SARJANA INGSUN RIFAI

Acara Prosesi Wisuda S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Pasuruan

Sang Pejuang Keluarga

Pejuang keluarga yang penuh ketangguhan dan keihlasan demi menyongsong masa depan yang cerah

MENATAP MASA DEPAN YANG CERAH

Tampil biasa dan apa adanya walaupun kadang terlihat rendah dari pada yang lainnya

KEGIATAN PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Penerapan Metode Diskusi Dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Dilakukan Setiap Pertemuan

Eling marang Gusti Pangeran tur ra nglaleke dumateng Kanjeng Guru

Biasa dengan membiasakan diri seperti biasa agar tidak terlihat luar biasa walaupun terkadang hanya impian belaka

Kamis, 28 Desember 2017

Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat
Pencak silat Indonesia merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan kehidupan bangsa Indonesia yang di dalamnya memiliki aspek mental-spiritual, beladiri, seni dan olahraga, yang telah menjadi bagian budaya bangsa dan menjadi satu kesatuan seluruh jajaran pencak silat Indonesia serta sebagai bagian integral dari ketahanan nasional Indonesia. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang sadar, terencana, tertata dan berkelanjutan, maka telah menjadi konsensus nasional pembentukan wadah organisasi pencak silat Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat IPSIyang didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.

Organisasi IPSI dibentuk secara bertingkat. Di tingkat pusat disebut IPSI Pusat yang berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. IPSI Pusat membawahi IPSI Provinsi di seluruh Indonesia, sedangkan IPSI Provinsi membawahi semua IPSI Kabupaten / Kota di wilayah kerjanya. Keanggotaan IPSI adalah organisasi dan perguruan pencak silat, yang terdiri dari anggota khusus dan anggota biasa.

Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya di IPSI, ada 10 organisasi dan perguruan pencak silat yang diberi gelar Perguruan Historis Pencak Silat dan dijadikan Anggota Khusus IPSI sebagaimana diatur di dalam Pasal 2 Anggaran Rumah Tangga IPSI.

Pemberian gelar Perguruan Historis Pencak Silat berdasarkan pertimbangan bahwa 10 organisasi dan perguruan pencak silat tersebut dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973. Organisasi dan perguruan tersebut telah memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI. Organisasi dan perguruan tersebut juga memiliki kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan.

Saat ini terdapat 16 organisasi dan perguruan pencak silat yang terdaftar sebagai anggota IPSI Pusat, yaitu 10 anggota khusus (Perguruan Historis Pencak Silat) dan 6 anggota biasa sebagai berikut :
1. Persaudaraan Setia Hati

Pencak Setia Hati diciptakan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada tahun 1903 di daerah Tambak Gringsing, Surabaya, Jawa Timur, yang pada saat itu diberi nama permainan pencak Djojo Gendilo Tjipto Moeljo dengan nama perkumpulannya Sedoeloer Toenggal Ketjer. Pada tahun 1917 nama tersebut dirubah menjadi Persaudaraan Setia Hati yang berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Pencak Setia Hati dirumuskan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo yang dikenal juga dengan Eyang Soero dari hasil menimba ilmu pencak silat dari berbagai daerah. Dimulai setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat, pada tahun 1891 Eyang Soero mendapat pekerjaan magang sebagai juru tulis pada seorang kontroler Belanda. Selain bekerja, Eyang Soero tetap meneruskan belajar di Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Dari pondok pesantren inilah Eyang Soero mulai mendalami ilmu agama dan pencak silat sekaligus.

Pada tahun 1892, Eyang Soero ditugaskan menjadi pegawai pengawas di Bandung, Jawa Barat, dan kemudian mempelajari ilmu pencak dari Cimande, Cikalong, Ciampea, Cibaduyut, Cipetir, Cilamaya, Sumedang dan sebagainya. Setahun kemudian Eyang Soero pindah ke Jakarta dan mempelajari silat aliran Betawen, Kwitang, Monyetan dan permainan toya.

Setahun kemudian Eyang Soero harus pindah kerja lagi ke Bengkulu selama 6 bulan, lalu ke Padang, Sumatra Barat. Di daerah ini Eyang Soero mempelajari ilmu silat dari Pariaman, Padang Sidempuan, Padang Panjang, Padang Alai, Alang Laweh, Solok, Singkarak, Taralak, Lintau, Fort de Kock, Sipai, Air Bangis dan sebagainya. Salah satu guru beliau bergelar Datuk Rajo Batuah.

Setelah menambah kekayaan ilmu pencak silat dan ilmu kebatinan di daerah Sumatra Barat, pada tahun 1898 Eyang Soero berhenti dari pekerjaannya dan melanjutkan perantauannya ke Sumatra Utara dan Aceh. Di daerah ini Eyang Soero mempelajari ilmu silat dari Tengku Achmad Mulia Ibrahim. Ilmu silat yang dipelajari yaitu silat dari Binjai, Langsa, Tarutung dan sebagainya. Di samping belajar silat, Eyang Soero juga mendapatkan wejangan kebatinan dari Nyoman Ida Gempol dan Tjik Bedojo.

Pada tahun 1902 Eyang Soero kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Pada tahun 1903 di Surabaya inilah, di daerah Tambak Gringsing, Eyang Soero mendirikan sebuah perkumpulan persaudaraan dengan nama Sedoeloer Toenggal Ketjer. Pada tahun 1915 Eyang Soero pindah bekerja ke bengkel kereta api di Madiun dan tetap mengajarkan pencak silat, kemudian pada tahun 1917 nama persaudaraannya dirubah menjadi Setia Hati yang disingkat SH. Eyang Soero wafat pada tahun 1944 dan dimakamkan di daerah Kelurahan Winongo, Kota Madiun.

Pada tanggal 22 Mei 1932 di Semarang, Jawa Tengah, atas prakarsa Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur, yang merupakan murid dari Eyang Soero yang telah mencapai Trap III, didirikanlah organisasi yang merupakan perwujudan ikrar bersama sejumlah kadang Setia Hati dari Semarang, Magelang, Solo, Yogyakarta dan sebagainya. Karena terdiri dari sejumlah kadang Setia Hati, maka disebut dengan nama Setia Hati Organisasi atau disingkat SHO, yang bermaksud orang-orang Setia Hati yang berorganisasi. Pada waktu itu hadir 50 saudara Setia Hati dan utusan-utusan, antara lain Soewignjo, Soekandar, Soemitro, Kasah, Karsiman, Soeripno, Soetardi, Hartadi dan Sajoeti Melok.

Pada kongres ke-13 di Yogyakarta tahun 1972, ditetapkan keputusan dengan kesepakatan bahwa nama Setia Hati Organisasi (SHO) berubah menjadi Persaudaraan Setia Hati (PSH). Perubahan nama tersebut merupakan pernyataan ketua umum kongres, Moenandar Hardjowijoto, yang menyatakan bahwa para kadang persaudaraan Setia Hati Organisasi tidak lagi mengenal garis pemisah antar kadang serumpun Setia Hati, dan persaudaraan SHO menjadi SH saja tanpa O (organisasi), kembali ke sumber.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

2. Persaudaraan Setia Hati Terate

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang pada awalnya bernama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) didirikan pada tahun 1922 di daerah Pilangbango, Madiun, Jawa Timur, oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, murid Ki Ngabehi Soerodiwirjo pencipta Pencak Setia Hati.

Pada tahun tersebut Ki Hadjar Hardjo Oetomo juga bergabung dengan Sarekat Islam untuk berjuang bersama-sama menentang penjajahan Belanda. Sebagai pendekar pencak, Ki Hadjar berkeinginan luhur untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Namun pelatihan pencak di dalam SH Pencak Sport Club kemudian diketahui oleh penjajah Belanda sehingga dilarang dan dibubarkan.

Untuk mengelabuhi penjajah Belanda, SH Pencak Sport Club yang dibubarkan Belanda diam-diam dirintis kembali dengan siasat menghilangkan kata Pencak sehingga menjadi SH Sport Club. Murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah hingga tersebar sampai Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta. Kesempatan ini digunakan oleh Ki Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda.

