Rabu, 30 Agustus 2017

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(
DISCOVERY LEARNING)

A.    Definisi Metode Discovery Learning
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri.

B.     Langkah-Langkah Operasional
1.      Perencanaan
a.       Menentukan tujuan pembelajaran
b.      Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya   belajar, dan sebagainya)
c.       Memilih materi pelajaran.
d.      Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e.       Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,  tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
f.       Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
2.      Pelaksanaan
a.       Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
b.      Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
c.       Data collection (pengumpulan data)
d.      Data processing (pengolahan data)
e.       Verification (pembuktian)
f.       Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
3.      Penilaian
a.       penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik.
b.      penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis.



C.    Keuntungan Model Pembelajaran Penemuan
  1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
  4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
  5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
  6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
  7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
  8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
  9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
  10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang baru;
  11. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
  12. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
  13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
  14. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia  seutuhnya;
  15. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
  16. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
  17. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

D.    Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan

  1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
  2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
  3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
  4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
  5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan  yang dikemukakan oleh para siswa
  6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. 

0 komentar:

Posting Komentar