Sabtu, 06 Januari 2018

Kisah Inspiratif: Mulianya Kasih Sayang Sang Ibu

Kisah Inspiratif:
Mulianya Kasih Sayang Sang Ibu

Saat Aku berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanku.
Sebagai balasannya, Aku menangis sepanjang malam.
Saat Aku berumur 2 tahun, dia mengajariku bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, Aku kabur saat dia memanggilku.
Saat Aku berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananku dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, Aku buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat Aku berumur 4 tahun, dia memberiku pensil berwarna.
Sebagai balasannya, Aku coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat Aku berumur 5 tahun, dia membelikanku pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, Aku memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.
Saat Aku berumur 6 tahun, dia mengantarku pergi ke sekolah.
Sebagai balasannya, Aku berteriak.”NGGAK MAU!!”
Saat Aku berumur 7 tahun, dia membelikanku bola.
Sebagai balasannya, Aku lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat Aku berumur 8 tahun, dia memberiku es krim.
Sebagai balasannya, Aku tumpahkan hingga mengotori seluruh bajuku.
Saat Aku berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk sekolah Madrasahku.
Sebagai balasannya, Aku sering bolos dan sama sekali tidak pernah patuh.
Saat Aku berumur 10 tahun, dia mengantarku ke mana saja, dari tempat rekreasi maupun pesta.
Sebagai balasannya, Aku keluar rumah tanpa pamit dan memberi salam.
Saat Aku berumur 11 tahun, dia mengantar Aku dan teman-temanku ke pengajian umum.
Sebagai balasannya, Aku malah bermain di tempat lain.
Saat Aku berumur 12 tahun, dia melarangku untuk melihat acara TV khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, Aku tunggu sampai dia keluar rumah.
Saat Aku berumur 13 tahun, dia menyarankanku untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, Aku katakan dia tidak tahu mode.
Saat Aku berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingku selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, Aku tak pernah meneleponnya.
Saat Aku berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukku.
Sebagai balasannya, Aku kunci pintu kamarku.
Saat Aku berumur 16 tahun, dia ajari Aku mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, Aku pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat Aku berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, Aku pakai telepon nonstop semalaman.
Saat Aku berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika Aku lulus SMA.
Sebagai balasannya, Aku berpesta dengan temanku hingga pagi.
Saat Aku berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahku dan mengantarku ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, Aku minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar Aku tidak malu di depan teman-temanku.
Saat Aku berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, Aku jawab,”Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat Aku berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirku di masa depan.
Sebagai balasannya, Aku katakan,”Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat Aku berumur 22 tahun, dia memelukku dengan haru saat Aku lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, Aku tanya dia, “kapan Aku bisa ke Bali”.
Saat Aku berumur 23 tahun, dia membelikanku 1 set furniture untuk rumah baruku.
Sebagai balasannya, Aku ceritakan pada temanku betapa jeleknya furniture itu.
Saat Aku berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganku dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, Aku mengeluh,”Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat Aku berumur 25 tahun, dia mambantuku membiayai penikahanku.
Sebagai balasannya, Aku pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat Aku berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayikmu. Sebagai balasannya, Aku katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat Aku berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, Aku jawab,”Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat Aku berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanku.
Sebagai balasannya, Aku baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba Aku teringat semua yang belum pernah Aku lakukan, karena mereka datang menghantam HATI ku bagaikan palu godam.

“Jika beliau masih ada, jangan lupa memberikan kasih sayangmu lebih dari yang pernah Kamu berikan selama ini dan jika beliau sudah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tulus tanpa syarat kepadamu.”



0 komentar:

Posting Komentar