Pada tahun 1925 penjajah Belanda menangkap Ki Hadjar yang kemudian dimasukkan ke dalam penjara di Madiun. Karena di dalam penjara Ki Hadjar berusaha membujuk rekan-rekan tahanan lainnya untuk mengadakan pemberontakan kepada penjajah Belanda, maka Ki Hadjar dipindah ke penjara Cipinang dan kemudian dipindah lagi ke penjara Padang Panjang di Sumatera. Setelah lima tahun mendekam di penjara, Ki Hadjar kembali ke kampung halamannya di Pilangbango, Madiun.

Selang beberapa bulan kemudian, kegiatan yang sempat macet mulai digalakkan lagi. Memasuki tahun 1942 pada saat kedatangan penjajah Jepang ke Indonesia, SH Pemuda Sport Club diganti nama menjadi SH Terate.

Selang enam tahun kemudian yaitu pada tahun 1948, SH Terate mulai berkembang merambah ke segenap penjuru. Dari hasil konferensi di rumah almarhum Ki Hadjar, SH Terate yang pada saat berdiri berstatus sebagai perguruan pencak silat kemudian dirubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sebagai ketua, dipilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo, murid Ki Hadjar yang sudah mencapai tingkat tiga.

Atas jasa-jasanya dalam perjuangan menentang penjajah Belanda, pada tahun 1950 Ki Hadjar Hardjo Oetomo dianugerahi gelar Pahlawan Perintis Kemerdekaan.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

3. Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri

Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri atau disingkat Kelatnas Indonesia Perisai Diri didirikan oleh Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmodjo pada tanggal 2 Juli 1955 di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo atau yang dikenal dengan nama panggilan Pak Dirdjo lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Pura Pakualaman. Beliau adalah putra pertama dari R.M. Pakoe Soedirdjo, buyut dari Sri Paduka Paku Alam II.

Sejak berusia 9 tahun, Pak Dirdjo telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pura Pakualaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di istana Pakualaman sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kussudiardja.

Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki.

Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur. Di sana Pak Dirdjo belajar silat pada Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.

Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting, Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat Pak Dirdjo tidak bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Pak Dirdjo yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Pak Dirdjo kemudian mulai meramu ilmu silat sendiri dan menetap di daerah Parakan, Jawa Tengah, dengan membuka perguruan silat bernama Eka Kalbu yang berarti satu hati.

Di tengah kesibukan melatih, Pak Dirdjo bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djeng Tie melalui Hoo Tik Tjay alias Suthur. Louw Djeng Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djeng Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay.

Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Pak Dirdjo diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid. Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San.

Setelah puas merantau, Pak Dirdjo kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih pakdenya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan Sekolah Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Kedaton Pleret.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Pak Dirdjo juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Murid-murid Pak Dirdjo di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia).

Tahun 1955 Pak Dirdjo resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur. Di sinilah Pak Dirdjo mendirikan silat Perisai Diri pada tanggal 2 Juli 1955. Para muridnya di Yogyakarta maupun murid-murid perguruan silat Eka Kalbu kemudian menyesuaikan diri dengan melebur ke silat Perisai Diri.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto Pandai Silat Tanpa Cedera, silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Tanggal 9 Mei 1983, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara lain, di antaranya yaitu Australia, Belanda, Inggris, Jerman, Swiss, Timor Leste, Perancis, Amerika Serikat, Swedia, Brunei Darussalam, bahkan di Jepang.

Untuk menghargai jasa-jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama kepada R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

4. Perguruan Silat Nasional Perisai Putih

Perguruan Silat Nasional Perisai Putih atau disingkat PSN Perisai Putih didirikan pada tanggal 1 Januari 1967 di Surabaya oleh Raden Achmad Boestami Barasoebrata atau dikenal juga dengan Pak Boestam.

Keilmuan Pak Boestam berasal dari kakeknya, Kyai Haji Agus Salim atau yang di lingkungan masyarakat Sumenep dikenal dengan nama panggilan Ki Lamet. Pak Boestam adalah putra ke-3 dari 9 bersaudara yang lahir pada tanggal 4 Desember 1939 di Bangselok, Sumenep, Madura.

Pak Boestam juga mempelajari berbagai aliran pencak silat di nusantara dan beladiri asing yang masuk ke Indonesia. Pemahamannya terhadap perbedaan jurus pencak silat di berbagai aliran disikapinya dengan arif. Pak Boestam mengemukakan bahwa semua perguruan pencak silat memiliki kelebihan masing-masing yang semuanya baik dan patut dipelajari, walaupun kemudian di dalam perkembangannya Pak Boestam menjadikan pencak silat ala Madura sebagai ciri khasnya.

Dengan misi melanggengkan tradisi, Pak Boestam kemudian melatih para kerabat, tetangga dan orang-orang di sekitarnya agar menguasai pencak silat. Lambat laun murid Pak Boestam semakin bertambah dari waktu ke waktu. Untuk mewadahi keberadaan murid-muridnya, pada tanggal 1 Januari 1967 Pak Boestam dibantu oleh Kapten Soeparman mendirikan perguruan pencak silat di Surabaya yang dikenal dengan nama Yiusika, akronim dari Yiuyitsu / Jiujitsu, Silat dan Karate. Yiusika juga sering disebut sebagai Sekolah Beladiri Tanpa Senjata.

Pada tahun 1971, S. Himantoro dari Surabaya mengembangkan Yiusika ke Jakarta dengan bantuan Joni Heru Riono. Tempat latihan pertama berlokasi di Jakarta Utara yang dipimpin oleh AKBP Drs. Soetedjo, yaitu di markas Komando Sektor Kota 722 Jakarta Utara. Dari Jakarta Utara kemudian dikembangkan lagi ke Jakarta Timur dengan tempat latihan di mes Badan Pusat Statistik yang dipimpin oleh Daeng Husin Umar.

Perkembangan Yiusika di Jakarta semakin pesat. Pengembangan berlanjut ke Jakarta Selatan di bawah pimpinan Soediono. Kemudian dengan bantuan Drs. Hadi Mahmud, perguruan juga berkembang di Jakarta Pusat yang dipimpin oleh Hadi Prayitno. Tidak ketinggalan Jakarta Barat juga menjadi tempat pengembangan Yiusika dengan tempat latihan di Jelambar yang dipimpin oleh Maxi.

Seiring dengan upaya mempersatukan perguruan pencak silat di Indonesia dalam wadah organisasi IPSI, maka Yiusika ikut mendaftarkan diri menjadi anggota IPSI pada saat Kongres IPSI ke-4 tahun 1973. Proses pendaftaran mengalami kendala karena Yiusika menggunakan nama berunsur beladiri asing.

Dengan bantuan ide dari William Maramis, ditambahkan nama Perisai Putih di belakang nama Yiusika sehingga menjadi Yiusika Perisai Putih. IPSI kemudian menerima Perisai Putih menjadi anggotanya, bahkan kemudian ditetapkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis Pencak Silat.

Lambang perguruan Perisai Putih dibuat oleh F.X. Siswadi, murid Pak Boestam. Pada mukernas pertama di Surabaya tanggal 10 Oktober 1987, tulisan di lambang perguruan yang berbunyi Beladiri IPSI Perisai Putih dirubah menjadi Perguruan Silat Nasional Perisai Putih.

R. Achmad Boestami Barasoebrata wafat pada tanggal 27 Desember 1987 dan dimakamkan di Surabaya. Dengan moto padi semakin berisi semakin merunduk dan semboyan si vis pacem para bellum, PSN Perisai Putih yang berdiri dan berpusat di Surabaya ini berkembang pesat dan telah mempunyai banyak cabang dan ranting di berbagai daerah di Indonesia dan manca negara, termasuk Belanda.
16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

5. Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Berawal dari kelahiran K.H. Busyro Syuhada, pendekar pencak silat aliran Banjaran pada tahun 1872, sekembalinya dari Tanah Suci beliau mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara, Jawa Tengah. Pondok pesantren ini kemudian berkembang pesat dan salah satu santrinya adalah Soedirman yang di kemudian hari menjadi Jenderal Besar.

K.H. Busyro Syuhada kemudian pindah ke Yogyakarta akibat gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim kolonial Belanda. Pencak silat aliran Banjaran yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong kemudian dikembangkan di Kauman, Yogyakarta.

Atas restu K.H. Busyro Syuhada, pada tahun 1925 dua orang muridnya yang tangguh yang bernama A. Dimyati dan M. Wahib membuka perguruan pencak silat dan menerima murid di Kauman, yang kemudian dikenal dengan sebutan perguruan Cikauman. Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas.

