, bukan berarti menelantarkan jam-jam kegiatan studi agama dan sakral agama yang telah mapan. Malah keduanya disejajarkan, diselaraskan dan diberinya ruang gerak berjalan secara smooth dalam wadah yang sama. Pada tahun 1965 di Darul Ulum dibukalah Universitas Darul 'Ulum sebagai kelanjutan wadah pendidikan yang perkembangannya antara tahun 1965 - 1969 M.
Universitas tersebut memiliki Fakultas Alim Ulama, fakultas Hukum, fakultas Sosial Politik dan fakultas Pertanian. Pada tahun ini (1989) setelah mengalami pasang surut, Universitas Darul 'Ulum telah memiliki enam Fakultas, antara lain :
Fakultas Hukum
Fakultas Sosial Politik
Fakultas Ushuluddin (Sebagai ganti fak. Alim Ulama)
Fakultas Ilmu Pendidikan
Fakultas Ekonomi
Pada tahun 1967 sekolah dan madrasah yang berada di naungan Darul Ulum dibagi dalam dua program studi. Program studi yang beralifiliasi dengan Departemen Agama dan Program studi yang mengikuti program studi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tentu masing-masing program studi tetap dinaungi oleh warna kepondokan pesantren Darul Ulum sebagaimana semula, yang akurat dan tradisional itu. Selanjutnya sekolah-sekolah tersebut pada tahun berikutnya (1968) yang beralifiliasi dengan DEPAG dinegerikan melalui Surat Keputusan Menteri Agama No : 67 tahun 1968.
Bidang Sarana Fisik:
Penyediaan sarana fisik mutlak dibutuhkan bagi terwujudnya mekanisme pendidikan. Disamping memanfaatkan bangunan gedung yang ada, Darul 'Ulum juga menambahkan lagi beberapa gedung untuk asrama dan gedung sekolah. Di pihak lain penyediaan fasilitas pendidikan juga bertambah, seperti yang terlihat di bawah ini.
1. Pada tahun 1954 dibukalah Madrasah Mu'alimat atas, satu bentuk sekolah setingkat SMA Khusus bagi siswa putri.
2. Pada tahun 1960 Pimpinan Darul 'Ulum bersama alumni yang telah meyebar di perguruan tinggi maupun di arena pejuangan sosial di daerah Surabaya, Malang dan Yogyakarta menciptakan wadah gerak yang disebut HESDU (Himpunan Eks Santri Darul 'Ulum). Organisasi ini pada kongresnya I Di Malang mengubah namanya dengan IKAPPDAR (Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darul 'Ulum).
3. Pada tahun 1965 mempunyai tanah milik di Jombang sebagai lokasi berdirinya Universitas Darul 'Ulum.
4. Antara tahun 1959 - 1982 telah pula disempurnakan fasilitas belajar, ibadah maupun asrama tempat tinggal.
Demikianlah pembaharuan dan perubahan yang terjadi pada periode ini. Sementra itu kepemimpinanya juga terjadi tambal sulam. Seperti yang terjadi pada tahun 1969 sepeninggalan KH. Bishri yang wafat, kedudukan beliau diambil alih oleh adiknya yaitu KH. Sofyan Cholil sebagai patner utama KH. Musta'in Romly. Pada tahun 1978 M KH. Sofyan Cholil wafat, kedudukanya di ganti oleh KH. Muh. As'ad Umar. Periode Baru Fase Kedua (1985 - 1993)
Perkembangan Kelembagaan Darul 'Ulum pada fase ini mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan tuntutan managerial yang dikehendaki oleh kemajuan kelembagaan Darul 'Ulum Perkembangan itu bisa dilihat di bawah ini.
Perkembangan Kelembagaan Darul 'Ulum pada fase ini mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan tuntutan managerial yang dikehendaki oleh kemajuan kelembagaan Darul 'Ulum Perkembangan itu bisa dilihat di bawah ini.
Perkembangan Kelembagaan.
Pada fase ini pembagian tugas kelembagaan lebih rinci dan disesuaikan dengan Profesi perseorangan yang duduk di personalia lembaga. Ada Yayasan Darul 'Ulum, Yayasan Universitas Darul 'Ulum dan ada Yayasan thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyah yang berpusat di Darul 'Ulum. Masing-masing Yayasan / lernbaga terikat oleh nilai dan norma misi kelembagaan Darul 'Ulum yang termuat garis besar Khittkhah Trisula, yaitu suatu rangkuman nilai dan norma menjadi misi pendidikan Darul 'Ulum. Nilai tersebut bersumber dari nilai-nilai yang berada di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darul 'Uium, Universitas Darul 'Ulum dan thareqat qodiriyah wan naqsyabandiyah. Jadi, pada periode ini lembaga pendidikan.
Sumber: darululum.net
0 komentar:
Posting Komentar