Sabtu, 06 Januari 2018

Cerpen Pagi: Antara Impian dan Takdir

Antara Impian dan Takdir


Saat ini sang surya masih sanggup memancarkan sinarnya di ufuk timur. Jam wekerku menunjukkan pukul 16.16 WIB. Aku sedang duduk di teras ditemani laptop mungilku, segelas kopi, dan sebuah buku. Tanganku yang sedang sibuk mengetik sebuah cerita yang akan kubuat, berjudul “Antara Impian dan Takdir”.

Sinta Rahayu Pratiwi. Biasa dipanggil Ayu, adalah seorang remaja berasal dari Surabaya yang saat ini berusia 11 tahun. Ayu adalah seorang gadis remaja yang berketurunan dari keluarga yang sederhana, ayahnya bekerja sebagai buruh tani, dan ibunya bekerja sebagai pelayan toko, sedangkan Ayu juga memiliki dua orang adik perempuan yaitu Dewi dan Samsul yang keduanya masih sekolah di sekolah dasar. Sejak kecil Ayu mempunyai impian menjadi dokter gigi di Jawa Timur.

Perjalanan ini dimulai sejak ia berusia 14 tahun, yang nasibnya malang sekarang ini. Saat itu, Ayu beserta keluarganya akan pulang ke kampung halamannya di Sumenep, Madura untuk berlibur di sana. Perjalanan dari Surabaya hingga dapat tiba di Madura mereka tempuh dengan menumpangi bus dan kemudian dilanjutkan menyeberangi Laut Jawa dengan menggunakan Kapal Feri. Berbagai rangkaian acara yang menyenangkan untuk mengisi liburan telah mereka siapkan jika sudah tiba di Kalimantan, namun takdir merubah segalanya.

Kapal yang mereka tumpangi terbakar yang hanya tinggal puing-puing kapal yang tersisa. Korban yang hilang dan belum ditemukan saat itu mencapai 183 penumpang, termasuk kedua orangtua Ayu, dan juga kedua saudaranya, Dewi dan Samsul. Sementara Ayu, ia selamat dari peristiwa terbakarnya kapal feri itu. Namun Ayu masih terbaring lemas di posko perawatan dari tim SAR, ada sedikit luka bakar dan lebam di kulitnya.

2 minggu setelah peristiwa mengenaskan tersebut, keluarga Ayu ditemukan dalam keadaan yang sudah tak bernyawa. Mengetahui keluarganya sudah tiada, Ayu tetap tabah dan ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan kepadanya dan keluarganya. Salah satu petugas dari tim SAR merasa iba dengan keadaan Ayu saat itu, ia memutuskan untuk menitipkan Ayu ke Panti Asuhan Al Ihlas di Surabaya.

3 tahun berlalu, kehidupan Ayu berubah menjadi lebih baik. Ia diasuh oleh pasangan suami-istri yang berketurunan dari keluarga yang sangat kaya yang bertempat tinggal di Jakarta. Karena mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Ayu bersekolah di sekolah sangat favorit di Jakarta dan setiap harinya diantar jemput oleh seorang sopir pribadi ayah angkatnya, Pak Jupri.

Suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan keluarganya yang sedang bermain bersenang-senang tetapi tidak dengan Ayu. Ibunya memberi pesan kepadanya, “Nak, jangan bersedih. Suatu hari nanti kita akan bertemu kembali ke dunia yang lebih kekal. Teruskan langkahmu, raihlah cita-citamu setinggi impianmu menggapai langit, sayang. Ayah dan ibu akan selalu ada di sini, tepat di hati kecilmu. We love you, Ayu.”

Sejak saat itu, Ayu terus berjuang serta berusaha dan disertai dengan do’a untuk menggapai cita-citanya. 4 tahun kemudian, berkat kegigihan Ayu ia mendapatkan beasiswa kedokteran dan berhasil meraih cita-citanya untuk menjadi seorang dokter gigi di Jawa Timur.


0 komentar:

Posting Komentar