M. Syamsuddin, murid Cikauman yang dinyatakan berhasil dan lulus, diizinkan untuk menerima murid dan kemudian pada tahun 1930 mendirikan perguruan Seranoman di Kauman bagian utara. Perkembangan perguruan-perguruan ini semakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota laskar Angkatan Perang Sabil (APS) untuk melawan penjajah dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata.

Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan perguruan Cikauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yang di antaranya adalah perguruan Kasegu yang didirikan pada tahun 1951 oleh M. Barie Irsyad, murid andalan M. Zahid pendekar Seranoman. Atas desakan murid-murid dari perguruan Kasegu kepada M. Barie Irsyad inilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan silat yang sealiran, yaitu Cikauman, Seranoman dan Kasegu.

Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki umat Islam dalam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap umat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan dimulai.

Akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, yang merupakan kelanjutan sejarah dari perguruan-perguruan sebelumnya.

Setelah meletusnya pemberontakan G 30 S / PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang merumuskan pemantapan organisasi secara nasional dan perguruan Tapak Suci dikembangkan namanya menjadi gerakan dan lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah karena Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

6. Phashadja Mataram

Phashadja Mataram didirikan oleh K.R.T. Soetardjonegoro pada tanggal 20 Oktober 1950 di Yogyakarta. Perguruan yang berpusat di Jalan Gayam Mangkukusuman ini hanya menerima anggota laki-laki yang sudah baligh karena laki-laki akan diberi pendidikan untuk menjadi seorang imam bagi dirinya sendiri, keluarga, dan kelak apabila menjadi pemimpin. Selain itu juga bertujuan untuk menghindarkan dari pikiran-pikiran yang negatif. Murid tidak hanya dilatih ketangkasan dalam membela diri saja, tetapi juga diberi pendidikan akhlak agar dapat menjadi orang yang bertata krama, mempunyai sopan santun dan tidak beringas.

Nama Phashadja apabila diurai yaitu Pha dari phasa atau puasa, Sha dari shanjata atau senjata, dan Dja dari djumedul atau timbul, mengandung makna keluarnya senjata melalui sarana puasa, sehingga murid-murid Phashadja Mataram selain digembleng fisik juga ketika kenaikan tingkat harus lulus riyadhoh puasa dan sholat malam.

Phashadja Mataram merupakan perguruan yang semi organisasi, yang menjadi pemimpin atau pendekar besar hanya keturunan langsung dari K.R.T. Soetardjonegoro.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

7. Perguruan Pencak Indonesia Harimurti

Perguruan Pencak Indonesia Harimurti atau disingkat PerPI Harimurti didirikan oleh Suko Winadi di Yogyakarta pada tanggal 23 Oktober 1932. Suko Winadi menimba ilmu pencak dari Raden Mas Harimurti, cucu dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII. R.M. Harimurti, putra G.P.H. Tedjokoesoemo, mengajarkan pencak kepada masyarakat di Pendopo Ndalem Tejokusuman. Gaya seni beladiri ini dikenal sebagai Pencak Tejokusuman.

Polisi Hindia Belanda mencurigai aktivitas pengajaran pencak tersebut karena R.M. Harimurti ikut aktif mendukung Gerakan Nasional Boedi Oetomo. Untuk menghindari kecurigaan polisi, R.M. Harimurti menggunakan gerakan tari untuk menutupi pencaknya.

Pada tahun 1932, R.M. Harimurti mendelegasikan perguruannya ke Suko Winadi yang diformalkan sebagai Persatuan Pencak Indonesia yang disingkat PerPI, kemudian berganti nama menjadi Perguruan Pencak Indonesia dan akhirnya dikenal sebagai PerPI Harimurti.

Meskipun telah mendelegasikan perguruannya ke Suko Winadi, R.M. Harimurti tidak benar-benar pensiun dari aktivitasnya mengajar pencak. Beberapa kali, R.M. Harimurti langsung mengajar murid-muridnya. R.M. Harimurti pada akhir hayatnya dikenal sebagai komandan pasukan pengawal Keraton Yogyakarta. R.M. Harimurti wafat pada tanggal 18 September 1962 dan dimakamkan di Pemakaman Pakuncen.

Di bawah kepemimpinan Suko Winadi, perguruan Harimurti menjadi lebih populer sejak partisipasinya dalam pembentukan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Dalam era revolusi, Suko Winadi bersama dengan TNI bertugas dalam pertempuran di Ambarawa sebagai perwira di Brigade 10. Setelah berakhirnya perang, Suko dinas sebagai Polisi Militer. Pada saat berdinas di militer, Suko tetap mengajar pencak silat. Perpi Harimurti juga diajarkan di lingkungan militer.

Salah satu asistennya yang bernama Tarsono diutus untuk melatih pencak di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di Surakarta dan Batalyon Infanteri 403 di Yogyakarta. Perpi Harimurti juga mengirimkan guru pencak untuk melatih di Kodam Iskandar Muda.

Pada tahun 1970-an Perpi Harimurti dikenal baik di dunia perfilman karena perannya dalam beberapa film, di antaranya yaitu film November 1828 dan film Api di Bukit Menoreh.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

8. Persatuan Pencak Silat Indonesia

Persatuan Pencak Silat Indonesia atau disingkat PPSI didirikan pada tanggal 17 Agustus 1957 di Bandung, Jawa Barat, dengan diketuai oleh Kolonel R.A. Kosasih, Panglima Tentara dan Teritorium III Siliwangi, dibantu dengan Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun.

Salah satu tokoh pendiri PPSI adalah Raden Ema Bratakusumah atau dikenal dengan sebutan Gan Ema, seorang pejuang pergerakan nasional di Jawa Barat. Selain dikenal sebagai sesepuh pencak di Jawa Barat, Gan Ema adalah tokoh heroik pada peristiwa Bandung lautan api pada saat NICA dan tentara sekutu menduduki Bandung. Gan Ema sejak berusia 9 tahun sudah belajar pencak dari ayahnya yang memiliki perguruan pencak di Ciamis. Pada tahun 1914 Gan Ema belajar pencak Cimande di Dayeuhkolot. Kemudian pada tahun 1918 sampai dengan 1921 di Batavia, Gan Ema belajar Ameng Pukulan dan Ameng Sabeni. Gan Ema juga ditempa dengan penguasaan aliran Cikalong, Sabandar, Suliwa dan Ameng Timbangan dari para ahli pencak di Jawa Barat. 

Salah satu tujuan pembetukan PPSI adalah menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk pagar betis dalam menghadapi pemberontakan DI/TII yang berkembang di wilayah Jawa Barat, Lampung, Jakarta, dan lainnya.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

9. Persatuan Pencak Silat Putra Betawi

PPS Putra Betawi dibentuk pada tanggal 20 Januari 1972 sebagai suatu wadah yang mempersatukan berbagai perguruan dan aliran silat Betawi ke dalam suatu organisasi. Para guru besar yang mendukung terbentuknya wadah organisasi ini berasal dari lebih 20 perguruan silat betawi, antara lain yaitu Babe Oetama (perguruan silat Putra Utama), Bang Sa'aman (perguruan silat Putra Jakarta), Pak Endang M.S. (perguruan silat Sapu Jagat), T.M. Satiri (perguruan silat Syahbandar), Olive (perguruan silat Sutera Baja), Zakaria (perguruan silat Mustika Kwitang), perguruan silat Genta, perguruan silat Sikak Mas dan perguruan-perguruan lainnya. Pada waktu itu H. Sa'ali terpilih sebagai ketua umumnya.

Organisasi ini pernah vakum selama 10 tahun. Pada tanggal 24 Mei 1986 dilakukan konsolidasi guna kemantapan organisasi untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatannya. Pada masa itu H. Daong Makmur Zulkarnaen terpilih sebagai pemimpin PPS Putra Betawi. Masuk pada tahun milenium, menurut data terdapat lebih dari 50 aliran atau perguruan silat Betawi yang belum seluruhnya bisa dijangkau dan memerlukan proses sosialisasi dan pendekatan yang berkelanjutan.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

10. Keluarga Pencak Silat Nusantara

Pada awalnya, Keluarga Pencak Silat Nusantara atau disingkat KPS Nusantara didirikan sebagai kelompok studi informal pada tanggal 28 Juli 1968 di Jakarta oleh 3 orang intelektual muda yang aktif dalam bidang teknis IPSI, yaitu Mohamad Hadimulyo, B.Sc., dr. Mohamad Djoko Waspodo dan dr. Rachmadi Djoko Suwignjo. Mereka bertiga adalah murid dari dua orang pendekar besar Pencak Setia Hati, yaitu Marijoen Soedirohadiprodjo dan Rachmad Soeronagoro.

Ketiga intelektual muda tersebut merasa prihatin tentang kondisi perkembangan pencak silat yang pada waktu itu mengalami dampak akibat masuknya seni beladiri dari luar negeri yang berpengaruh terhadap minat pemuda dan pelajar. Perkembangan pencak silat juga terhambat oleh sifat eksklusif dari perguruan yang enggan membuka diri.

Sebagai upaya membantu IPSI melewati masa sulit tersebut dan menjaga agar pencak silat tidak semakin tenggelam, ketiga intelektual muda tersebut mengadakan penelitian, pengkajian dan studi banding melalui sebuah kelompok studi yang didirikan dengan nama Study Group Pencak Silat Nusantara. Mereka melakukan riset kepada aliran-aliran pencak silat yang berbeda dan kemudian memakai hasil pengetahuannya untuk mentransformasikan pencak silat dari bentuk beladiri tradisional menjadi olahraga modern.

Untuk mewujudkan tujuan ini tidak mudah karena bertentangan dengan tradisi. Janji murid Setia Hati melarang untuk belajar di perguruan lain. Namun dengan perjuangan keras akhirnya mereka mampu meyakinkan gurunya, Rachmad Soeronagoro, untuk memperlihatkan 36 gerakan jurusnya, hanya tetap dijaga rahasia inti jurusnya. Direstui juga bagi mereka untuk belajar di perguruan lain demi kemajuan pencak silat. Sikap yang tidak konvensional dari para pendiri study group ini tidak merusak hubungan mereka dengan Setia Hati, sehingga sampai saat ini anggota KPS Nusantara dianggap sebagai saudara oleh anggota Setia Hati.

Ketiga pemuda ini juga menemui hambatan ketika ingin belajar di perguruan lain karena dicurigai ingin mencuri jurus-jurus yang dirahasiakannya. Sebagian rintangan ini dapat diatasi berkat rekomendasi dari Marijoen Soedirohadiprodjo.

Selama beberapa tahun mereka mempelajari pencak silat ke berbagai daerah, di antaranya yaitu silat Cingkrik Betawi dari Mohamad Saleh. Untuk pencak Jawa Barat mereka berguru kepada Aan Marzuki dan dan Hidayat, yaitu aliran Cimande, Madi, Sabandar, Kari dan Taji. Selain itu juga berguru Pencak Jawa Kombinasi dari Salamoen Prodjosoemitro, Silek Pariaman dari Itam dan Silek Lintau dari Amiruddin. Kemudian mereka mengambil gerakan yang paling efektif dan estetis kemudian dikombinasikan menjadi suatu bentuk baru yang bersifat nasional, sebagaimana tercermin dalam pilihan namanya Nusantara untuk merujuk pada kepulauan Indonesia.

Pembaharuan yang dimulai di antaranya yaitu memisahkan secara tegas pembinaan pencak silat gerak dan aspek dalam. Metode latihan tradisional dirubah menjadi metode latihan yang sistematis, jelas materi latihan, kurikulum dan tahapan belajarnya. Diadakan tes dan evaluasi secara teratur serta diberikan atribut yang tampak jelas dari luar untuk tiap tahapan pelajaran. Study group ini mempelopori adanya pertandingan pencak silat olahraga dan menyelenggarakan peragaan-peragaan yang atraktif. Di samping itu, study group ini juga membantu PB IPSI dalam membenahi sisi organisasi.

Langkah pembaharuan yang disusul dengan langkah uji coba ini segera membuahkan hasil. Kelompok studi ini semakin membesar dan melalui berbagai pertandingan pencak silat prestasi kelompok ini segera mencuat. Bahkan metode latihan yang dipakai untuk menyiapkan pesilat dalam menghadapi sebuah kejuaraan menjadi contoh untuk perguruan lain. Hal inilah yang membuat kelompok studi ini pada Munas IPSI tahun 1973 diakui sebagai salah satu di antara 10 Perguruan Historis Pencak Silat. Pada tanggal 28 Juli 1973 study group ini mengubah dirinya menjadi Keluarga Pencak Silat Nusantara.
16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

11. Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih

Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih atau disingkat PPS Betako Merpati Putih didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta. Jauh pada masa sebelumnya, ilmu Merpati Putih diwariskan secara turun-temurun di lingkungan keluarga pada masa Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sri Susuhunan Amangkurat II, pendiri sekaligus raja pertama Kasunanan Kartosuro yang memerintah pada tahun 1677 s.d. 1703.

Karena kondisi yang ditimbulkan oleh penjajah kolonial Belanda pada saat itu, Pangeran Prabu Amangkurat II mengadakan pengungsian di daerah Bagelen, wilayah terpencil di Yogyakarta, bersama cicit perempuannya, yaitu R.A. Djojoredjoso. Disela-sela kesibukannya dalam memikirkan mengatur situasi kenegaraan (kerajaan), beliau sempat membimbing, menggembleng serta mengawasi cicitnya dalam menekuni ilmu beladiri.

R.A. Djojoredjoso kemudian mewariskan ilmunya kepada tiga orang putranya, yaitu Gagak Handoko, Gagak Samudro dan Gagak Seto, menurut spesialisasinya masing-masing. Gagak Samudro diwarisi ilmu pengobatan, Gagak Seto diwarisi ilmu sastra dan Gagak Handoko diwarisi seni beladiri.

Konon tiga saudara ini tercerai berai karena kondisi penjajahan kolonial pada saat itu. Semasa pelariannya, Gagak Samudro mendirikan perguruan di Gunung Jeruk di daerah Pegunungan Menoreh. Gagak Handoko mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara Pulau Jawa. Gagak Seto mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang, Jawa Tengah.

Lewat Raden Gagak Handoko inilah garis sejarah warisan ilmu yang dikenal sebagai Merpati Putih tidak terputus. Namun Gagak Handoko mengerti bahwa ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan dan menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci.

Beliau sadar akan usia ketuaannya yang tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya, yaitu R. Bongso Permono Ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan, beliau lalu pergi menyepi bertapa hingga sampai meninggalnya di Gunung Jeruk.

Karena menyadari perkembangan perguruan yang kurang baik, R. Bongso Permono, menurunkan ilmunya kepada keturunannya yaitu R.M. Wongso Widjojo dan kemudian mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Karena tidak mempunyai keturunan, R.M. Wongso Widjojo mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Dari R. Saring Siswo Hadi Poernomo ilmu beladiri ini kemudian diturunkan kepada dua orang putranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo.

R. Saring Hadi Poernomo pada awal tahun 1960-an prihatin terhadap perkembangan kehidupan generasi muda yang terkotak-kotak membentuk kelompok-kelompok yang mencerminkan rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa. Atas dasar hal tersebut, tergerak hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa dan negara.

Pada tahun 1962, R. Saring Siswo Hadi Poernomo mengamanahkan kepada pewarisnya agar ilmunya disebarluaskan. Kedua pewaris yang juga puteranya, yaitu Poerwoto Hadi Poernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Poernomo (Mas Budi) bertekad mengambil langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk kepentingan nasional. Untuk itu pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta didirikan perguruan dengan nama PPS Betako Merpati Putih.

Merpati Putih berkembang cukup pesat, terutama sejak mendapat kepercayaan untuk melatih anggota ABRI. Diawali dengan melatih anggota Seksi I Korem 072 Pamungkas dan anggota Batalyon 403 Diponegoro.

Pada tahun 1968 Merpati Putih ekspansi ke luar Yogyakarta, yang pertama di Madiun, hingga berkembang ke Pusdik Brimob Polri di Jawa Timur. Pada tahun 1976 Merpati Putih melatih anggota Pasukan Pengawal Presiden dan dilanjutkan pada tahun 1977 melatih anggota Komando Pasukan Sandi Yudha yang di kemudian hari berubah nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Sejak tahun 1995, atas prakarsa dan kerja sama dengan Yayasan Kartika Destarata di bawah pimpinan Ibu Hj. Oetari K. Hartono dan Ibu Titik Prabowo, Merpati Putih mengembangkan kegiatan pembinaannya terhadap tuna netra.

Pada tahun 2002 Mas Budi meninggal dunia, disusul kemudian pada tahun 2014 Mas Poeng juga meninggal dunia. Sebagai penerusnya, pewaris berikutnya adalah putra-putranya, yaitu Amos Priono Tri Nugroho dan Nehemia Budi Setyawan.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

12. Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia

Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia atau disingkat PPS Satria Muda Indonesia didirikan pada tanggal 19 Juli 1987 di Lembah Pinus Ciloto, Cianjur, Jawa Barat. Berawal pada kegiatan demonstrasi pencak silat pada acara Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, tiga orang pendekar silat dari Sumatera Barat yaitu H. Abu Zahar, Mayor H. Umar Machtub dan Lebe Malin Sutan, mengadakan pertemuan dan sepakat untuk mendirikan perguruan silat dengan nama Baringin Sakti yang khusus mengajarkan silat Minangkabau.

Konon nama Baringin Sakti dipilih karena di pusat Kota Padang tumbuh pohon beringin yang besar dan kuat selama ratusan tahun. Perguruan Silat Baringin Sakti mengajarkan silat beraliran Harimau, Kumango, Lintau dan Pauh.

Salah satu murid H. Abu Zahar, yaitu Letjen TNI H. Prabowo Subianto, pada era tahun 1980-an merasa prihatin atas kurang diminatinya seni beladiri khas Indonesia ini oleh bangsanya sendiri, apalagi dengan mulai menjamurnya klub-klub seni beladiri dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Letjen TNI H. Prabowo Subianto mengajak para seniornya untuk mengembangkan Baringin Sakti yang beraliran silat Minangkabau menjadi suatu bentuk organisasi pencak silat yang beraliran nasional. Kemudian berdirilah secara resmi organisasi yang diberi nama PPS Satria Muda Indonesia pada tanggal 19 Juli 1987 di Lembah Pinus Ciloto, Jawa Barat.

Tokoh-tokoh perintis PPS Satria Muda Indonesia adalah generasi muda murid-murid H. Abu Zahar dari Perguruan Silat Baringin Sakti, yaitu Letjen TNI H. Prabowo Subianto, Mayjen TNI H. Ismet Yuzairi, Brigjen TNI H. R.A.N. Tanoedjiwa, Drs. Edward Lebe H.M., Indra Chatib, Yan Yulidar, Ir. Lukman R.G., H. Robinsyah Goffar dan Ir. Erizal Chaniago. Pada saat itu juga hadir untuk bergabung beberapa pendekar dari Banten, Pandeglang, Tangerang dan Sukabumi.

Pada perkembangannya, PPS Satria Muda Indonesia juga merangkul tokoh-tokoh aliran pencak silat lain yang ada di nusantara untuk bergabung dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam perguruan ini, di antaranya yaitu aliran silat Minang seperti Silek Tuo, Silek Buayo, Silek Sitaralak, dan juga pencak Sunda seperti Cikalong, Cimande dan Sabandar. Sedangkan silat Betawi seperti Bongkar Kandang dan Beksi serta aliran-aliran pencak silat lainnya juga ikut diajarkan di perguruan ini.

Konsep pengajarannya adalah diberi pemahaman jurus-jurus kaedah PPS Satria Muda Indonesia, kemudian pada tingkatan lanjut murid akan diminta untuk memilih aliran mana yang diminati. Jika Cimande, maka murid akan belajar pada guru Cimande yang sudah bergabung di PPS Satria Muda Indonesia, demikian juga bila ingin belajar silek Minang. Dari penjurusan ini diharapkan murid bisa memilih aliran berdasarkan bakat dan minat sehingga bisa melestarikan budaya bangsa dan mensejahterakan guru aliran tradisional.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

13. Perguruan Silat Nasional Asad

Perguruan Silat Nasional Asad atau disingkat Persinas Asad adalah suatu yayasan yang didirikan pada tanggal 30 April 1993. Persinas Asad bermaksud menghimpun seluruh potensi bangsa yang memiliki persamaan cita-cita, wawasan dan tujuan dalam melestarikan budaya bangsa, khususnya ilmu seni beladiri pencak silat nasional yang bersumber dari aliran silat Cimande, Kunto, Cikaret, Singa Mogok, Nagan, Cikalong, Syahbandar, Garuda Mas, Sabeni dan Tangkap Menangkap.

Bagi Persinas Asad, melestarikan ilmu dan seni beladiri pencak silat berarti melestarikan budaya bangsa yang merupakan upaya meningkatkan kualitas mental dan fisik bangsa Indonesia guna mempercepat terwujudnya tujuan nasional dengan motto Ampuh Sehat Aman Damai.

Persinas Asad merupakan perguruan silat yang dilatarbelakangi oleh beberapa aliran silat di Indonesia, di antaranya adalah aliran Cimande yang berjuluk Cimande Tari Kolot, aliran silat Karawang yang berjuluk Singa Mogok dan aliran silat Indramayu.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

14. Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia

Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia atau disingkat PSTD Indonesia lahir dari sebuah beladiri kuno yang bernama Kateda, yaitu aliran beladiri yang didirikan oleh biksu dari Tibet bernama Tagashi yang mengembara ke Gunung Bromo.

Pada tahun 1984, Jimmy Thaibsyah membuka cabang perguruan Kateda di Bandung yang berafiliasi ke Kateda International yang berpusat di Inggris pimpinan Lionel Henry Nasution. Dalam waktu yang relatif singkat perguruan Kateda pimpinan Jimmy Thaibsyah berkembang pesat di daerah Jawa Barat.

Seiring perkembangannya, terjadi perbedaan-perbedaan prinsip antara pimpinan Kateda di Indonesia dan Kateda International. Karena hal itu, Jimmy Thaibsyah memisahkan diri dari induk perguruannya dan mendirikan perguruan baru di Indonesia bersama Rosano Barack dan Bambang Trihatmodjo dengan Mayjen TNI Arie Soedewo sebagai pelindung. Perguruan tersebut diberi nama Kesatuan Aliran Tenaga Dasar Indonesia atau disingkat Kateda Indonesia.

Berdasarkan hasil rakernas pertama pada tanggal 2 Juni 1991, agar lebih mencerminkan jati diri sebagai suatu perguruan pencak silat, maka nama Kateda Indonesia dirubah menjadi perguruan Pencak Silat Tenaga Dasar Indonesia atau PSTD Indonesia.

PSTD Indonesia mempelajari suatu ilmu dengan berintikan penggabungan antara pernafasan dan konsentrasi sehingga menghasilkan suatu bentuk kekuatan pada tubuh manusia. PSTD Indonesia memperkuat ilmu dan teknik beladirinya dengan tenaga dasar, yaitu tenaga alamiah dan utama yang terdapat dalam diri manusia yang menjadi dasar bagi pengembangan tenaga lainnya untuk membina kesegaran, kekuatan, ketangkasan dan ketahanan fisik. Tenaga dasar juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia.

Yang utama dari ilmu beladiri ini adalah pertahanan. Tidak memupuk ambisi menyerang berarti memancarkan beladiri yang sebenarnya, yaitu membela diri untuk tetap mampu berdiri tegak tanpa merasa sakit ataupun luka yang dapat membahayakan tubuh. Tenaga dasar didedikasikan untuk menciptakan persaudaraan dan kedamaian, sesuai dengan moto PSTD Indonesia, yaitu kesehatan, beladiri, kedamaian.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

15. Lembaga Pengembangan Ilmu Terapi Tenaga Dalam Kalimasada

Ir. Eddy Surohadi mewujudkan cita-citanya untuk menciptakan suatu metodologi keilmuan tenaga dalam yang praktis dan modern dengan menjauhi hal-hal yang berbau mistik dan syirik. Metodologi keilmuan ini kemudian diberinya nama Kalimasada.

Muridnya yang pertama belajar metodologi keilmuan ciptaanya ini adalah istrinya sendiri, dr. Ida Surohadi, Sp.KK, beserta adik kandungnya yang nomor enam. Selanjutnya dr. Ida Surohadi, Sp.KK diserahi tanggung jawab membina bidang kepelatihan sebagai Ketua Dewan Pelatih Pusat sampai sekarang.

Setelah bulan Oktober 1994, adiknya yang nomor tujuh, Drs. Joko H. Suroso, diserahi tanggungjawab untuk membantu membina bidang keilmuan. Adiknya yang nomor tujuh ini tekun mempelajari ilmu Tetada Kalimasada langsung dari kakak sulungnya. Selanjutnya semua adik-adiknya belajar metodologi keilmuan ini. Diantara adik-adiknya tersebut yang paling menguasai dan aktif mengembangkan metodologi keilmuan tenaga dalam ciptaan Ir. Eddy Surohadi ini adalah Drs. Ec. Joko Heruroso dan dr. Ida Surohadi, Sp.KK.

Pengenalan keilmuan Tetada Kalimasada kepada masyarakat umum dimulai pada acara ujian anggota perdana yang pertama yang dilaksanakan di Hotel Elmi Surabaya pada tanggal 24 November 1991. Tanggal inilah yang selalu diperingati setiap tahun sebagai tanggal berdirinya Tetada Kalimasada Indonesia.

Pada saat itu lembaga ini memfokuskan kegiatannya pada keilmuan beladiri tenaga dalam dengan nama Lembaga Pengembangan Ilmu Beladiri Tenaga Dalam Kalimasada. Tetapi pada 25 Oktober 1992 orientasi pelatihan lebih dititikberatkan pada terapi untuk kesehatan. Berkaitan dengan itu nama lembaga disesuaikan menjadi Lembaga Pengembangan Ilmu Terapi Tenaga Dalam Kalimasada. Selanjutnya pada ulang tahun ke-3 Kalimasada di Gedung Go Skate Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1994 diresmikan nama baru Kalimasada menjadi Lembaga Pengembangan Ilmu Terapi Tenaga Dalam Tetada Kalimasada atau disingkat LPI Tetada Kalimasada.

16 Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Pusat

16. Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa

Pada suatu pertemuan, K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang biasa dipanggil Gus Mus bercerita kepada Dr. K.H. Suharbillah tentang semakin surutnya dunia persilatan di halaman pesantren. Hal ini ditandai dengan hilangnya peran pesantren sebagai padepokan pencak silat. Sejak jaman walisongo, kyai-kyai pesantren adalah juga pendekar yang mengajarkan ilmu pencak silat di pesantrennya masing-masing. Namun seiring waktu, kenyataan tersebut mulai hilang. Terutama disebabkan semakin padatnya jadwal pendidikan pesantren karena orientasi penerapan standar pendidikan modern.

Di luar pesantren, aneka ragam perguruan pencak silat tumbuh semakin menjamur dengan misi pengembangan agama dan kepercayaan dengan menggunakan pencak silat untuk menarik minatnya. Selain itu perguruan-perguruan tersebut sering merasa kelompoknya yang terkuat dan memunculkan permusuhan yang menyebabkan bentrokan dan tawuran. Karena prihatin atas hal tersebut, K.H. Ahmad Mustofa Bisri kemudian menyarankan Dr. K.H. Suharbillah untuk menemui K.H. Maksum Jauhari di Kediri untuk membahas persoalan tersebut.

K.H. Maksum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Maksum adalah pendiri Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia atau disingkat GASMI pada tanggal 11 Januari 1966 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. GASMI merupakan hasil penyatuan dari training-training pencak silat yang dilakukan oleh Gus Maksum kepada masyarakat untuk bekal dalam menghadapi teror Partai Komunis Indonesia (PKI) dan sebagai tandingan atas berkembangnya Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi kebudayaan yang berafiliasi ke PKI. Salah satu kegiatan GASMI adalah mengadakan Pencak Dor, yaitu pertandingan tarung bebas di panggung terbuka sebagai sarana silaturahmi sesama pendekar dan media dakwah pemuda.

Dengan terbentuknya GASMI, Gus Maksum kemudian terinspirasi untuk menyatukan berbagai perguruan pencak silat yang ada di lingkungan NU secara lebih luas lagi. Gus Maksum kemudian mulai merangkul beberapa perguruan pencak silat di Karesidenan Kediri, di antaranya yaitu Jiwa Suci di Kediri, Garuda Loncat di Blitar dan Asta Dahana di Kediri.

Kegelisahan serupa juga dirasakan oleh K.H. Syansuri Badawi di Tebuireng, Jombang. Beliau menyayangkan maraknya tawuran antar anggota perguruan pencak silat yang meresahkan masyarakat, terutama di kawasan Kabupaten Jombang dan sekitarnya. Kemudian Kyai Syansuri berinisiatif menemui Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang pada waktu itu diketuai oleh K.H. Hasyim Latif untuk menyampaikan hal tersebut. Selanjutnya K.H. Hasyim Latif mengutus Sekretaris PWNU Jawa Timur K.H. Ghofar Rahman, bersama K.H. Ahmad Buchori Susanto dan Dr. K.H. Suharbillah, untuk menemui K.H. Maksum Jauhari di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dalam pertemuan ini disepakati untuk membentuk sebuah wadah pencak silat yang menaungi seluruh aliran pencak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama.

Pertemuan berikutnya untuk menggodok konsep wadah pencak silat NU tersebut berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng pada tanggal 27 September 1985. Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa pengasuh pondok pesantren dan para pendekar dari berbagai perguruan pencak silat, di antaranya yaitu K.H. Maksum Jauhari dari Lirboyo, K.H. Abdurrahman Utsman dari Jombang, K.H. Muhajir dari Kediri, H. Athoillah dari Surabaya, Drs. Lamro Asyhari dari Ponorogo, Timbul Jaya dari Lumajang, K.H. Ahmad Buchori Susanto, Dr. K.H. Suharbillah dan beberapa pendekar lainnya dari Cirebon, Kalimantan, Pasuruan dan Nganjuk. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang salah satunya adalah dibentuknya suatu ikatan bersama untuk mempersatukan berbagai aliran pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama.

Mengacu pada surat keputusan resmi pembentukan tim persiapan pendirian ikatan pencak silat NU, maka diadakanlah pertemuan lanjutan di Pondok Pesantren Lirboyo pada tanggal 3 Januari 1986. Pertemuan itu dihadiri oleh pendekar-pendekar dari Ponorogo, Jombang, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Lumajang, Cirebon dan Kalimantan serta beberapa perwakilan PWNU Jawa Timur. Musyawarah di Pondok Pesantren Lirboyo ini sekaligus menandai lahirnya Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa atau disingkat IPSNU Pagar Nusa. Nama itu diciptakan oleh K.H. Mujib Ridlwan dari Surabaya, putra K.H. Ridlwan Abdullah pencipta lambang Nahdlatul Ulama. Pagar Nusa merupakan akronim dari pagarnya NU dan bangsa.

Wadah organisasi ini tetap membuka keanekaragaman dan memberi keleluasaan kepada masing-masing perguruan pencak silat untuk mengembangkan diri dan mempertahankan ciri khasnya masing-masing, termasuk di antaranya yaitu GASMI, Batara Perkasa, Satria Perkasa Sejati, Nurul Huda Perkasya, Cimande, Sakera, Tegal Istighfar, Bintang Sembilan, Sapu Jagad dan sebagainya. Pada pertemuan ini juga disusun kepengurusan awal dengan mengangkat K.H. Maksum Jauhari sebagai Ketua Umum IPSNU Pagar Nusa.

Pada saat Muktamar Nahdlatul Ulama ke-31 tahun 2004 di Boyolali, IPSNU Pagar Nusa dijadikan sebagai salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama yang membidangi pengembangan seni beladiri. Berdasarkan hasil Kongres Pagar Nusa ke-2 tahun 2012 di Pondok Pesantren Sunan Drajat di Lamongan, nama organisasi ini dirubah menjadi Pencak Silat NU Pagar Nusa atau disingkat PSNU Pagar Nusa.

Sejarah Berdirnya NU Pagar Nusa

Sejarah Berdirnya NU Pagar Nusa


PENGERTIAN PAGAR NUSA
Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama’ Pagar Nusa disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa.
IPSNU Pagar Nusa adalah satu – satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama’ berdasarkan keputusan Muktamar.
Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama’ yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga – lembaga NU lainnya.
Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau beladiri lainnya.
Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain – lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini.

VISI DAN MISI

Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan :
Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan negar kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila.
Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.
ANGGOTA
Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama’ :
Mulai kanak – kanak sampai sesepuh ( batasan usia )
Dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir ( batasan kemampuan )
Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan
MATERI PENCAK SILAT

Materi Pencak Silat Pagar Nusa Bakudi susun oleh tim yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret, Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dll. secara sistematis dengan metode modern.
Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun – tahun dan sampai kini masih dilakukan penggalian – penggalian untuk paket selanjutnya.
Materi baku telah dilengkapi Buku Panduan bergambar, Kaset, dan VCD, dapat dibeli di bagian perlengkapan pusat.
FISIK BAKU
Gerak Dasar
Paket Kanak – kanak ( setingkat TK )
Paket I A & B ( setingkat SD )
Paket II A & B ( setingkat SMP )
Paket III A & B ( setingkat SMU )
Paket Beladiri ( setingkat perguruan tinggi )
Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna Dasar Badge pada sabuk tingkatan menyesuaikan dengan penjenjangan tersebut.
Pendalaman = Seni Festival, Lomba, dll.
= Beladiri Terapan, Keamanan, dll.
= Olahraga Pertandingan, Senam Massal, dll.
= Kesehatan Pijat, Pernafasan, Obat, dll.
= Dan Lain – Lain.
NON FISIK BAKU
Ijazah
Jurus Asma’ul Husna
Jurus Taqorrub
Pendalaman = Pengisian Badan Langsung / Instan
Pengisian Bertahap Sesuai Jurus
Pengisian Barang
Pengobatan Non Fisik
Atraksi
Do’a
dll.
MANFAAT
Bergabung dengan Pagar Nusa bermanfaat, baik sosio kultural, edukatif maupun personal.
PERANGKAT LPS NU PAGAR NUSA

Disamping Struktur kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya ditingkat pusat sbb :
DEWAN BESAR GURU

Yaitu Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan terakhir bagi keputusan – keputusan penting dan merupakan back up utama LPSNU
Dewan Besar Guru Khos antara lain :
KH. ABDULLAH FAQIH KH. HABIB JAKFAR
KH. ABDULLAH ABBAS KH. M.A. FU’AD HASYIM
KH. HABIB LUTFI KH. MUSLIMIN IMAM PURO
KH. SUFYAN KH. KHOTIB UMAR
KH. MASDUQI MAHFUDZ
DEWAN GURU KHOS
Dewan ini terdiri dari Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan Guru Khos antara lain :
KH. R. KHOLIL AS’AD KH. SYAIFUL ISLAM
KH. AGUS HALIM KH. SA’DAN MAFTUCH
KH. ALY MASHURI KH. ROFI’I
KH. ABDULLAH KH. SU’UD IBRAHIM
KH. AGUS BUSTOMI KH. NURKHOLIS
DEWAN KHOS
Dewan ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional.
Dewan ini juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang – orang khusus ( khos ) dengan kepengurusansecara operasional.
Dewan Khos antara lain :
PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA KH. IMAM FAUZI
DRS. H. HUSNAN SANUSI DRS. SUNOTO
H. TIMBUL WIJAYA ZAINAL SUWARI
KH. KHOIRUL ANAM DRS. MAHSUN
KH. SU’UDI BAGIYONO
H. AFANDI MAS’UD MUJAHIDIN
PASUKAN KHOS
Adalah orang – orang khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.
PASUKAN INTI / PASTI
Pasukan ini dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyarakatan
PERKEMBANGAN, POTENSI DAN PRESTASI
PERKEMBANGAN DAN POTENSI
 Sejak LPSNU Pagar Nusa berdiri 3 Januari 1986, organisasi ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Oraganisasi yang pertama kali berdiri berbentuk perguruan ini setelah beberapa kali melakukan Musyawarah Nasional dan Rakernas mengalami perubahan status sebagai Lembaga, lalu menjadi Badan Otonom kemudian kembali ke Lembaga lagi sesuai amanat Muktamar di masanya.
Perubahan dan perkembangan tersebut tidak mengurangi bahkan menambah potensi Pagar Nusa di NU yang memang sangat kaya akan budaya pencak silat dan yang berkaitan dengan itu.
Wilayah yang sudah terbentuk meliputi seluruh Indonesia sbb :
Batam : Sudah berdiri sebagai Komisariat atas Daerah Otorita
Sumatra : Seluruh Sumatra kecuali Aceh
Jawa : Seluruh Jawa, kecuali Jawa Barat tetapi di tingkat cabang
seperti Cirebon, Bandung dll sudah ada
Bali : Seluruh daerah sudah ada
NTB : Seluruhnya
Kalimantan : Seluruh Kalimantan
Sulawesi : Baru di Sulawesi Utara dan SulawesiTenggara
Irian Jaya : Sudah beberapa daerah.
Wilayah lain yang belum terbentuk adalah Maluku dan NTT
PRESTASI

Disamping selalu melaksanakan kegiatan rutin dan khusus yang berkaitandengan tugas – tugas ke-NU-an maupun tugas keluar / kemasyarakatan organisasi pencak silat ini telah berhasil menempatkan putra terbaiknya di Organisasi Pencak Silat Induk Nasional / Internasional, Perguruan Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) dan Perserikatan Silat Antara Bangsa (PERSILAT) antara lain :
Pendamping Tim Pencak Silat di Selangor Malaysia
Beberapa Wasit Juri Nasional Pertandingan sampai sekarang
Beberapa Wasit Juri Nasional Bidang Pencak Silat Tradisi
Sebagai Dewan Pakar PB IPSI
LPSNU Pagar Nusa termasuk Lima Perguruan Besar di Indonesia yang berhak atas event Pencak Silat Internasional Bidang Tradisi.
Penampil sangat monumental pada Parade Pencak Silat Internasional di Denpasar, Bali.
SIMBOL DAN ARTI

LAMBANG PAGAR NUSA Simbol LPS Pagar Nusa berupa gambar Pita bertulisan LAA GHAALIBA ILLA BILLAH yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syari’at Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.
Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan :
Islam itu didirika atas lima : Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan ( HR Bukhory )
Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan sebagaimana Hadits Nabi SAWÂ ketika ditanya oleh Malakat Jibril.
Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan.
Firman Allah SWT :
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku. ( QS.Yusuf : 4)
Bintang terbesar mengisyaratkan adanya pola kepemimpinan yang dalam Islam merupakan suatu keharusan.
Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama :
Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala
Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.
Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH
Yang berarti tidak ada yang menang ( mengalahkan ) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi
LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum ( am ) bagi segala bidang kehidupan.
Sedangkan secara khusus ( khas ) dengan mengambil tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol
Firman Allah : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu ( QS. Ali Imron : 160 )
Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 )
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang. ( QS. Al-Maa-idah : 56 ).
Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil ( fisik ) maupun immateriil ( non fisik ) dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.
Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :
Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. ( QS.Kahfi : 31).
Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. ( QS Al-Insan 21)
lambang GASMI
Sejarah Pencak Silat PAGAR NUSA
SEJARAH BERDIRINYA PAGARNUSA GASMI(Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia)
GASMI(Gerakan Aksi Silat Muslimin Indonesia) adalah perguruan pencak silat yang didikan oleh Gus maksum Jauhari(ponpes Lirboyo,Kedii).Awalnya GASMI di dirikan untuk menampung seni –seni pencak silat yang beliau ajarkan kepada santri yang menimba ilmu silat kepada beliau.
Sedangkan untuk biografi ,Gus maksum adalah tokoh persilatan yang sudah sangat terkenal didunia persilatan nusantara,siapa yang tidak kenal beliau?beliau sudah malang melintang dalam panggung adu kedigdayaan para pendekar nusantara.Gus maksum terkenal dengan sebutan Si rambut api,karna saat beliau menjadi komandan pasukan penumpas PKI,di tengah pertempuran rambut beliau berubah menjadi bara api yang menyala hingga para penganut paham PKI dapat dimusnahkan dari nusantara.Dan konon hanya ibunda beliau yang sanggup memotong rambut beliau.
Seiring berkembangnya zaman dan Indonesia mempunyai organisasi silat IPSI(Ikatan Pencak Silat Indonesia) ,Gus maksum dan para kiyai-kiyai nahdlotul Ulama’ seluruh nusantara mengadakan rapat untuk membentuk organisasi silat yang bisa masuk IPSI serta mampu mewadai perguruan-perguruan yang ada di bawah naungan organisasi NU,maka rapat yang di adakan di PonPes Lirboyo Kediri itupun meng hasilkan terbentuknya PAGAR NU dan BANGSA yang di singkat PAGARNUSA,pada tahun 1988 akhirnya organisasi ini masuk IPSI,dan mewadai perguruan- perguruan dibawah panji NU seperti perguruan GASMI,perguruan BATARA,perguruan CIMANDE,perguruan SAPUJAGAD,perguruan NH,perguruan CAKRA dll
Selain Gus maksum terpilih sebagai ketua Pagarnusa beliau juga terus mengembangkan Gasmi keseluruh penjuru negeri,seperti diwilayah Kalimantan,Sulawesi,sumatera,jawa dll.
SEJARAH MASUKNYA GASMI DI KISMANTORO,KAB.WONOGIRI
Berawal dari rasa ketidak puasan sekelompok pemuda yang sering keluar masuk organisasi silat yang ada di kismantoro,mereka adalah Pak Rohani,kang Roni,kang Bilal,kang kawit.kang paru dkk,mereka merasakan ada yang kurang dengan organisasi yang mereka Pernah coba masuki karna organisasi-organisasi itu tidak pernah mewakili spirit kerohanian yang dapat menyeimbangkan gerakan fisik dan jiwa spiritual atau inner power di dalam jiwa mereka.Akhirnya mereka dipertemukan dengan para pelatih GASMI PONOROGO oleh kang Tono yang sudah mengikuti latihan terlebih dulu di ponorogo yaitu Kang MUN,kang Medul,kang Shadiq dll ,mereka sepakat mengadakan latihan dan latihan pertama kali di adakantahun 2002 di halaman masjid Pelem,Kembangan,Gesing,Kismantoro dengan diikuti 36 siswa dan 30 siswa yang lolos menjadi waga dan berhak menyandang gelar pendekar yang telah diberi ijazah tenaga dalam oleh Gus maksum .
Awal-awal berdirinya GASMI di kismantoro mendapatkan tentangan yang sangat keras oleh organisasi silat yang sudah ada terlebih dahulu diwilayah kismantoro,tantangan itu berupa intimidasi fisik maupun psikis namun karna izin Allah gasmi Pagarnusa berkembang sangat pesat dan hingga kini mencapai ribuan siswa yang telah lulus menjadi warga dan pendekar.
Peranan Gus Maksum
Sebenarnya di kalangan NU banyak sekali Pendekar Silat,Kyai atau ajeungan yang memiliki ilmu kanuragan,namun nama Gus Maksum tidak bisa di pisahkan dari sejarah Pencak Silat Pagar Nusa.Kecintaan silat dan rasa keprihatinan Gus Maksum bahwa banyak sekali aliran silat yang ada di lingkungan  NU tapi belum punya wadah yang mengikat sehingga menjadi keluarga yang bersama sama mengembangkan serta mempertahankan tradisi silat yang turun temurun dari Wali songo mengalir ke tokoh tokoh pesantren
Hal inilah yang menginpirasi beliau mendirikan sebuah perguruan silat,ide pendirian silat ini rencananya diberi nama GASMI (Gabungan Aksi Silat Muslimin Indonesia) pada tahun 1965 walaupun belum resmi berdiri,beliau sudah mulai melakukan pelatihan silat.pada waktu itu pelatihan diadakan di komplek pesantren Lirboyo Kediri,selain bertujuan mengembangkan budaya silat di pesantren juga salah satu counter atas LEKRA ( lembaga kesenian rakyat ) lembaga di bawah naungan partai komunis indonesia PKI.Sebab LEKRA adalah otak dibalik aksi provokatif,sabotase,teror dan lain lain.Menghadapi aksi LEKRA ini,beliau mengatakan “Ada aksi ada Reaksi” artinya LEKRA beraksi GASMI bereaksi,Amar ma’ruf nahi mungkar selalu ditegakan.
Karena kesibukan beliau mengabdi pada umat,ngurusin santri dan perjuangan melawan aksi aksi PKI baru setelah sintuasi mulai kondusif pada tanggal 14 januari 1970 GASMI secara resmi didirikan dikediaman beliau,dihadiri para pendekar se eks-karisidenan Kediri dan Ponorogo.
GASMI inilah yang menginspirasi Gus Maksum untuk menyatukan silat yang ada di NU.dimulai dengan merangkul perguruan silat tradisional lokal seperti Jiwa Suci milik pesantren Al maruf bandar lor kediri,PORTUGAL silat tradisional Blitar,Asta Dahana perguruan silat Kediri.dan beberapa perguruan silat lokal lainnya.

Tradisi silat pesantren

Dilingkungan Pesantren NU,terdapat banyak aliran silat baik aliran silat jawa timur,jawa barat,jawa tengah,Banten,silat betawi,silek minang,silat Mandar,Silat Mataram,dan lain lain,oleh karena itulah untuk menyatukan semua aliran silat tersebut di bentuklah pagar nusa.sebagai wadah perkumpulan pencak silat yang masih dalam naungan NU.Wadah ini tetap membuka keragaman  dan memberi keluasaan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan diri.artinya walaupun ada perbedaan namun tetap satu saudara.

Pertemuan awal para pendekar PAGAR NUSA

Akhirnya dengan usaha dan pendekatan yang intensif kepada para pendekar dan Kyai pimpinan pondok pesantren , tokoh silat dan tokoh masyarakat membuahkan hasil berupa kesepakatan untuk mengadakan pertemuan pertama pada tahun 1986 di Tebu Ireng Jombang Jawa Timur.Di hadiri ulama sepuh dan kaum pendekar.Di antara kyai sepuh itu adalah KH.Syansuri Badawi.                     
Pertemuan bersejarah ini dihadiri beberapa pendekar antara lain,Gus Maksum sendiri,KH.Abdurahman Ustman Jombang,KH.muhajir Kediri,H.Atoillah Surabaya,Drs.Lamro Ponorogo,Timbul Jaya SH pendekar Lumajang dan beberapa pendekar lainnya,tokoh tokoh inilah yang berada dibalik berdirinya pagar nusa.
Pertemuan pertama ini menghasilkan kesepakatan yang sangat penting yaitu :
  1. Adanya Fatwa Ulama KH.Syansuri Badawi bahwa,”Mempelajari Silat Hukumnya boleh dipelajari dengan tujuan perjuangan.
  2. Di sepakati dibentuknya suatu ikatan bersama untuk mempersatukan berbagai aliran silat dibawah naungan NU.

Pertemuan Bersejarah ke 2 Pagar Nusa

Selanjutnya pada Tahun 1989 diadakan MUNAS Pagar Nusa yang ke1 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Zainul Hasan,Genggong,Kraksaan,Probolinggo.Di hadiri pendekar silat NU seluruh Nusantara ,Munas itu mengangkat Langsung KH.M.Abdullah Maksum Jauhari sebagai ketua umum pertama Pagar Nusa,dan Prof.Dr.H.Suharbillah sebagai ketua Harian SekJen.H.Kuncoro ( H.Masyhur )

Sikap Jati diri Pagar Nusa

Jati diri Pagar Nusa sama dengan jati diri NU itu sendiri (baca posting Jati diri NU ) yaitu Persaudaraan antar Pagar Nusa Artinya Persaudaraan tanpa membedakan aliran dan perguruan silat,di Pagar Nusa makanya di kenal dengan istilah “Bhineka Tunggal Ika” biarpun berbeda tapi tetap satu juga” berbeda aliran tapi tetap dalam satu ikatan pagar nusa.
Pandangan Pagar Nusa pada aliran perguruan lain senatiasa menganggap saudara,sahabat,bahkan keluarga karena langsung atau tidak langsung semua aliran silat terutama di Nusantara masih punya pertalian ikatan yang sama,apalagi jika kita menapak tilas sejarah kerajaan di Nusantara kemudian ke Abad 14 adanya penyebar islam Wali songo yang banyak mengajarkan tuntunan hidup dengan jalan damai diantaranya melalui seni silat,jelas banyak pendekar  di Nusantara adalah murid Wali Songo.
Kini saatnya Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa Menjadi wadah Ikatan Para Pendekar,Jawara,Pesilat dari berbagai aliran di bawah naungan NU.Amin